Ilmu Dunia dan Akhirat Blog's. Mencari, Memahami dan Menyimpulkan. Ilmu Dunia dan Akhirat.

games terbaru


1)
Kebutuhan Dasar

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih

Usia                                         : 5 tahun – dewasa

Bahan yang diperlukan           : papan tulis atau kertas berukuran besar, kapur tulis atau

  Pensil

Aktivitas berikut dapat dilakukan satu anak, seluruh keluarga atau satu kelas. Duduklah bersama anak
Anda atau kumpulkan anggota keluarga dan ajukan pertanyaan berikut, “Selain udara, air dan matahari, apalagi yang menurutmu sulit untuk hidup tanpanya?” (Dengan anak yang lebih besar, Anda bisa memakai kalimat, “Hal-hal apa yang menjadikan hidup berarti?”) berkelilinglah dan tanyakan jawaban dari semua orang; tuliskan jawaban masing-masing di atas papan tulis, papan tempel, atau kertas berukuran besar.
Saat daftar semakin panjang dan jika anak-anak hanya menuliskan objek-objek kasatmata seperti mainan, televesi, dan pakaian, cobalah untuk memberikan saran beberapa hal yang bearti bagi mereka: teman-teman, keluarga, cinta, dan sebagainya. Anda bisa mengajukan pertanyaan seperti, “Apa yang membantumu bertahan?” atau “Apa yang membuatmu merasa nyaman selama seharian?” daftar setiap anggota keluarga pasti berbeda, tetapi berikut ini adalah beberapa ide sebagai awal-ada ratusan yang lain:

Prioritas dan Hal-hal yang Kita Hargai


televisi                                     video games                            video tape

mainan                                     sabun                                       toko
mesin pencuci piring               sikat gigi                                  kolam renang
pensil                                       sekolah                                    trampolin
rumah                                      mesin cuci                               ski
tempat tidur                                                                            piano
komputer                                 alat rias                                    kacamata
kertas                                       baju                                         obat-obatan
sepeda                                     cermin                                     raket tenis
lemari es                             p;     uang                                        film
mobil                                       cinta                                        belajar
api                                           pengering rambut                    teman-teman
makanan                                  perabot rumah tangga             pendingin ruangan
pemanggang roti                     sepatu                                      telepon
listrik                                       musik                                       sepak bola
panas                                       keluarga                                   perhiasan
buku                                        masjid                                      guru

Setelah Anda selesai membuar daftar, mintalah mereka secara bergantian mencoret hal yang bisa ditiadakan jika terpaksa. Awalnya ini akan berlangsung mudah, tetapi saat mereka mencapai elemen dasar hidup, akan menjadi lebih sulit. Tidak ada jawaban yang salah satu benar dalam aktivitas ini—kecuali, apa saja yang disebutkan tiap orang bisa benar-benar mereka tinggal satu hal tersisa. Akan menyenangkan bagi anak yang lebih kecil untuki menyadari apa yang benar-benar penting bagi mereka dan akan memancing pemikiran bagi remaja dan orang dewasa. Juga menyenangkan mendengar anak-anak menjelaskan alasan mereka menghilangkan setiap hal.
Meskipun bisa terjadi bahwa hal terakhir yang mereka coret dari daftar adalah kolam renang atau uang, bisa juga hal terakhir yang ada di daftar adalah keluarga, teman-teman, belajar, dan cinta. Anda bisa mengarakan anak-anak pada kesimpulan seperti ini melalui komentar dan pertanyaan yang Anda ajukan. Permainan ini secara otomatis akan mengarah pada diskusi tentang nilai-nilai dan prioritas keluarga Anda. Cobalah untuk membuat anak-anak mengerti bahwa kebahagiaansejati dan rasa aman dalam kehidupan bukan berasal dari “benda”.

~

Susan terkejut melihat beberapa jawaban yang diberikan anak-anaknya. Satu hal, Susan sadar, betapa penting arti musik bagi mereka karena musik adalah satu hal yang tersisa dalam daftar. Susan memutuskan untuk berusaha dan berusaha membuat mereka mendengarkan berbagai macam musik di rumah dan berusaha mendapatkan karcis untuk menonton prodiksi musikal masyarakat teater setempat.

Susan juga tidak menyadari betapa anak-anaknya sangat menginginkan komputer dan betapa mereka merasa sangat “ketinggalan zaman” karena tidak memilikinya. Diam-diam, Susan memotong anggaran belanjanya sendiri dan menjadikan komputer sebagai pengeluaran besar berikutnya. Dan akhirnhya, Susan sangat senang pengeluaran besar berikutnya. Dan akhirnya, Susan sangat senang ketika mengetahui bahwa setelah melalui begitu banyak perdebatan dan diskusi sengit, “keluarga” menjadi hal terakhir yang tertulis di atas papan. Seminggu kemudian, Susan melakukan salah satu aktivitas lain dalam buku ini, kemudian menyampaikan rencananya kepada anak-anak.
Melalui rumah ibadah, Susan mendapatkan nama-nama keluarga yang tak bisa merayakan hari raya tahun ini. Keluarga itu memiliki dua anak kecil dan delapan bulan sebelumnya sang ayah kehilangan pekerjaan. Bagi mereka, memiliki sesuatu untuk dimakan pada hari itu saja sudah sangat sulit. Susan menyarankan kepada anak-anaknya untuk mengurangi sebagian kecil biaya perayaan hari raya mereka dan memberikannya sebagai sumbangan bagi salah satu keluarga yang kekurangan ini. Awalnya, anak-anak Susan agak keberatan, tetapi semakin sering mereka mendiskusikan dan membayangkan betapa mengasyikannya melakukan hal ini secara diam-diam, tanpa sepengatahuan keluatga tersebut, membuat mereka jadi lebih bersemangat. Selama beberapa hari, keluarga Susan berbelanja mainan dan pakaian yang sesuai untuk kedua anak keluarga itu serta membungkusnya dan tiap-tiap bungkus bertuliskan “dari sahabat rahasia kalian”.
Pada malam sebelum hari raya, diam-diam mereka meletakkan hadiah-hadiah tersebut di depan pintu rumah keluarga itu, mengetuk pintu rumah dan segera lari, lalu bersembunyi di belakang pohon dan semak untuk melihat jeritan kaget dan bahagia keluarga itu saat membuka pintu. Mereka lalu kembali pulang untuk minum susu panas dan makan donat sambil tertawa dan membicarakan bagaimana perasaan kedua anak itu saat membuka hadiah mereka besok. Serta, bagaimana kedua orangtua mereka akan bertanya-tanya, siapa yang begitu peduli kepada mereka hingga melakukan kebaikan tanpa nama ini.
Seperti biasa, anak-anak Susan senang membuka hadiah-hadiah mereka sendiri keesokan harinya. Mungkin ada sedikit siratan kekecewaan di wajah mereka saat tahu bahwa tak semua barang yang ada dalam daftar permintaan mereka terpenuhi, tetapi mereka tampaknya merasakan tujuan pengorbanan—mereka telah mengorbankan beberapa keinginan mereka untuk membuat anak-anak lain yang kurang beruntung merasa bahagia. Susan juga memerhatikan bahwa kali ini, saat “bertukar daftar hadia” dengan teman-teman, mereka hanya membicarakan peristiwa “sahabat rahasia” itu.
Namun, semangat hari raya yang paling menyentuh perasaan Susan adalah pada saat perayaan hari raya beberapa hari kemudian, anak-anaknya mengalami kebahagian-sejati-memberi ketika melihat kedua anak kurang beruntung itu dengan bangga memakai baju baru yang secara misterius dikirimkan ke depan pintu rumah mereka pada malam sebelum hari raya. Susan tahu, hari raya tahun ini akan selalu mereka kenang selamanya. Sussan juga mersa, permainan dan diskusi sederhana yang mereka lakukan tentang hal-hal terpenting dalam hidup telah “membuka pintu” menuju pengalaman ini.
Cobalah pengalaman ini pada keluarga Anda: tanyakan kepada anggota keluarga nama benda yang mereka dapatkan sebagai hadia pada hari raya tahun lalu atau tahun sebelumnya. Sekarang, tanyakan kepada anggota keluarga lain nama benda yang didapatkan sebagai hadiah pada hari ulang tahunnya yang lalu. Dalam banyak kasus, biasanya orang tak bisa mengintngat begitu banyak benda yang mereka terima sebagai hadiah. Namun, tanyakan kepada anak-anak apakah dia bisa mengingat saat secara diam-diam dia memberikan hadiah kepada anggota keluarga lain untuk meninggalkan kue kering di depan pintu rumah tetangga. Dia pasti bisa menceritakan semuanya secara mendetail kepada Anda, termasuk perasaannya tentang itu. orang biasanya mengingat pengalaman, bukan benda; dan pengalaman yang berkaitan dengan emosi memberikan kesan yang mendalam. Hadiah-hadiah yang bukan materiil, perbuatan baik, dan tindakan melayani orang lain adalah penting, bahkan bagi seorang anak. Dan, saat mereka belajar untuk menghargai semua itu, dia akan tumbuh dewasa dengan keinginan untuk membangkitkan perasaan yang sama pada orang di sekitarnya.
Sebagai orangtua, kita sering terlalu bersemangat untuk memberikan hal-hal yang tak bisa kita miliki saat kecil hingga lupa memberikan hal-hal yang kita miliki dahulu. Kelima kegiatan yang ada di bagian ini akan membantu Anda untuk mendiskusikan bagaimana membuat pilihan bijaksana dan menciptakan keseimbangan dalam hidup. Bahkan anak yang masih sangat mudah pun bisa memahami konsep-konsep dasar topik rumit ini. []


