Di Mustadrak-nya, Al-Hakim meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Aku pernah melarang kalian
menziarahi kubur: Sekarang, ziarahilah kuburan, karena menipiskan hati, membuat
mata mengeluarkan airmata, mengingatkan kepada akhirat, dan jangan berkata
jorok.” (Diriwayatkan Al-Hakim dan dishzhihkan
Al-Albani).
Hadits di atas dan hadits-hadits lainnya memotivasi orang Mukmin untuk meninggalkan lingkungan “malas” dan tidak berperasaan, yang biasa ia jalani, menuju dunia baru, yang berperasaan dan ingat.
Ingat kematian diperintahkan, namun bukan tujuan.
Ingat kematian diperintahkan, agar mendorong orang beramal, yang merupakan
sebab terpenting orang selamat dari neraka dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala pada Hari Kiamat. Tangisan dan
penyesalan karena ingat kematian dan akhirat tidak berarti bagi pelakunya jika
tidak ditindaklanjuti dengan amal perbuatan.
Tidur Panjang
Penyair zuhud, Abu Al-Itahiyah, menyadari urgensi
beramal setelah kematian. Ia berkata dan mengarahkan perkataannya kepada
orang-orang yang sibuk membangun rumah di dunia dan tetek bengeknya, tapi lupa
membangun rumah di negeri akhirat,
“Hai pembangun rumah, apa
yang telah engkau siapkan untuk rumahmu di negeri lain?
Hai penghampar permadani
tebal,
Anda jangan lupa tidur
panjang dan besar
Engkau telah dipanggil dan
menjawab penggilan itu
Coba pikirkan, kenapa
engkau dipanggil?
Bukankah Anda menghitung
orang-orang hidup yang Anda lihat
Lalu, Anda melihat mereka
semua menjadi mayat-mayat?
Anda pasti tiba di tempat
mayit-mayit itu
Dan tiba di terminal
mereka.”
Jika masa semua tidur tidak bisa disamakan dengan masa
tidur di kuburan, bukankah masuk akal kalau persiapan menggelar hamparan untuk
tidur panjang itu lebih penting diutamakan?
Kendala Beramal
Tidak pelak lagi, sibuk dengan dunia daripada akhirat
penyebab terbesar lemahnya persiapan dan rendahnya semangat beramal untuk
menghadapi hari-hari setelah kematian. Selalu ingat akhirat, hingga menjadi
obsesi utama manusia unsur paling penting timbulnya semangat beramal. Ini
karena perasaan sesaat hanya menghasilkan semangat beramal yang hanya berusia
sesaat pula, atau kadang malah tidak menghasilkan semangat beramal sama sekali.
Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai obsesi utamanya
dan kesibukan prinsipilnya, maka dunia datang kepadanya dan mendorong orang
tersebut mengambilnya. Di sisi lain, kita lihat dunia lari dari orang yang
memburunya. Itulah yang disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika bersabda,
“Barangsiapa akhirat
menjadi obsesinya, maka Allah menjadikan hatinya kaya, melancarkan semua
urusannya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa
dunia menjadi obsesinya, maka Allah menjadikannya miskin, mengacaukan semua
urusannya, dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).
Syumaith bin Ajlan berkata, “Barangsiapa selalau I
ngat kematian, ia tidak peduli apakah dunia itu sempit atau luas.”
Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa selalu dan
sering ingat kematian punya pengaruh signifikan di amal perbuatan seseorang dan
persiapannya menyongsong hari-hari setelah kematiannya. Itu pula kesimpulan
Al-Hasan Al-Bashri sebelum kita ketika ia berkata, “Jika seseorang seringa
ingat kematian, ia melihat hasilnya di amal perbuatan yang ia lakukan.
Barangsiapa berangan-angan panjang, amal perbuatannya buruk.”
Terkecoh dengan Orang yang
Berumur Panjang
Ini sebab lain lemahnya persiapan hari-hari setelah
kematian, sebab, penglihatan sebagian orang terhadap orang-orang berumur
panjang membuat mereka lupa bahwa kematian tidak pilih kasih terhadap anak
muda, orang tua, dan bayi. Ia ditipu setan dengan iming-iming akan berumur
panjang, seperti orang-orang berumur panjang itu. karena itu, tundahlah amal
perbuatan dan kerjakan kalau sudah tua saja! Itulah bujuk rayu setan kepadanya.
Jawabnya, Allah Ta’ala berkehendak
merahasiakan kapan terakhir hidup kita, agar itu mendorong kita beramal dan
selalu melakukan persiapan menghadapi akhirat. Ibnu Al-Jauzi berkata, “Orang
yang tidak tahu kapan kematian datang kepadanya harus selalu siap, tidak
terkecoh dengan kesehatan dan masa muda. Sebab, jarang sekali orang meninggal
dunia dalam usia tua. Justru banyak sekali orang meninggal dunia dalam usia
muda. Karena itu, tidak banyak orang yang hidup hingga tua. Orang-orang dulu
berkata,
“Satu orang
hidup lama
Lalu, ia
mengecoh banyak orang
Dan membuat lupa
pada orang-orang yang meninggal dunia dalam usia muda’.”
Badai Kematian
Kematian ibarat badai yang menyerang daratan sedikit
demi sedikit, lalu besar-besaran. Orang berakal ialah orang yang tidak hidup
dalam ilusi ala anak Nabi Nuh Alaihis
Salam. Ia kira dirinya selamat dari badai dengan berlindung di puncak
gunung. Kematian juga seperti itu. barangsiapa tidak siap menghadapinya, ia
ditelan dan ditenggelamkan kematian sebelum sempat berpikir untuk siap-siap.
Ibnu Al-Jauzi berkata, “Badai kematian telah datang. Karena itu, naiklah ke
perahu ketakwaan.”
Perahu tersebut bukan perahu hiasan dan wisata. Namun
perahu penyelamat dari badai yang akan membanjiri bumi. Itulah badai yang
membuat orang zuhud, Said bin As-Saib, ketakutan. Dikisahkan, airmatanya tidak
pernah “kering”. Airmatanya senantiasa mengucur sepanjang tahun. Jika shalat, ia
menangis. Jika thawaf, ia menangis. Jika duduk membaca Al-Qur’an, ia menangis.
Dan, jika Anda temui dia di jalan, ia menangis.
Kendati demikian, jika ditanya, “Bagaimana kabar Anda
pagi ini?” ia menjawab, “Pagi ini, aku sedang menunggu kematian tanpa persiapan
maksimal.”
Ini tidak berarti kita ingin sampai ketingkat putus
asa dari rahmat Allah Ta’ala dan
keluasan ampunan-Nya. Allah lebih penyayang daripada ibu kepada anaknya yang
hilang. Kita tidak ingin pasrah tanpa amal perbuatan. Jika tidak beramal, kita
dijemput kematian dengan tiba-tiba tanpa persiapan.
0 Komentar untuk "APA YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH INGAT KEMATIAN?"
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<