Ibnu Qoyyim Al Jauziyah terkenal sebagai pakar hukum Islam dan juga orang yang pakar dalam urusan cinta. Dalam sebuah karyanya berpendapat bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta. The first is behavior. Second is attention and last is relationship. Kita sering mendengar alasan temen-
temen kita karena baiklah, keren, macho, perhatian, dewasa dan masih banyak yang lainnya.
Sesungguhnya cinta adalah cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam cinta kasih. Karena sebenarnya ia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri. Tidak akan ada suatu cinta jika tidak ada suatu kesamaan, entah itu kesamaan dalam hal apa.
Dalam Islam cinta adalah rahmat, sedangkan nafsu seks adalah nafsu syahwat. Dan keduanya baru dapat bersatu dalam berkah dalam ikatan pernikahan. Ngedate (pacaran) siapa yang ngelarang. Asal sebelum pacaran nikah dulu supaya antara cinta dan nafsu syahwat bisa bersatu dalam berkah.
Dari pada kita menyerempet bahaya mending menghalalkan sekalian. Koq seneng bermain api. Seperti firman Allah SWT,
“Dan aku tidak akan membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu syahwat itu mendorong manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)
Nah, sekarang udah tau kan, kalo nafsu syahwat itu terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah nafsu yang dirahmati oleh Allah, karena terbingkai dalam suatu ikatan yang sah, yaitu pernikahan. Sedangkan yang kedua adalah nafsu yang tidak dirahmati oleh Alloh, sifatnya liar dan menjerumuskan karena langsung dipimpin oleh iblis.Selama pacaran, mereka berpikir sedang berusaha saling memahami, tapi bukan itu yang terjadi. Kenyataannya ialah mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Sehingga setiap kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyembunyikan diri masing-masing. Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli. Karena takut bila pelanggan tidak puas, akhirnya ia akan ditinggalkan.
Celakanya, seorang remaja bisa mudah terseret pada gaya pribadi yang hipokrit. Kita ingin tampil super di hadapan si Doi. Kita ingin menjadi seorang yang perfect. Sayang, yang dibangun bukan perbaikan diri, tapi ‘proses penopengan diri’. Yang paling parah adalah ketika sudah terjadi pergeseran orientasi dalam setiap amalan dan aktivitas kita. Ketika sholat, karena dia dan bukan Dia, ketika kita tahajjud karena takut besok pagi bakal ditanyain sama dia. Ternyata puasa sunnah kita karena dia juga. Kita jadi pemberani dan jagoan karena di dekat kita ada dia. Kita jadi rajin belajar karena dia. Astaghfirullah,kalau semua karena si dia dan untuk si dia, yang kita simpan untuk bekal akhirat apa coba?
Mudah-mudahan kita masih ingat hadits tentang kedudukan niat dalam Islam. Tidakkah kita ngerasa ngeri kalau nanti Allah menghardik, “Mintalah balasan amalmu padanya, karena semua amal-amalmu itu karenanya!” Apa si dia punya balasan di akhirat? Padahal hitungan dosa kita pada Allah buanyak banget, na’udzu billahi min dzalik. Lagipula si dia ini pengawasannya lemah. Mari kita jujur. Apa iya 100% yang kita tampilkan padanya tentang diri kita itu benar? Tidak kan. Jujur saja, kayaknya beda deh waktu di dekat dia sama saat kita sendiri di rumah. Ini yang bahaya untuk perkembangan kepribadian kita. Kita berlatih jadi orang yang bermuka banyak, Ya nggak?
Lubuk hati kita yang terdalam pun berkata, “Seolah aku bukan diriku….” Idealnya, kita harus tetap menjadi sebaik-baik manusia yang kita mampu, baik ada dia maupun tidak ada dia. Tapi selama kata pacaran masih hadir dalam kehidupan kita, hampir mustahil untuk bisa lepas menjadi pribadi seutuhnya. Oke, kita akhiri bahasan kita about ngedate or pacaran dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh HR. Muslim dari Abu Hurairah, tentang segala zina yang sangat mungkin terjadi sewaktu remaja berpacaran.