2
Soal Waktu

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih

Usia                                         : 5 tahun – dewasa

Bahan yang diperlukan           : Toples kaca bening (toples minuman atau toples
mayones); kacang walnut utuh, bola pingpong atau benda lain berukuran sama: beras, garam, atau gula; wadah untuk menempatkan kacang walnut dan beras

Ssebelum Anda memulai kegiatan ini, isi toples dengan kacang walnut atau apapun yang Anda gunakan sampai penuh. Tuangkan beras ke atas kacang walnut hingga semua ruang kosong terisi penuh. Kosongkan toples, lalu pisahkan kacang walnut dan beras dalam wadah yang berbeda.
Mulailah dengan memberi tahu anak-anak bahwa toples mewakili jumlah waktu yang tersedia bagi mereka semua (Anda bisa menepeli toples dengan stiker bertuliskan “24 jam” jika mau). Jelaskan bahwa kacang walnut mewakili tanggung jawab dan “kesulitan” yang mereka alami sehari-hari (tugas-tugas, pekerjaan rumah, latihan, dan sebagainya) dan beras mewakili segala hal yang menyenangkan dan mudah dalam kehidupan mereka sehari-hari (main di luar rumah, menonton televisi, dan sebagainya). Mintalah salah seorang anak untuk maju dan mengisi “hari”-nya dengan campuran kegiatan sulit dan mudah sebanyak yang bisa dia masukkan ke dalam toples. Dia mungkin akan memasukan beras lebih dahulu, setelah itu menambahkan kacang walnut; tetapi, kecuali dia memasukan kacang walnut lebih dahulu. Dia takkan bisa memasukan semuanya ke dalam toples. Biarkan dia melakukan dengan cara apa pun yang menurutnya paling benar. Perhatikan kala dia tak bisa melakukan semua yang hendak dia lakukan pada hari itu.
Tumpahkan semua keluar, pisahkan lagi kacang walnut dan berasnya, kemudian peragakan metode alternatif yang membuat dia bisa mendapatkan semua keperluan dan keinginannya berapa pun waktu yang tersedia. Jelaskan bahwa dengan lebih dahulu memenuhi kewajiban kita (isi toples dengan kacang walnut) dan mengatasi beberapa tugas sulit tapi penting dalam hidup, akan selalu ada waktu luang untuk melakukan rekreasi atau bersenang-senang (menuangkan beras untuk mengisi ruang kosong). Jika kita menghabiskan jam-jam pertama hari penangguhan, biasanya kita menjadi terlalu lelah atau kurang termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih menantang pada sisa hari.
Jika seorang anak secara tak sengaja mengisikan toples ‘dengan cara yang benar”, tunjukan mengapa caranya itu berhasil dan diskusikan prinsip yang kita maksud. Kegiatan ini bisa diserap dengan mudah oleh berbagai tingkat usia anak; dan bersama anak yang lebih tua, Anda bisa membandingkan dengan kehidupan pada umumnya—semua prioritas yang kita buat serta keseimbangan yang kita capai selama setahun dalam usaha memenuhi cita-cita. []


3
Muslihat yang Manis

Ini sebuah demontrasi sederhana, tetapi bisa mengarah pada diskusi yang baik tentang nilai-nilai dan prioritas dalam kehidupan. Tunjukkan saja buah jeruk dan permen kepada anak-anak (pastikan untuk memilih jenis buah dan permen yang mereka sukai). Tanyakan kepada tiap-tiap anak, mana dari kedua benda tersebut yang mereka inginkan. Usai setiap anak memilih, tanyakan kepadanya mengapa dia memilih buah itu.
Kemudian, berikan kepada setiap anak sebuah permen atau jeruk sesuai dengan pilihan mereka. Pertama, katakan kalimat seperti ini kepada mereka yang memilih permen, “Kau telah memilih makanan yang memberimu energi cepat. Ini makanan yang sangat enak dan manis. Meskipun demikian, makanan ini tak bertahan lama dan sering sekali tak memiliki kalori. Beberapa menit usai kau memakannya, kau akan menginginkan lebih.”
Kepada mereka yang memilih jeruk, katakan, “Jeruk juga akan memberikan energi kepadamu dan juga enak untuk dimakan. Lagi pula, jeruk memiliki lebih banyak nilai nutrisi dan akan memberikan vitamin C bagi tubuh. Kau akan lebih lama mendapatkan kepuasan dan keuntungan dari energi yang dihasilkannya. Keputusanmu memilih buah jeruk adalah keputusan bijaksana.” Jelaskan nilai jeruk dan permen meskipun tak ada yang memilih salah satu dari keduanya.
Sekarang, tanyakan kepada anak-anak, bagaimana mereka bisa membandingkan jeruk dan permen dengan keputusan-keputusan yang harus kita buat dalam kehidupan. Terimalah jawaban dan alasan yang mereka berikan, tambahkan pendapat Anda hanya jika mereka melupakan hal-hal penting. Banyak dari pilihan yang kita buat akan bisa memberikan kesenangan seketika, tetapi tak memiliki nilai yang tahan lama. Mintalah anak-anak untuk memberikan contoh dari pilihan-pilihan seperti itu. sebaliknya, jika kita bijaksana, kita bisa membuat pilihan yang akan memberikan tipe kebahagiaan dan kepuasan yang lebih tahan lama. Pikirkan beberapa situasi yang sesuai dengan usia anak seperti contoh berikut ini dan minta mereka membuat pilihan yang paling bijaksana untuk tiap-tiap skenario. Anda juga bisa meminta mereka mengidentifikasi kesenangan cepat (seperti permen) dan kepuasan tahan lama (seperti jeruk) untuk kasus masing-masing.

·         Sepulang sekolah seharusnya kau berlatih biola selama 45 menit, tetapi teman sebela rumah mengajakmu menonton video baru di rumahnya.
·         Kau sudah menabung uang jajan untuk membeli sepatu roda baru, tetapi saat berjalan-jalan di arena permainan, kau tergoda untuk menghabiskan Rp 5.000,00 dari uang jajan (yang ada dalam saku bajumu) untuk bermain.
·         Kau sedang menelepon temanmu saat Ibu memintamu membuatkan minuman panas. Kau baru berbicara selama sepuluh menit dan belum akan memutuskan hubungan.
·         Kakekmu sakit di rumah sakit dan orangtuamu mengajak mengunjungi beliau bersama mereka. Kau tak suka bau rumah sakit dan lebih suka pergi ke mal bersama teman-teman.
·         Sekolahmu mengadakan  pameran ilmu pengetahuan dan gurumu telah mengatakan bahwa mengerajakan proyek ilmu pengetahuan adalah pengalaman belajar yang baik tetapi tidak diwajibkan. Kau tahu, orangtuamu pasti ingin kau ikut apabila mereka tahu tentang pameran ini. Kau mempertimbangkan untuk tidak menunjukan pengumuman tentang pameran itu kepada orangtuamu karena kau lebih suka bermain sepak bola usai sekola daripada harus mengerjakan proyek ilmu pengetahuan. []


4
Mana yang lebih Berat

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih
Usia                                         : 5 tahun – dewasa
Bahan yang diperlukan           : 2 kantong plastik kecil berperekat; gantungan baju dari
kawat; 30-50 keping uang logam; label; pensil atau bolpoint; kaitan atau paku

Beri label pada dua kantong plastik kecil berperekat. Pada kantong satu, tuliskan label “yang tidak asyik” dan pada kantong yang lain tuliskan “yang asyik-asyik”. Rekatkan kedua kantong ini pada bagian bawah gantungan baju yang berlawan, jelas Anda takkan bisa merekatkannya dengan sempurna, tetapi itu bukan masalah. Gantungkan gantungan baju pada sebuah paku atau kaitan agar bisa bergantung bebas. Sekarang Anda telah membuat timbangan hidup Anda.
Rekatkan label kertas pada setiap uang logam. Bantu tiap-tiap anggota keluarga untuk menuliskan, di atas uang logam, kata atau singkatan kegiatan yang tengah mereka lakukan (bermain video games, berenang, les piano, menonton televisi, bermain sepak bola), komitmen (mengunjungi teman dan keluarga, kegiatan sosial, beribadah, pramuka), tugas harian (sekolah, tugas-tugas rumah tangga, pekerjaan rumah, pekerjaan).
Biarkan masing-masing menggali apakah kehidupannya telah seimbang. Saat mengambil uang logam, di harus menentukan apakah kegiatan itu atau “beban kehidupan” itu menimbulkan kesenangan atau ketegangan. Biarkan masing-masing menentukan sendiri bagaimana perasaannya tentang kegiatan tersebut. Setelah dia selesai memasukkan semua “beban’-nya, akan terlihat apakah hidupnya seimbang atau berat sebelah.
Ini adalah waktu tepat guna mendiskusikan apa yang bisa dilakukan anak itu mengembalikan keseimbangan dalam kehidupannya. Mungkin dia perlu memindahkan satu atau dua sumber stres untuk membuat kegiatan lain lebih baik menyenangkan. Mungkin, akan sesederhana mengurangi waktu menonton televisi. Ini juga bisa menjadi kesempatan yang baik untuk membicarakan kenyataan bahwa meskipun beberapa kegiatan suatu saat terasa amat membebani (berlatih piano, mengerjakan pekerjaan rumah), banyak hal dari kegiatan-kegiatan itu pada akhirnya nanti akan membawa kesenangan dan kepuasan dalam hidup. []


5
Telur Emas

Jumlah peserta                         : 4 atau lebih

Usia                                         : 3 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : Telur yang telah diberi warna atau ditempeli kertas
berwarna; I telur emas (dibuat dari kertas berwarna atau cat); keranjang atau kantong kertas; kertas dengan daftar nilai.

Permainan ini bisa dimainkan dengan beberapa cara. Bisa dilakukan sebagai kegiatan dalam ruang dengan memakai telur yang yang dibungkus kertas berwrna. Permainan ini juga bisa dilakukan pada waktu apa pun sebagai kegiatan belajar yang menyenangkan dan benda yang disembunyikan bisa diganti menjadi kertas berwarna berbentuk persegi, daun semanggi, hati, atau bentuk lain yang Anda sukai. Bergantung pada jumlah peserta, setidaknya Anda memerlukan lima warna berbeda dan setidaknya 8 sampai 10 telur untuk setiap anak yang ikut. Saya akan menggambarkan permainan ini seperti permainan perburuan telur Paskah yang biasa dimainkan pada hari Paskah dan Anda bisa mengadaptasinya sesuai dengan permainan ini.
Siapkan sebelumnya sejumlah besar telur dengan setidaknya lima warna berbeda contoh: merah mudah, biru, hijau, kuning, oranye). Siapkan satu telur emas dengan menggunakan cat warna emas, gliter, atau foil warna emas. Sembunyikan semua telur dan beri setiap anak sebuah keranjang atai tas. Jelaskan peraturan permainan kepada mereka:

·         Ini adalah perburuan telur untuk mengumpulkan skor (nilai). Pemenang adalah dia yang mengumpulkan nilai terbanyak.
·         Tiap-tiap warna telur memiliki nilai berbeda, tetapi saat ini hanya pemimpin permainan (Anda) yang tahu nilai masing-masing.
·         Ada sebuah telur emas.
·         Setelah kalian selesai mengumpulkan telur dan mendapatkan beberapa buah, kalian boleh mulai saling bertukar telur sesuai dengan warna apa yang kalian pikir memiliki nilai terbesar.
·         Setelah permainan usai, nilai warna akan diumumkan dan anak-anak bisa mulai menjumlahkan nilai mereka.

Pada akhir permainan, tunjukan sehelai kertas atau daftar dengan nilai-nilai sebagai berikut (atau adaptasi dari nilai-nilai ini):

Telur biru = 1 point
Telur hijau = 5 point
Telur kuning = 10 point
Telur merah muda = 20 point
Telur oranye = 50 point
Telur emas = min 100 point
Semua telur yang sama = 1.000 point
Setiap warna berbeda = 500 point
Jumlah telur terbanyak = 100 point
Jumlah telur tersedikit = 1.000 point

Usai menentukan pemenang, duduklah dalam lingkaran dan diskusikan beberapa pertanyaan berikut atau ide-ide yang sesuai:

·         Apakah lebih baik mengetahui nilai sesuatu sebelum kau memperoleh atau mengalaminya? Mengapa?
·         Bagaimana kita mengetahui nilai-sebenarnya sesuatu dalam hidup?
·         Sebutkan beberapa hal yang bisa dianggap sebagai nilai!
·         Menurutmu, apa yang paling penting dalam hidup ini?
·         Menurutmu, di mana kebenaran peryataan berikut ini? “Hidup ini bak tokoh perhiasan yang dimasuki seorang perampok. Namun, alih-alih mengambil semua perhiasan yang ada, mereka malah asyik menukar semua label harga. Hal-hal yang kelihatannya sangat bernilai, dihargai murah; dan hal-hal yang berharga murah, terlihat sangat bernilai.”

Setiap hari, anak-anak kita akan diharuskan membuat pilihan tentang apa yang penting dalam hidup mereka. Pada akhirnya, pilihan yang mereka buat akan menentukan kualitas kehidupan yang mereka jalani. Penting bagi orangtua untuk menciptakan kesempatan bagi anak agar mereka bisa mengetahui kemampuan mereka membuat keputusan dan mengetahui akibat fari pilihannya itu. akan tetapi, apada akhirnya, tak ada yang lebih membekas dalam pikiran anak-anak dibandingkan dengan teladan orang tua mereka dalam membuat pilihan bijaksana dan menentapkan proiritas penting dalam hidup yang merupakan pengembangan dan kepatuhan pada kode moral keluarga mereka. []



Potensi dan menghargai diri sendiri


Untuk anak-anak:

Kau bisa menghitung jumlah biji di dalam apel, tetapi kau tak bisa menghitung jumlah apel yang akan dihasilkan dari sebuah biji.

Untuk orangtua:

Mereka mungkin bisa melupakan apa yang Anda katakan, tetapi mereka takkan pernah melupakan perasaan yang Anda timbulkan dalam hati mereka.

--Carl W. Buehner

Seorang ayah dengan tiga putra-putrinya baru-baru ini bercerita kepada saya tentang suatu malam di meja makan mereka: “Putri kami Stephanie, t tahun, tengah menikmati spageti dan bakso keduanya. Saat itu dia hanya memakan baksonya dan kami meminta dia untuk memakan sedikit pastanya juga. ‘Tidak,’ katanya, ‘aku cuma mau baksonya,’ sambil meneruskan mencari bakso di piringnya. Akhirnya, putra kami Jon, 5 tahun berteriak dengan marah, katanya, Stephanie, aku nggak peduli apa kata Mister Rogers 9nama tokoh kartun—penerj.)—kamu anggak kayak gitu!
Jadi begitulah, tanpa memedulikan Mister Rogers, anak-anak pada usia yang sangat dini telah dipaksa untuk menarik garis batas jelas antara keyakinan bahwa mereka adalah permata terunik di dunia dan kenyataan menyakitkan bahwa mereka mungkin sama tak berharganya dengan sepotong beling.
Sebagai pasangan orangtua, Anda pasti telah melihatnya: putri Anda pulang dari sekolah dan membuang buku-bukunya ke lantai. Dia telah belajar keras untuk menghadapi ujian matematikan. Di yakin bisa mendapatkan nilai baik. Meskipun demikian, ketika waktu ujian semakin dekat dan ketegangan menelannya, dia jadi kesulitan untuk berkonsentrasi danakhirnya gagal dalam ujian. “ kenapa akau begitu bodoh?” keluhnya. Usai bertahun-tahun berusaha keras untuk menguasai pelajaran tertentu di sekolah, dia telah mengucapkan kalimat itu pada dirinya sendiri tentu menyerah pada kenyataan bahwa dia tak bisa berhasil secara akademis. Titik.
Kita pernah mendnegar evaluasi negatif tentang diri sendiri dari semua anak-anak kita: “Ibu, aku lebih gendut daripada anak-anak lain di kelas… kenapa rambutku jelek banget?… Ayah, kenapa Eli bisa ikut tim bola basket sedangkan aku tidak?…Guruku membenatkku lagi tadi waktu aku buru-buru keluar pas jam istirahat…Proyek ilmu pengetahuanku cuma meraih ‘tempat ketiga’… Kenapa aku tidak diundang ke pesta ulang tahun Kiki?”
Sebagai orangtua, kita semua sangat tahu bahwa dunia ini bisa begitu keras bagi anak-anak kita. Pengalaman sehari-hari dengan teman-teman, para guru, dan anggota keluarga bisa membingungkan serta mengecilkan rasa percaya diri. Dan meskipun anak-anak kit ajuga berperan dalam membuat kita tertekan (bahkan kadang terlalu tertekan) tetaplah penting bagi kita untuk menyadari bahwa kita adalah “cermin” utama dalam kehidupan anak-anak. Mereka mengumpulkan sebagian besar citra dirinya melalui hal yang mereka lihat terpencar dari mata Anda. Dan refleksi positif menghasilkan citra diri yang positif. Setiap anak memiliki sesuatu yang penting dan indah untuk ditawarkan kepada dunia dan tak ada yang bisa menggali keunikan seorang anak dibandingkan orangtuanya.
Caranya adalah menemukan celah—di antara kemacetan, memasak untuk makan malam, delapan jam di kantor, dan beban lain—untuk bisa mengatakan sepatah dua kata agar anak kita tahu betapa berharganya mereka. Kita telah sering mendengar kalimat, “Lihatlah mereka saat melakukan kebaikan.” Kedengaran cukup mudah. Akan tetapi, begitu Anda hendak menuju dapur dengan niat untuk memuji usaha berani mereka, Anda langsung diingatkan pada pintu lemari atau laci yang dibiarkan terbuka, sepatu olahraga bergelatakan di lantai, mi yang telah mengering di atas mejjja, remah-remah roti bertebaran di meja dapur, bekas sisa susu mengeras dalam enam atau delapan gelas di tempat cuci piring, dan anak-anak yang meskipun mendapatkan nilai baik di sekolah, tetapi perbendaharaan katanya hanya terbatas pada tiga kata, “Makan malamnya apa?”
Sembari sekali lagi kita menetapkan hati untuk memfokuskan diri pada hal-hal positif yang ada dalam diri anak-anak, kita juga perlu ingat bahwa setiap anak berkembang menurut kecepatan individual mereka dan dengan gayanya sendiri. Membuat perbandingan di antara anak-anak, terutama antarsaudara-kandung, adalah tindakan yang merusak. Harapan untuk setiap anak, yang biasanya lahir dari harapan kita sendiri pada masa lalu, pengalaman pribadi, atau nilai-nilai budaya, menjadi tongkat ukur dalam menilai anak-anak. Mereka merasakan takanan dari harapan-harapan itu; dan sayangnya jarang mempertanyakan, alih-alih mereka malah mulai mempertanyakan kemampuan pribadi mereka sendiri.
Gail Olsen, ibu lima orang anak, berbagai pencerahan yang suatu hari didapat saat tengah berada di taman mawarnya. Gail memiliki 75 jenis semak mawar—saat, mawar-mawarnya erupakan perpaduan warna dan keharuman luar biasa. Namun, hari ini dia tengah memangkas semaknya. Ketika tengah memangkas serumpun kuncup bunga yang masih hijau, Gail membayangkan bagaimana bentuk tiap-tiap kuncup itu jika telah tiba masanya untuk mekar—warna merah tua, oranye tua, putih yang manis, merah mudah lembut, kuning tua, semua mekar menyebarkan aroma wangi.
Kuncup yang ada di depannya sekarang belum memiliki warna, wangi, bentuk lembut, tetapi apakah ada yang berani menyebut kuncup-kuncup bunga mawar ini bukan pemandangan indah untuk dilihat? Kencatikan yang rapuh dan belum lagi mekar ini bukan tidak sempurna atau tidak indah meskipun belum memiliki warna dan aroma. Kuncup-kuncup ini hanyalah tengah berada pada tahap kedewasaan yang berbeda dari mawar-mawar lain yang telah mekar. Demikian juga anak-anak kita, dalam diri mereka tersimpan semua kecantikan dan kekayaan yang dimiliki bunga paling cantik, meskipun metamorfosis itu akan terjadi dalam waktu dan musim yang berbeda pada taiap anak, ali-alih membandingkan kuncup yang masih hijau dengan bunga lain yang sudah mekar atau memaksa kuncup hijau mekar sebelum waktunya kita perlu untuk belajar mensyukuri setiap potensi dan melihat keindahan setiap fase—apakah itu dalam taman bunga atau pada diri anak-anak kita.
Psikolog anak Lawrence Kutner mengungkapkan sebagai berikut: “Citra diri seorang anak lebih mirip sebuah buku sketsa daripada sebuah foto. Saat anak-anak menjadi dewasa, jumlah danmacam citra yang ada dalam buku sketsa mungkin lebih penting daripada gambar individu yang tercetak di dalamnya.”
Jadi, pada saat yang pasti dialami oleh setiap anak, saat dia meragukan kekuatan pribadi dan keunikannya—saat-saat dia merasa seperti Forrest Gump dalam dunia yang penuh ilmuwan roket—cobalah untuk melakukan kegiatan-kegiatan berikut untuk memberikan perspektif baru dalam nilai-nilai dan harga diri pribadinya. []