Rasulullah SAW bersabda,
“Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zina mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan. Zinanya hati adalah ingin dan berangan-angan….” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Batas-batas Pergaulan
Nah, setelah kamu-kamu tau pandangan Islam tentang pacaran, trus yang musti dilakuin apa agar tidak terjerumus dalam jerat setan tersebut? Gampang aja kok. Hendaklah dalam hidup selalu berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, salah satunya adalah menjaga pergaulan. Dalam menjaga pergaulan ada batas-batas yang telah ditetapkan agama yang harus kamu patuhi. Mau tau? Simak yach…
1. Menjaga pandangan
Yang satu ini bisa dikatakan sebagai provokator syahwat atau utusan syahwat. Oleh karena itu, menjaga pandangan merupakan pokok dalam usaha menjaga kemaluan.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” (HR. At Tirmidzi)
Firman Allah SWT, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur: 30)
2. Menjaga pikiran yang melintas di benak
Di sinilah tempat dimulainya aktivitas yang baik atau yang buruk. Dari sinilah lahir keinginan untuk melakukan sesuatu yang akhirnya berubah menjadi tekad yang bulat. Maka bagi siapa yang mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang terlintas di benak, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan hawa nafsunya, sedang orang yang paling jelek cita-citanya dan paling hina adalah orang yang merasa puas dengan angan-angan kosong. Angan-angan adalah sesuatu yang berbahaya bagi manusia. Dia lahir dari ketidakmampuan, sekaligus kemalasan dan melahirkan sikap lalai yang selanjutnya menyebabkan penyesalan.
3. Menjaga kata-kata atau ucapan
Tidak berkata-kata yang dapat membangkitkan nafsu syahwat orang yang ada penyakit dalam hatinya, kayak kata yang lemah lembut, merdu dan menggoda sebagaimana dalam firman Allah SWT :
“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidak seperti wanita yang lain jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab : 32)
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa topik pembicaraan dalam berinteraksi antara laki-laki dan perempuan haruslah dalam batas-batas kebaikan dan tidak mengandung kemungkaran. Jika pembicaraan sudah menyangkut hal-hal yang mungkar maka interaksi harus dihentikan.
4. Menjaga Al-Khathawat (langkah nyata dalam sebuah perbuatan)
Menjauhkan diri dari langkah-langkah nyata yang dapat mengantarkan seseorang dalam perbuatan zina, antara lain :
a. Memakai wangi-wangian yang dapat tercium oleh kaum laki-laki, sehingga membangkitkan nafsu syahwat mereka. Rasulullah bersabda, “Wanita mana saja yang memakai parfum kemudian dia keluar, lalu melewati orang banyak agar mereka dapat mencium wanginya maka dia adalah pezina.” (HR. Abu Daud dan An Nasai)
b. Berdua-duaan dengan lelaki atau wanita yang bukan mahram. Rasulullah bersabda, “Janganlah seseorang dari kalian bersepian (berdua) dengan seorang perempuan kecuali bersama mahramnya.” (Muttafaq ‘alaih)
c. Berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan. Hadist dari Ma’qil bin Yasar, bahwa Rasulullah bersabda, ”Ditusuk kepala salah seseorang diantara kamu dengan jarum besi besar labih baik daripada memegang perempuan yang tidak halal baginya” (HR Thabrani)
Kondisi masyarakat sekarang yang kita dapat berinteraksi tanpa batas. Laki-laki memegang tubuh perempuan dan sebaliknya, untuk mendapatkan kenikmatan, inilah yang diharamkan.
Sementara sebagian nash menunjukkan kebolehan menyentuh secara langsung atau tidak langsung ketika ada kebutuhan dan aman dari fitnah. Sikap utama adalah menghindari jabat tangan. Apabila kondisi sulit dihindari dan khusus, maka jabat tangan dilakukan seperlunya dengan menjaga agar tidak sampai menimbulkan kesenangan syahwat akibat sentuhan kulit tersebut.
d. Bercampur baurnya laki-laki dan perempuan dalam satu forum. Hal ini dimaksudkan agar tidak memunculkan peluang fitnah yang terjadi dari berdesak-desakkannya laki-laki dan perempuan dalam satu forum atau suasana
Pertemuan antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya diperbolehkan dan tidak dilarang, kadang diperlukan bila tujuannya adalah kerja sama dalam mencapai tujuan yang mulia.
Menutup Aurat
Selain dari batas-batas pergaulan tersebut di atas, maka ada hal penting yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu menutup aurat. Seorang muslimah berbeda dengan wanita umumnya. Islam sangat menjaga iffah (kesucian dan kehormatan) perempuan. Sekarang banyak sekali muslimah-muslimah kita memakai pakaian tapi telanjang. Memakai pakaian pressbody, transparan, membuka aurat. Baju yang atas semakin meringsut ke bawah dan sebaliknya yang bawah semakin ke atas.