6
Sebuah Apel
Dalam Sehari

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih

Usia                                         : 5 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : beberapa buah apel. Jika mungkin dengan ukuran, warna,
dan bentuk berbeda; pisau

Tunjukkan kepada anak Anda beberapa buah apel, tekankan pada perbedaan ukuran, warna, dan penampilan luar umum lainnya. Satu apel mungkin sudah terlalu masak, keruput, tau bahkan banyak bagian yang busuk. Potong apel menjadi dua bagian—bukan membujur seperti yang biasa Anda lakukan, melainkan melintang. Tanyakan kepada anak Anda, apa yang dia perhatikan tentang rongga biji. Jelaskan bahwa setiap apel memilki bintang lima sisi yang sama berisi biji. Potong beberapa apel yang lain untuk menunjukan bahw setiap apel memiliki bintang lima sisi yang sama meskipun bentuk laurnya berbda.demontrasi ini bisa dilakukan bahkan jika Anda hanya memliki sebuah apel, meskipun ini akan kurang efektif.
Jelaskan bahwa manusia berbeda dalam penampilan luar mereka—ada banyak ukuran, warna, bentuk, dan usia berbeda. Namun, di dalam diri kita masing-masing terdapat benih-benih potensi yang akan menentukan masa depan kita. “Bintang” yang ada di dalam diri kita inilah yang menjadikan tiap orang istimewa. Bak benih yang ada di dalam apel yang bisa tumbuh dan berkembang menjadi pohon buah, tiap manusia memiliki anugerah unik dan bakat yang menunggu untuk dikembangkan; hal-hal ini yang jika dipupuk dengan baik akan membuat orang itu menjadi hebat disuatu bidang.
Kegiatan ini juga bisa dipakai untuk mendiskusikan fakta bahwa manusia tak boleh dinilai berdasar penampilan luarnya saja. Alih-alih melihat kualitas-kualitas seperti ukuran, bentuk, warna, kecantikan, atau usia dalam diri teman-teman kita, sebaiknya kita belajar untuk melihat kekuatan batin dan kebaikan yang mereka miliki. Sikap “melihat ke balik permukaan” ini tidak selalu timbul secara alami pada anak-anak (atau orang dewasa), tetapi “gambaran” buah apel ini lebih berharga dibanding ribuan kata dan akan menamkan sebuah benih dalam mata batin anak-anak.
Setiap keluarga akan mendapatkan manfaat yang berbeda dari kegiatan ini, tetapi berikut ini ada beberapa ide yang bisa Anda bicarakan dengan anak-anak yang lebih muda tentang konsep penting tersebut.

Untuk Anak-anak yang Lebih Muda

·         Apa keistimewaan yang kaumiliki? (buatlah sebuah daftar sifat baik yang dimiliki anak sehingga dia bisa memulai.)
·         Kegiatan apa yang kausukai dan ingin lebih baik melakukannya?
·         Apakah kaukenal seseorang yang tidak terlalu cantik atau tampan tetapi sangat menyenangkan? Diskusikan tentang tokoh yang dikagumi anak (dari bidang olah raga, bintang film, musisi, guru, dan sebagainya) dan diskusikan berbagai atribut fisik yang mereka miliki (Apa warna rambut merek? Apakah merekakurus atau gemuk? Apakah mereka punya keruput atau bintik-bintik? Apakah mereka pendek atau tinggi?) Tanyakan apakah semua atribut fisik itu memerngaruhi bakat istimewa dan kualitas baik yang mereka miliki.
·         Apa yang diperlukan biji-biji apel tadi agar dapat tumbuh menjadi pohon apel yang besar (tanah, matahari, air udara)?
·         Jenis pemupukan bagaimana yang kauperlukan agar kaubisa mengembangkan salah satu kualitas istimewamu (kursus-kursus, latihan, percaya pada diri sendiri, dorongan dari orang lain)?

Untuk Anak yang Lebih Besar

·         Menurutmu, apa keahlian atau bakat istimewa apa yang kaumiliki? Bagaimana cara kami membantumu mengembangkan bakat-bakat ini?
·         Mengapa penting bagimu untuk merasa nyaman akan dirimu sendiri?
·         Apakah kaupernah menilai seseorang berdasarkan penampilan luar orang itu, kemudian akhirnya tahu bahwa kautelah keliru?

~
Seorang ibu pernah menceritakan kepada saya saat dia melakukan kegiatan ini. Anaknya, Willie, kelas dua SD, suatu hari pulang dari sekolah merengek dan mengeluh karena ada anak baru di kelasnya. Teman barunya itu berasal dari luar kota dan tak bisa berbahasa inggris dengan baik. Guru Willie menempatkan anak itu untuk duduk di sampainynya. Kata Willie, anak baru itu memakai rok yang aneh dananak-anak di kelas memperoloknya. Willie merasa konyol duduk di samping dia.
Meskipun ibu Willie tahu bahwa yang dirasakan Willie itu cukup normal, beliau pikir, ini adalah kesempatan yang baik untuk membicarakan perbedaan antara “tampak baiki” di penampilan luar dan “bersikap baik” di dalam hatinya. Dia teringat permainan apel ini, menunjukan kepada Willie, lalu meminta Willie untuk mencoba bersikap lebih ramah kepada anak baru itu pada hari-hari berikutnya di sekolah. Kemudian, setiap hari selama seminggi setelah itu, ibunya membekali Willie separuh buah apel untuk makan siang. Apel dengan ringga biji terlihat jelas. Setelah itu, Willie memberi tahu ibunya bahwa setiap kali melihat biji di apel itu, dia teringat pada diskusi yang mereka lakukan dan mendapati dirinya merasa lebih mudah untuk bersikap baik kepada anak itu, anak yang tak lama setelah itu diketahui Willie sangat “jago matematika”. []


7
Nilai Sebuah Jiwa

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih

Uria                                         : 5 tahun ke atas

Bahan yang diperlukan           : selembar uang kertas Rp 1.000,00 10 keping uang logam

Rp 100,00

Tunjukan uang kertas ribuan dan uang logam seratus rupiah. Mintalah anak-anak untuk mempelajarinya, lalu mencoba untuk menemukan perbedaan antara uang kertas dan uang logam itu. terimalah hasil pengamatan mereka dan tambahkan dengan hasil pengamatan Anda sendiri jika belum mereka sebutkan. Uang logam terasa keras saat disentuh, sedang uang kertas lembut dan lentur. Uang logam berdenting ramai saat dijatuhkan ke atas meja, sedangkan uang kertas tidak menimbulkan suara. Uang kertas berwarna biru, sedang uang logam berwarna kuning tembaga. Uang logam lebih berat daripada uang kertas. Bentuk uang logam berbeda dengan uang kertas. Kita bisa robek uang kertas, tetapi kita tak  bisa merobek atau mematahkan uang logam. Uang kertas bisa kusut, tetapi uang logam tidak. Ingatlah juga mereka bahwa meskipun kedua benda ini memiliki banyak perbedaan, keduanya memiliki nilai dan harga yang sama.
Sekarang, hubungkan perbandingan antara uang kertas dan uang logam dengan manusia. Mintalah anak-anak untuk mengatakan bagaimana manusia itu berbeda satu sama lain. Anda bisa menyarankan beberapa ide serupa dengan yang dipakai untuk membandingkan uang kertas dan uang logam. Beberapa orang ada yang sulit untuk dijadikan teman, sementara yang lain lebih fleksibel. Ada orang yang sangat ribut dan senang berbicara. Ada orang yang lembut dan pemalu. Manusia memiliki warna kulit yang berbeda-beda, tergantung pada kebangsaannya. Ada orang yang gemuk dan ada yang kurus. Manusia memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Ada yang lebih mudah “dipatahkan” dibandingkan yang lain (menjadi tak percaya diri, sedih, mengalah pada godaan). Ada orang yang tampak keriput dan tua, ada juga orang yang tetap “tampak” muda.
Jika uang logam dan uang kertas, meskipun memiliki beberapa perbedaan, bernilai sama, bagaimana dengan manusia? Diskusikan ide bahwa untuk menjadi manusia yang baik dan ramah, kita harus mengenali lebih dahulu nilai manusia yang tak terbatas. Mintalah anak-anak untuk memikirkan maknanya melalui contoh yang lebih praktis, seperti orang tua yang tekadang bersikap eneh, anggota keluarga yang tak selalu melakukan apa yang kita inginkan, teman sekolah yang tak selalu ramah, guru yang terkadang tampak kurang adil, tokoh politik yang padangannya kurang kita setujui, atau orang dari negara lain yang kebudayaannya tidak kita pahami. []


8
Bintang-Bintang dan
Stasiun Luar Angkasa

UNTUK YANG LEBIH TUA
Jumlah peserta: 4 atau lebih                Usia: 10 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan: alas tulis dan pensil, korek api (opsional)

UNTUK YANG LEBIH MUDA

Jumlah peserta: 2 atau lebih                            Usia: 3 tahun ke atas

Bahan yang diperlukan: sebatang lilin (opsional), jaket, dan topi


Permainan ini bisa dimainkan dengan dua cara: satu untuk anak-anak yang lebih mudah dan kedua untuk anak-anak berusia 10 tahun ke atas.

Untuk Seluruh Keluarga atau Kelompok Anak yang Usianya Lebih Tua, Remaja, atau Orang Dewasa
Kumpulkan seluruh keluarga Anda dan duduk dalam lingkaran. Letakkan sebatang lilin di tengah lingkaran. Matikan lampu yang lain untuk membuat suasana lebih menegangkan.
Minta seluruh peserta untuk membayangkan mereka tengah terjebak di dalam sebuah stasiun luar angkasa rusak yang berada di orbit bumi. Stasiun itu rusak akibat ditabrak oleh sebuah meteor. Tabrakan itu mengakibatkan rusaknya sistem listrik dan sebentar lagi oksigen yang tersisa akan segera habis. Pesawat ulang-alik darurat harus segera diluncurkan sebelum persediaan listrik dan oksigen habis. Akan tetapi, pesawat ulang-alik itu hanya bisa mengangkut tiga orang (sesuaikan angka ini dengan jumlah peserta—angka itu harus separuh daru jumlah peserta).
Setiap peserta harus mengangkat lilin dan mengatakan mengapa dia harus dimasukkan ke dalam kelompok yang selamat. Dia harus menjelaskan kebaikan apa yang dapat diberikan pada dunia, apa rencana hidupnya, bagaimana dia bisa membawa kebaikan bagi orang lain, betapa besar orang-orang di bumi bergantung pada kembalinya dia ke bumi, atau alasan apa pun yang membuat dia pantas menjadi orang yang selamat. Latihan ini bertujuan membantu anggota keluarga Anda yang selamat. Latihan ini bertujuan membantu anggota keluarga Anda untuk memikirkan bakat dan potensi mereka masing-masing. Jadi, idenya adalah membuat mereka berbicara jujur tentang kekuatan mereka dan bukan membuat sifat tokoh khayalan atau membuat skenario konyol.
Untuk menjaga agar suasana tetap serius, Anda boleh mengambil kesempatan lebih dahulu dan menceritakan kisah Anda sendiri, mungkin dengan menjadi orang terakhir di stasiun untuk menunjukan diri sebagai pemimpin yang bertanggung jawab. Usai melakukan itu, berikan lilin kepada seseorang yang Anda percaya bisa mempertahakan pola bagi anggota lain di lingkaran.
Diskusikan beberapa pertanyaan berikut dengan keluarga Anda jika mungkin.
·         Mengapa sulit mengatakan hal-hal baik tentang diri kita sendiri?
·         Apakah menurutmu, orang yang tidak mengatakan apa-apa atau hanya sedikit berbicara harus ditinggalkan?
·         Pernahkah kau memikirkan rencana untuk hidupmu sebelumnya? Sudahkah kau memikirkan seberapa penting dirimu bagi orang lain?
·         Apakah kau bersedia menyumbangkan jantung atau bagian tubuh vital yang lain saat kau meninggal untuk mempertahankan sebuah pebelitian ilmiah? Demi seorang pemimpin pemerintahan? Demi seorang bintang film? Demi seorang musisi terkenal? Demi seorang anak kecil atau nenek-nenek?
·         Apakah menurutmu, mereka yang terpilih untuk lolos memang memiliki sesuatu untuk disumbangkan pada dunia, atau karena kepandaian mereka membujuk, atau karena popularitas mereka?

Untuk Sebuah Keluarga yang Anggotanya Lebih Banyak Anak Kecil (Usia antara 3 sampai 9 Tahun)
Berdandanlah semirip mungkin sebagai seorang wartawan surat kabar, dengan sebuah topi, kartu nama kertas, sebuah jaket jika Anda punya, buku catatan, dan pensil. Anda juga bisa memakai mikrofon jika punya. Anak-anak yang menjadi peserta memrankan diri mereka sendiri, tetapi berpura-pura baru menjadi terkenal. Tugas Anda sebagai wartawan adalah mewawancarai setiap “bintang selebritis” dan cari tahu sebanyak mungkin tentang mereka. Anda harus mendengarkan dengan seksama dan membuat catatan saat anak-anak menggambarkan diri mereka untuk menjawab pertanyaan yang Anda ajukan.

·         Siapa nama lengkapmu?
·         Berapa jumlah anggota keluargamu?
·         Apa warna yang paling kausukai?
·         Makanan apa yang paling kausukai? Makanan apa yang tidak kausukai?
·         Andai kaupunya Rp 100.000,00 akan kaugunakan untuk apa uang itu?
·         Apa yang paling membuatmu takut?
·         Apa yang membuatmu tertawa?
·         Sebutkan sesuatu yang bisa membuatmu merasa sedih.
·         Andai kau boleh meminta apa saja yang akan terwujud, apa yang akan kauminta?
·         Apa yang bisa kaulakukan dengan sangat baik?
·         Apa yang paling bagus dari penampilanmu?
·         Apa yang ingin kaulakukan saat dewasa nanti? Kehebatan apa yang kaulakukan hingga bisa menjadi sangat terkenal?