Allah berfirman, “Hai Nabi! Katakan pada istri-istrimu, anak-anakmu yang perempuan, dan orang-orang perempuan yang beriman supaya mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebib patut dikenal (jilbab itu cirri khas perempuan Mu’minat), karena itu supaya mereka tidak diganggu, Allah itu Maha Mengampuni lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Jadi fungsi pakaian bagi wanita adalah untuk menutup aurat, sebagai identitas muslim serta menjaga diri dari nafsu syahwat kaum adam. Pakaian disini tidak sembarang pakaian. Syarat pakaian muslimah ada tiga yaitu :
- Menutup seluruh aurat (seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan)
- Tidak terlalu ketat dan membentuk tubuh
- Tidak tipis dan transparan
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Ada dua golongan dari akhli neraka yang belum pernah saya lihat:
1. Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (oleh penguasa yang kejam)
2. Perempuan yang berpakaian tipis seperti telanjang, berlenggak-lenggok dalam berjalan, menyeleweng dari kebenaran dan mencenderungkan orang lain pada perbuatan maksiat. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Mereka ini tidak akan bisa masuk surga dan tidak akan mencium bau surga, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan 500 tahun.” (HR. Muslim)
Akankan surga akan kita gadaikan dengan sebuah kesenangan fashion yang ditawarkan oleh pengusaha-pengusaha garmen dan para desainer itu? Haruskah saudara-saudara muslim kita harus berjatuhan karena syahwatnya terpicu setelah melihat pameran aurat yang dilakukan oleh para kaum hawa?
Takut tidak dapat pekerjaan, susah cari jodoh, tidak praktis. Nanti saja kalau sudah tua baru insaf. Atau berentetan alasan lain sedangkan ajal akan semakin dekat dan kita tidak tahu kapan datangnya. Bukankah rejeki, jodoh dan mati sudah ditetapkan oleh Allah dan kita tinggal berusaha. Kapan lagi bertobat kalau tidak sekarang? Apakah menunggu azab Allah yang paling dasyat??
by Naufaldi
temen kita karena baiklah, keren, macho, perhatian, dewasa dan masih banyak yang lainnya.
Sesungguhnya cinta adalah cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam cinta kasih. Karena sebenarnya ia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri. Tidak akan ada suatu cinta jika tidak ada suatu kesamaan, entah itu kesamaan dalam hal apa.
Dalam Islam cinta adalah rahmat, sedangkan nafsu seks adalah nafsu syahwat. Dan keduanya baru dapat bersatu dalam berkah dalam ikatan pernikahan. Ngedate (pacaran) siapa yang ngelarang. Asal sebelum pacaran nikah dulu supaya antara cinta dan nafsu syahwat bisa bersatu dalam berkah.
Dari pada kita menyerempet bahaya mending menghalalkan sekalian. Koq seneng bermain api. Seperti firman Allah SWT,
“Dan aku tidak akan membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu syahwat itu mendorong manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)
Nah, sekarang udah tau kan, kalo nafsu syahwat itu terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah nafsu yang dirahmati oleh Allah, karena terbingkai dalam suatu ikatan yang sah, yaitu pernikahan. Sedangkan yang kedua adalah nafsu yang tidak dirahmati oleh Alloh, sifatnya liar dan menjerumuskan karena langsung dipimpin oleh iblis.Selama pacaran, mereka berpikir sedang berusaha saling memahami, tapi bukan itu yang terjadi. Kenyataannya ialah mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Sehingga setiap kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyembunyikan diri masing-masing. Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli. Karena takut bila pelanggan tidak puas, akhirnya ia akan ditinggalkan.
Celakanya, seorang remaja bisa mudah terseret pada gaya pribadi yang hipokrit. Kita ingin tampil super di hadapan si Doi. Kita ingin menjadi seorang yang perfect. Sayang, yang dibangun bukan perbaikan diri, tapi ‘proses penopengan diri’. Yang paling parah adalah ketika sudah terjadi pergeseran orientasi dalam setiap amalan dan aktivitas kita. Ketika sholat, karena dia dan bukan Dia, ketika kita tahajjud karena takut besok pagi bakal ditanyain sama dia. Ternyata puasa sunnah kita karena dia juga. Kita jadi pemberani dan jagoan karena di dekat kita ada dia. Kita jadi rajin belajar karena dia. Astaghfirullah,kalau semua karena si dia dan untuk si dia, yang kita simpan untuk bekal akhirat apa coba?