Ini kegiatan sederhana. Namun, bagi anak Anda, ini berarti selama beberapa menit perhatian Anda hanya akan tertuju kepadanya dan kesempatan baginya untuk memikirkan dan membicarakan kebaikan yang dia milikinya. Saat Anda menunjukan ketertarikan melalui mencatat dan memperlakukannya bak seorang selebirti, anak Anda akan tahu bahwa dirinya berarti bagi Anda. []


9
Harta Tersembunyi

 

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih

Usia                                         : 6 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : mangkuk besar dari stainless steel atau plastik; beberapa keping uang logam; tempat air berisi air; selofan bening

Sebelum mulai, lekatkan beberapa keping uang logam di dalam dasar mangkuk dengan menggunakan selofan bening, lalu letakkan mangkuk di atas meja. Mintalah seorang anak untuk berdiri mendekat ke meja dan menggambarkan apa yang dilihatnya di dalam mangkuk itu mewakili sebuah “harta” yang tersembunyi di dalam sifat atau pribadi anak itu. anda juga boleh menyebutkan setiap sifat anak Anda saat Anda menempelkan atau menunjukan uang logam di dasar mangkuk—kemampuan artistiknya, sifat optimistisnya, kesediaannya membantu orang lain, sifat suka menolongnya, kebaikannya pada bintang, dan sebagainya. Semua anak memiliki sifat-sifat positif, tetapi mereka kurang sering mendengarnya disebutkan. Ini saat tepat dan menyenangan untuk memerhatikan hal-hal membuat yang unik setiap anak. Jika Anda melakukan kegiatan ini dengan sekelompok anak, Anda bisa membicarakan sifat-sifat baik secara umum.
Sekarang, mintalah anak itu untuk menjauh dari meja secara perlahan-lahan. Katakan untuk tetap memandang mangkuk saat dia berjalan mundur. Mintalah dia untuk terus mundur sampai tak bisa lagi melihat uang logam yang ada di dasar mangkuk. Mintalah anak itu untuk tetap di tempatnya. Pada saat ini, bicarakan tentang hal-hal dalam hidup yang terkadang membuat kita tak bisa melihat sifat istimewa yang kita miliki dan mulai memandang rendah diri kita. Bergantung pada usia anak, hal-hal itu bisa termasuk guru yang serewet dalam mata pelajaran tertentu di sekolah, tidak bisa menyamai anak “paling jago” di tim olahraga atau kelas menari, harapan orangtua, dan sebagainya. Anda juga boleh menyebutkan pengalaman pribadi di anak saat dia melangkah mundur. Tentunya saja, kualitas-kualitas yang didiskusikan oleh disederhanakan untuk anak yang lebih kecil.
Dengan menggunakan tempat air, tuangkan air sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk. Setiap kali Anda menuangkan air, sebutkan sesuatu atau minta si anak untuk menyebutkan yang dia miliki—darinya yang sesungguhnya. Ini bisa termasuk hal-hal seperti menemukan bakatnya dan mengembangkannya, mengurangi waktu melakukan hal-hal yang kurang penting dan menambah waktu untuk belajar, tidak membandingkan diri dengan anak yang "t“rbaik", melakukan hal-hal baik pada sesama membuat “kemenangan pribadi”—menuliskan semua sifat baik yang dimilikinya, berkumpul dengan teman-teman yang mengenali kelebihannya, membaca kisah orang yang mencapai sesuatu yang hebat, meskipun memiliki kelemahan atau kekurangan, dan sebagainya.
Pada akhirnya, saat mangkuk terisi penuh oleh air, si anak akan bisa melihat uang logam itu lagi—“harta tersembunyi”-nya akan bisa dilihat oleh semua orang. (Ilusi optikal ini bisa dilakukan saat mangkuk terisi penuh oleh air dan cahaya terbelok sehingga anak bisa melihat pabtulan uang logamnya.) []


10
Berikan Popcorn-nya

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih

Usia                                         : 4 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : bahan jagung popcorn, popcorn yang sudah jadi (kalau
bisa, yang baru dibuat)

Tunjukan bahan jagung popcorn kepada anak-anak dan biarkan mereka mengamati biji itu. tanyakan apakah biji itu enak rasanya jika dimakan. Mintalah si anak untuk mencium baunya dan mengatakan bagaimana baunya. Lalu tanyakan, apa yang harus dia lakukan untuk membuatnya dapat dimakan.
Sekarang, tunjukan popcorn yang sudah jadi kepada anak-anak (atau izinkan mereka membantu Anda membuatnya). Minta dia untuk memberi tahu Anda bagaimana baunya. Minta dia untuk memakannya beberapa biji dan tanyakan bagaimana rasanya. Jelaskan bahwa jika kita memberi panas pada biji jagung, mereka akan “mekar” menjadi popcorn lezat yang lembut berwarna putih atau kuning.
Dengan anak yang lebih besar, tanyakan kepada mereka bagaimana demonstrasi kecil ini bisa diterapkan pada potensi dan bakat pribadi kiya jika biji yang belum berkembang itu mewakili bakat terpendam. Hal apa dalam hidup yang bisa kita bandingkan dengan panas untuk membuat popcorn itu berkembang?
Untuk anak yang lebih kecil, jelaskan bahwa bakat dan kemampuan kita (sebutkan bakat khusus yang dimiliki anak, seperti kemampuannya memainkan sebuah alat musik, olahraga seperti sepak bola, bisbol, menggambar, menulis cerita, menyanyi, emnari, membuat orang lain tertawa) sama dengan popcorn yang belum mengembang jika kita tak melakukan apa-apa untuk mengembangkannya, maka bakat itu akan tetap menjadi biji dan dingin, keras, dan tak berguna di dalam diri kita. Jika kita memberikan panas dan energi pada bakat-bakat itu (energi yang diperlukan untuk berlatih dan mengembangkan bakat), bakat-bakat itu akan muncul dan menjadi berguna bagi kita. Dan selain memberikan keuntungan kepada kita, bakat juga memberikan kebahagiaan (aroma dan rasa popcorn) bagi mereka yang ada di sekitar kita.
Bicarakan tentang bakat pribadi tiap-tiap anak dan bagaimana dia bisa mengembangkan. Tanyakan apakah menurutnya dia perlu membagikan bakat dan kemampuannya itu kepada orang lain. Apa yang terjadi jika dia hanya mengembangkan kemampuannya untuk kepentingan sendiri? Untuk lebih membuat prinsip ini mudah dipahami, ceritakan tentang semak mawar yang bunganya tidak pernah dipotong—yang tidak pernah “memberikan” kecantikannya dan bandingkan dengan semak mawar yang bunganya secara berkala dipotong untuk memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Hanya dengan memberikan sesuatu kepada orang lainlah pribadi kita bisa berkembang. Semakin banyak kita berbagi dengan orang lain, semakin banyak kita berkembang.[]



Sikap

Untuk anak-anak:
           
Masalah adalah kesempatan yang memakai baju kerja.
—Henry Kaiser

Untuk orangtua:

Orang yang pesimis mengatakan, “Saya akan percaya setelah melihatnya.” Orang yang optimis mengatakan, “Saya akan melihatnya jika saya percaya.”
Robert Schuller