Mudah-mudahan kita masih ingat hadits tentang kedudukan niat dalam Islam. Tidakkah kita ngerasa ngeri kalau nanti Allah menghardik, “Mintalah balasan amalmu padanya, karena semua amal-amalmu itu karenanya!” Apa si dia punya balasan di akhirat? Padahal hitungan dosa kita pada Allah buanyak banget, na’udzu billahi min dzalik. Lagipula si dia ini pengawasannya lemah. Mari kita jujur. Apa iya 100% yang kita tampilkan padanya tentang diri kita itu benar? Tidak kan. Jujur saja, kayaknya beda deh waktu di dekat dia sama saat kita sendiri di rumah. Ini yang bahaya untuk perkembangan kepribadian kita. Kita berlatih jadi orang yang bermuka banyak, Ya nggak?
Lubuk hati kita yang terdalam pun berkata, “Seolah aku bukan diriku….” Idealnya, kita harus tetap menjadi sebaik-baik manusia yang kita mampu, baik ada dia maupun tidak ada dia. Tapi selama kata pacaran masih hadir dalam kehidupan kita, hampir mustahil untuk bisa lepas menjadi pribadi seutuhnya. Oke, kita akhiri bahasan kita about ngedate or pacaran dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh HR. Muslim dari Abu Hurairah, tentang segala zina yang sangat mungkin terjadi sewaktu remaja berpacaran.
Rasulullah SAW bersabda,
“Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zina mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan. Zinanya hati adalah ingin dan berangan-angan….” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Batas-batas Pergaulan
Nah, setelah kamu-kamu tau pandangan Islam tentang pacaran, trus yang musti dilakuin apa agar tidak terjerumus dalam jerat setan tersebut? Gampang aja kok. Hendaklah dalam hidup selalu berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, salah satunya adalah menjaga pergaulan. Dalam menjaga pergaulan ada batas-batas yang telah ditetapkan agama yang harus kamu patuhi. Mau tau? Simak yach…
1. Menjaga pandangan
Yang satu ini bisa dikatakan sebagai provokator syahwat atau utusan syahwat. Oleh karena itu, menjaga pandangan merupakan pokok dalam usaha menjaga kemaluan.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” (HR. At Tirmidzi)
Firman Allah SWT, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur: 30)
2. Menjaga pikiran yang melintas di benak
Di sinilah tempat dimulainya aktivitas yang baik atau yang buruk. Dari sinilah lahir keinginan untuk melakukan sesuatu yang akhirnya berubah menjadi tekad yang bulat. Maka bagi siapa yang mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang terlintas di benak, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan hawa nafsunya, sedang orang yang paling jelek cita-citanya dan paling hina adalah orang yang merasa puas dengan angan-angan kosong. Angan-angan adalah sesuatu yang berbahaya bagi manusia. Dia lahir dari ketidakmampuan, sekaligus kemalasan dan melahirkan sikap lalai yang selanjutnya menyebabkan penyesalan.
3. Menjaga kata-kata atau ucapan
Tidak berkata-kata yang dapat membangkitkan nafsu syahwat orang yang ada penyakit dalam hatinya, kayak kata yang lemah lembut, merdu dan menggoda sebagaimana dalam firman Allah SWT :
“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidak seperti wanita yang lain jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab : 32)
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa topik pembicaraan dalam berinteraksi antara laki-laki dan perempuan haruslah dalam batas-batas kebaikan dan tidak mengandung kemungkaran. Jika pembicaraan sudah menyangkut hal-hal yang mungkar maka interaksi harus dihentikan.