kakek saya seorang pemimpin. beliau tidak memiliki keistimewaan fisik, tetapi energi kreatif dan begitu banyak impian memenuhi dirinya dengan semangat dan gaya yang penuh aksi yang membuat dia selalu dicintai oleh istrinya, kedelapan anak, dan semua orang yang mengenal beliau. Pada suatu hari Natal, kakek king memberi hadiah kepada setiap anaknya sebuah alat musik, mengajarkan mereka cara memainkan alat itu dan menyanyi, melahirkan sebuah orkestra keluarga yang selama sekitar sepuluh tahun beliau pertunjukan di jalan-jalan.
Oleh karena saat itu sedang masa Depresi, uang yang dihasilkan dari bermain konser kecil di gereja dan sekolah-sekolah di Barat sangat sedikit, jadi keluarganya menderita kekuarangan dan hidup dari sedikit uang hasil dari melakukan konser. Kakek tidak terlalu peduli tentang punya rumah atau baju-baju bagu; rasa aman yang beliau berikan kepada keluarganya berasal dari pengalaman menjalani hidup nayata yang bagi beliau termasuk mengejar mimpi dalam dunia musik dan seni, sastra, perjalanan, alam, dan keindahan.
Jadi, pria menarik ini bersusah payah menghidupi keluarga besarnya pada 1920-an dan 1930-an sambil memperlihatkan semua kekayaan hidup yang tak bisa di beli dengan uang. Saat anak-anaknya beranjak dewasa baru-baru ini mengenang masa kecil mereka yang bergaya gipsi (berpindah-pindah seperti kehidupan kaum gipsi-penerj.), salah satu putri terkecilnya mengatakan, “Aapa kau-ingat malam-malam musim panas yang segar dan romantis itu saat seluruh keluarga berkemah di alam terbuka di bawah bintang, mendengarkan Ayah mengajarkan kepada kita gugusan bintang di angkasa dan menghitung kembali istilah botanik semua pohon dan bunga sepanjang jalan yang telah kita lewati? Ingatkah kau, betapa menyenangkannya berkemah berminggu-minggu selama kita melakukan perjalanan?” Atas pertanyaan itu, kakak perempuannya yang lebih praktis menjawab, “Sayang, kita bukan sedang berkemah. Kita tunawisma!”
Pengalaman menyenangkan dan petualangan menegangkan versus kesengsaraan akibat kondisi tidak punya rumah. Bedanya adalah pada persepsi—bedanya terletak pada sikap. Kita semua tahu bahwa sikap bisa berpengaruh besar terhadap kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup. Menurut William James, kita bisa mengubah seluruh hidup kita hanya dengan mengubah sikap kita. Dan sikap itu menular—seperti penyakit cacar, jika berada dekat orang yang tengah mengidap, kita akan tertular. Oleh karena anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya “berada dekat” dengan orangtuanya, mereka akan “tertular” sebagian besar sikap mental orangtuanya. Meskipun kebanyakan orangtua tidak selalu menjadi gambaran sempurna orang yang selalu bersikap optimistis dan antusias, ada hal-hal yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak. Hal-hal yang bisa membantu mereka memahami konsep berpikir positif dan berpikir negatif.
Pembicara motivasi Zig Zaglar membandingkan pikiran manusia dengan sebuah taman. Jika kita menanam jagung di sebuah kebun, kita tak mungkin akan menuai kentang. Apa pun yang kita tanam, pada akhirnya akan tumbuh. Begitu juga apabila kita menanam pikiran negatif dalam benak kita, kita akan menuai reaksi dan sikap negatif. Sebagai tambaha, jika kita menanam jagung, satu biji tak akan menghasilkan satu biji jagung lagi. Tetapi banyak biji jagung. Pikiran kita bekerja dengan cara yang serupa; apa pun yang kautanamkan, maka pikiran kita akan melipatgandakannya. Pemikiran negatif atau positif akan mengandalkan diri untuk menghasilkan banyak sikap negatif atau positif.
Suatu hari, saat keseribu kali usahanya untuk membuat bola lampu gagal, Thomas Edison ditanya seorang wartawan, “Tuan Edison, bagaimana rasanya gagal berkali-kali?” Itu pertanyaan yang tak terduga untuk Edison, tetapi dia menjawab dengan tenang, “Gagal? Saya belum pernah gagal sekali pun. Kini saya tahu seribu cara yang tak bisa dipakai untuk membuat bola lampu.” Ada begitu banyak teladan seperti kisah Edison yang bisa digunakan untuk mendemonstrasikan kepada anak-anak hal-hal hebat yang berhasil dicapai oleh mereka yang tetap menjaga sikap positifnya.
Meskipun sebagai besar keberhasilan dan kegagalan yang dialami anak-anak kiya akan banyak memengaruhi dunia seperti Thomas Edison, mereka perlu diajari bahwa menjaga pandangan positif, bahkan dalam peristiwa yang tidak mengenakkan, akan menjadikan mereka manusia yang lebih bahagia.
Seorang teman saya memiliki seorang putri, Erin namanya. Erin tergabung dalam sebuah tim basket yang selalu kalah. Sejauh ini, tim mereka selalu kalah dalam semua pertandingan yang dilakukan dan kini hanya tinggal empat pertandingan untuk musim ini. Erin merasa rendah diri, begitu pula rekan-rekan setimnya yang lain. Mereka rasa, kesempatan untuk memenangi keempat pertandingan yang tersisa sengat kecil dan Erin ingin keluar dari timnya segera sebelum dia lebih diperlukan. sUatu hari, usai berlatih Erin mengeluh kepada ibunya dan si ibu bukannya memberi kuliah, malah memutuskan untuk mendemonstrasikan permainan Tenggelam dan Berenang.[]


11
Tenggelam atau
Berenang

Jumlah peserta                         : 2 aatau lebih
Usia                                         : 5 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : menagkuk kaca bening berisi air, lempung

Bulatkan lempung menjadi empat bola: tiga bola kecil dan satu bola lebih besar (seperti kelereng kecil dan besar). Jatuhkan satu persatu ke dalam mangkuk dan perhatikan keempat bola itu tenggelam. Katakan kepada anak-anak bahwa setiap bola mewakili seorang manusia dan bahwa sebagian besar orang pada saat tertentudalam hidup mereka merasa tak percaya diri, terbebani oleh masalah hidupnya, atau kesepian. Sama seperti bola lempung, mereka akan tenggelam ke dalam kondisi ketidakpercayaan diri yang menyedihkan. Jika bermain dengan anak yang lebih muda, akan lebih baik apabila kita berpura-pura bahwa bola lempung itu adalah seseorang yang memiliki nama serta bicarakan mengapa setiap orang merasa sedih atau tersingkir (“Ini Sandy. Anjing Sandy baru melarikan diri dari rumahnya dan Sandy belum bisa menemukannya…”). Saat Anda menggulingkan tiap bola sebelum menjatuhkannya ke air, sebutkan fakta bahwa jika kita “sibuk” dengan diri kita sendiri, akan sulit bagi kita untuk memandang ke luar dan melihat kebutuhan orang lain.
Sekarang, ambil bola yang lebih besar dan sambil membentuk ulang, berbicaralah tentang mengubah sikap. Ubahlah menjadi bentuk kapal-kapalan sederhana. Diskusikan bahwa mengubah sikap orang lain tentang kehidupan ini mungkin dilakukan hanya dengan mengubah sikap kita sendiri dan dengan menjadi pengaruh baik bagi mereka yang ada di sekitar kita. Dengan mengembangkan dan membentuk diri kita, tetap fleksibel dan terbuka terhadap perasaan orang disekitar, kita akan lebih bisa membantu orang lain pada saat dibutuhkan.
Letakkan “kapal” (dari bola lempung besar) dia atas air dan perhatikan saat kapal itu mengapung. Sekarang, ambil semua bola kecil dan letakkan di atas kapal. Tanyakan kepad anak-anak, apa yang akan terjadi apabila seseorang mengubah sikapnya dan memutuskan untuk lebih berpikir positif dan ringan tangan. Kita bisa membantu mengangkat beban orang lain dan bisa memberi teladan bagi orang lain akan kekuatan yang timbul dari sikap optimistis.

~
usai demonstrasi ini, ibu Erin menyatakan bagaimana dia bisa menjadi “kapal” yang akan menyelamatkan anggota tim dari kehancuran. Awalnya, Erin tidak merasa yakin, tetapi setelah memikirkannya sejenak, dia memiliki rencana. Erin mendekati pamannya yang mengelolah sebuah taman bermain/seluncur air dan meminta apakah pamannya bersedia menerima 12 gadis remaja masuk ke taman bermainnya dengan potongan harga, jumlah yang akan ditanggung berdua oleh Erin dan ibunya. Setelah pamannya setuju, Erin menghubungi semua gadis anggota timnya dan memberi tahu mereka bahwa jika tim mereka bisa memenangi satu dari empat pertandingan yang akan mereka mainkan, mereka bisa menghabiskan waktu sehari penuh di tempat seluncur air tanpa harus membayar sepeser pun. Ini tampaknya meningkatkan semangat juang para gadis serta memberi mereka tujuan untuk menang; dengan semangat baru dan rajin berlatih, mereka berhasil memenagi pertandingan kedua dan ketiga dari empat pertandingan terakhir.[]


12
Kerikil di dalam
Kaus Kakimu

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih
Usia                                         : 4 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : kelereng kecil, permen kecil

Mulailah dengan memberikan kepada setiap anak sepotong kecil permen, sebaiknya permen yang bertahan beberapa menit sata diisap. Sekarang, minta mereka meletakkan sebutir kelereng kecil ke dalam kedua belah sepatu mereka, lalu pakai kembali. Dengan permen di mulut dan kelreng di dalam sepatu mereka, pergila ke luar rumah bersama mereka dan ajak mereka berjalan-jalan atau meminta mereka berjalan keliling rumah selama beberapa putaran.
Usai berjalan-jalan, mintalah setiap anak untuk menceritakan pengalaman mereka. Apa yang dirasakannya selama berjalan-jalan? Apa yang dipikirakannya? Dalam banyak kasus, kebanyakan anak akan lebih mengeluhkan perasaan tak nyaman yang dirasakan saat berjalan akibat adanya kelereng dan melupakan rasa manis permen yang mereka rasakan di dalam mulut.
Tanyakan kepada mereka dalam kehidupan. Apakah terkadang kita lebih memerhatikan kesulitan-kesulitsn dan masalah-masalah yang kita meiliki (kelereng dan kerikil) serta melupakan semua kesenangan yang kita alami (permen manis)? Apa yang lebih sering kita bicarakan sepanjang hari—hal-hal yang mengganggu dan mencemaskan kita atau keindahan hari itu serta kebaikan yang telah dilakukan orang lain kepada diri kita? Apakah kita lebih sering menginginkan hal-hal yang tidak kita miliki atau merasa bersyukur atas hal-hal yang kita miliki?
Untuk memperkuat ide ini, Anda bisa menunjukan kepada anak-anak demonstrasi pepatah gelas setengah kosong/setengah penuh. Isilah sebuah gelas bening dengan air, setengahnya saja. Kemudian tanyakan kepada setiap anak apakah menurut dia gelas ini setengah kosong atau setengah penuh. Usai mereka memberikan jawaban, bandingkan hal ini dengan cara manusia memandang dunia di sekitar mereka. Beberapa orang memiliki sikap positif terhadap hidup, selalu mencari hikmah semua kejadiaan serta merasa bersyukur atas semua anugerah yang diterimanya dalam hidup. Mereka termasuk orang-orang yang memandang gelas itu setengah penuh. Beberapa orang lain lebih memiliki sikap negatif, memfokuskan diri pada hal yang tidak mereka miliki dalam kehidupan dan mereka cenderung memandang gelas itu setengah kosong. Tanyakan kepada anak-anak, mana dari kedua tipe ini yang lebih bahagia. Sikap bagaimana yang kaumiliki? Apakah  kau orang yang suka mengeluh atau orang yang senang memuji? Bisakah kau mengubah sikap jika kau berniat untuk melakukannya?[]