4. Menjaga Al-Khathawat (langkah nyata dalam sebuah perbuatan)
Menjauhkan diri dari langkah-langkah nyata yang dapat mengantarkan seseorang dalam perbuatan zina, antara lain :
a. Memakai wangi-wangian yang dapat tercium oleh kaum laki-laki, sehingga membangkitkan nafsu syahwat mereka. Rasulullah bersabda, “Wanita mana saja yang memakai parfum kemudian dia keluar, lalu melewati orang banyak agar mereka dapat mencium wanginya maka dia adalah pezina.” (HR. Abu Daud dan An Nasai)
b. Berdua-duaan dengan lelaki atau wanita yang bukan mahram. Rasulullah bersabda, “Janganlah seseorang dari kalian bersepian (berdua) dengan seorang perempuan kecuali bersama mahramnya.” (Muttafaq ‘alaih)
c. Berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan. Hadist dari Ma’qil bin Yasar, bahwa Rasulullah bersabda, ”Ditusuk kepala salah seseorang diantara kamu dengan jarum besi besar labih baik daripada memegang perempuan yang tidak halal baginya” (HR Thabrani)
Kondisi masyarakat sekarang yang kita dapat berinteraksi tanpa batas. Laki-laki memegang tubuh perempuan dan sebaliknya, untuk mendapatkan kenikmatan, inilah yang diharamkan.
Sementara sebagian nash menunjukkan kebolehan menyentuh secara langsung atau tidak langsung ketika ada kebutuhan dan aman dari fitnah. Sikap utama adalah menghindari jabat tangan. Apabila kondisi sulit dihindari dan khusus, maka jabat tangan dilakukan seperlunya dengan menjaga agar tidak sampai menimbulkan kesenangan syahwat akibat sentuhan kulit tersebut.
d. Bercampur baurnya laki-laki dan perempuan dalam satu forum. Hal ini dimaksudkan agar tidak memunculkan peluang fitnah yang terjadi dari berdesak-desakkannya laki-laki dan perempuan dalam satu forum atau suasana
Pertemuan antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya diperbolehkan dan tidak dilarang, kadang diperlukan bila tujuannya adalah kerja sama dalam mencapai tujuan yang mulia.
Menutup Aurat
Selain dari batas-batas pergaulan tersebut di atas, maka ada hal penting yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu menutup aurat. Seorang muslimah berbeda dengan wanita umumnya. Islam sangat menjaga iffah (kesucian dan kehormatan) perempuan. Sekarang banyak sekali muslimah-muslimah kita memakai pakaian tapi telanjang. Memakai pakaian pressbody, transparan, membuka aurat. Baju yang atas semakin meringsut ke bawah dan sebaliknya yang bawah semakin ke atas.
Allah berfirman, “Hai Nabi! Katakan pada istri-istrimu, anak-anakmu yang perempuan, dan orang-orang perempuan yang beriman supaya mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebib patut dikenal (jilbab itu cirri khas perempuan Mu’minat), karena itu supaya mereka tidak diganggu, Allah itu Maha Mengampuni lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Jadi fungsi pakaian bagi wanita adalah untuk menutup aurat, sebagai identitas muslim serta menjaga diri dari nafsu syahwat kaum adam. Pakaian disini tidak sembarang pakaian. Syarat pakaian muslimah ada tiga yaitu :
- Menutup seluruh aurat (seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan)
- Tidak terlalu ketat dan membentuk tubuh
- Tidak tipis dan transparan
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Ada dua golongan dari akhli neraka yang belum pernah saya lihat:
1. Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (oleh penguasa yang kejam)
2. Perempuan yang berpakaian tipis seperti telanjang, berlenggak-lenggok dalam berjalan, menyeleweng dari kebenaran dan mencenderungkan orang lain pada perbuatan maksiat. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Mereka ini tidak akan bisa masuk surga dan tidak akan mencium bau surga, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan 500 tahun.” (HR. Muslim)
Akankan surga akan kita gadaikan dengan sebuah kesenangan fashion yang ditawarkan oleh pengusaha-pengusaha garmen dan para desainer itu? Haruskah saudara-saudara muslim kita harus berjatuhan karena syahwatnya terpicu setelah melihat pameran aurat yang dilakukan oleh para kaum hawa?
Takut tidak dapat pekerjaan, susah cari jodoh, tidak praktis. Nanti saja kalau sudah tua baru insaf. Atau berentetan alasan lain sedangkan ajal akan semakin dekat dan kita tidak tahu kapan datangnya. Bukankah rejeki, jodoh dan mati sudah ditetapkan oleh Allah dan kita tinggal berusaha. Kapan lagi bertobat kalau tidak sekarang? Apakah menunggu azab Allah yang paling dasyat??
by Naufaldi
0 Komentar untuk "PACARAN ISLAMI, ADAKAH? ♂ ♥ ♀"
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<