13
Bila Panas Menerpa

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih
Usia                                         : 5 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : 2 lembar kertas putih; setrika dan papan strika; jus jeruk
atau susu; alat untuk menunjukan, seperti tusuk gigi, kuas kecil, jepit rambut, atau penghapus pensil

Kegiatan ini sangat mengagumkan bagi anak-anak dan mereka akan ingin menunjukan kepada teman-temannya—kegiatan ini akan meninggalkan kesan mendalam! Agar kegiatan ini bisa efektif, Anda perlu menyaipkan perlengkapan sebelum mendemonstrasikannya di hadapan mereka.
Anda akan menuliskan kata tak terlihat di sebuah kertas. Celupkan ujung tusuk gigi ke dalam susu atau jus jeruk dan dengannya perlahan-lahan tuliskan dengan huruf besar kata-kata “Aku bisa” di atas satu kertas dan “Aku tak bisa” di atas kertas lainnya (untuk anak yang lebih kecil, gambarkan saja sebuah wajah gembira di atas sebuah kertas dan gambar sebuahwajah sedih di atas kertas lainnya). Biarkan cairan di atas kertas mengering. Anda tak akan bisa melihat kata itu. nyalakan setrika Anda agar cukup panas saat kegiatan dilakukan.
Kini, Anda siap untuk mulai. Tunjukkan kedua kertas itu kepada anak-anak dan tanyakan apakah mereka bisa melihat perbedaan di antara keduanya. Katakan kepada mereka bahwa kedua kertas itu mewakili dua orang yang sangat berbeda satu dengan lainnya, tetapi kau tak bisa melihat dengan jelas perbedaan keduanya hanya dari memandang. Hal yang membedakan kedua orang ini adalah sikap mereka. Orang pertama memiliki sikap yang positif dan percaya diri, yakin dia bisa melewati hampir semua rintangan dalam kehidupan; dan orang kedua memiliki sikap negatif dan pesimistis.
Dalam melakukan kegiatan dnegan anak yang lebih kecil, akan lebih mudah jika Anda mengarang cerita untuk menghidupkan demonstrsi. Anda bisa menceritakan hal seperti, “Ini Wati dan ini Budi. Dari luar, mereka kelihatan sama, tapi dalam diri mereka sebenarnya sangat berbeda. Wati percaya kalai semuanya bisa dilakukan. Dia lebih sering merasa bahagia dan senang. Budi anak yang sering marah dan banyak mengeluh. Dia sering merasa kurang percaya diri dan menggap dirinya kurang pandai dalam banyak hal…” Teruskan demonstrasi dengan tetap berpegang pada kerangka cerita.
Diskusikan kenyataan bahwa sikap kita tidak tampak dengan jelas dalam kegiatan sehari-hari kita; mereka yang optimistis maupun pesimistis (Wati dan Budi) bisa behasil dalam pelajaran sekolah, bisa memiliki teman dekat, bisa mengembangkan bakat mereka, dan sebagainya. Kedua jenis manusia ini bisa mengalami idup dengan baik meskipun orang yang memiliki skap positif aan lebi berbahagia dan puas atas hidupnya. Akan tetapi, kita semua, suatu waktu dalam kehidupan akan menghadapi cobaan yang menguji kesabaran kita—ketidaknyamanan kesukaran, dan tantangan yang akan membebani kita serta mengeluarkan sifat asli kita pada saat ini Anda menekankan setrika panas ke atas salah satu kertas, tetaplah menekan ketas itu denan setrika selama 15 atau 20 detik. Lalu, ulangi proses itu pada lertas berikutnya.
Saat Anda menunjukkan kedua ketas yang kini pesan di atasnya terlihat katakan kepada anak-anak bahwa tekanan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, sikap kita akan memperlihatkan diri dan menjadi faktor peentu apakah kita bisa atau tidak melewati halangan dalam kehidupan. Tanyakan apakah mereka bisa menunjukkan pebedaan antara dua orang yang memiliki sikap berbeda. Apakah dia punya teman, guru, nenek, kakek, atau sepupu yang memiliki sikap negatif? Bagaimana pendapat mereka tentang oang-orang itu? []
 
14
Konsentrasi

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih
Usia                                         : 6 tahun ke atas
Bahan yang di perlukan          : tidak ada

Ini kegiatan lain yang bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan tanpa persiapan kegiatan ini bisa disesuaikan dengan loksi atau situasi apa pun.
Minta anak-anak melihat sekitar mereka dan mencari sebanyak mungkin benda berbentuk lingkaran (kancing, matahari, lubang tali sepatu, bayangan lampu bola, piring, jeruk, bola mata, dan sebagainya). Atau, berikan jumlah tertentu—mintalah dia untuk menemukan enam benda yang bisa dilihat di sekitarnya.
Sekarang, mintalah dia untuk melihat sekelilingnya dan mencari sebanyak mungkin benda bebentuk segi-empat (meja, dinding, televisi, gedung, jendela cokelat segi-empat, balok, buku). Anda bisa meneruskan kegiatan ini selama bisa menjaga perhatian anak. Kategori lain yang dicari bisa temasuk:

Benda berbentuk bujur sangkar          benda bewarna hitam
Benda bebentuk segitiga                     benda yang begerak
Benda berwarna hijau                         benda hidup

Usai Anda melakukan beberapa dari kategori di atas, ajukan hal-hal berikut:
·         Saat kau mencari benda bebentuk lingkaran, apakah kau memperhatikan benda lain yang berbentuk segi-empat?
·         Saat kau mencri benda yang berwana hijau, apakah kau melihat benda lain yang berwarna hitam?
·         Saat kau berkonsentrasi mencari benda hidup, apakah kau menghitung berapa banyak benda mati yang kaulihat?

Jawaban dari petanyaan-pertanyaan di atas, bagi kebanyakan orang, adalah “tidak”. Sekarang, diskusikan ide “berkonsentrasi”. Kita cenderung melihat hal-hal yang tengah diperhatikan. Jika kita tengah berkonsentrasi pada bentuk lingkaran, kita akan menemukan lingkaran. Jika kita tengah bekosentasi pada bentuk segitiga, mata dan pikiran kita akan mencari bentuk segitiga.
Diskusikan fakta bahwa prinsip yang sama berlaku dalam kehidupan kita: jika kita berkonsentrasi pada kesulitan-kesulitan, hal negaif dalam idup, kita akan terus melihat hal-hal tersebut. Jika kita bekonsenasi pada kualitas-kualitas baik yang kita miliki, anugerah yang telah kita terima dan hal-hal yang membuat kita bahagia, kita akan memiliki pandangan yang lebih positif tentang kehidupan.
Tanyakan bagaimana kita bisa meneapkan prinsip yang sama pada cara kita memandang keluarga dan teman-teman kita. Bisakah kau memandang kebaikan sekaligus keburukan seseorang? Mana yang akan menjadikanmu lebih bahagia? Apa akibat yang kaurasakan jika kau lebih berkonsentrasi pada kebaikan orang lain? Orang seperti apa yang dipilih lain atau orang yang terus-menerus membicarakan kejelekan orang lain? []
Kejujuran dan Integritas

Untuk anak-anak:

Mencuci bersih pompa air takkan menghasilkan air murni yang jernih. Ai yang dipompa keluar berasal dari dalam sumur.

Untuk orang tua:

Moral adalah sesuatu yang membuatmu merasa baik setelah melakukannya. Tidak bermoral adalah sesuatu yang membuatmu merasa menyesal setelah melakukannya.

—Ernest Hemingway

Seorang ibu tengah memeluk putranya yang berusia tujuh tahun dan menanyakan bagaimana sekolanya hari ini.
“Bagus,” katanya.
“Bagaimana dengan pelajaran matematika?” tanya Ibunya.
“Bagus ,” jawabnya dengan cepat.
“Apakah kaubisa memahaminya dengan baik? Apakah kaupunya cukup waktu untuk menyelesaikannya”
“Yap.”
“Baiklah—berapa hasil dari dua belas dikurangi lima?”
Putranya bepiki selama beberapa saat. Lalu menjawab, “Cuma itu yang perlu aku pelajari lagi.”
Ya, seperti kata seorang, “Mesti tetap ada yang berdoa di sekolah, semala masih ada ulangan matematika.”
Mengajarkan kejujuran kepada anak bisa menjadi tantangan berat mengingat adanya penularan ketidakjujuran melalui contoh yang setiap hari mereka lihat di sekeliling mereka. Orang berbohong kepada wartawan serta mencuri uang dari pemerintah mereka, murid curang dalam ujian, teman menyelinap masuk ke dalam bioskop, dan bahkan orangtua melanggar rambu lalu lintas atau “berbohong” lewat telepon.
Meskupun kita tidak bisa mengontrol apa yang diamati oleh anak kita di luar rumah, kita dapat mengontrol apa yang mereka lihat di rumah. Jika anak sering melihat orangtuayang saling berbohong mereka akan segera mempelajarinya sebagai cara untuk keluar dari masalah atau mendapatkan apa yang dia inginkan. Sayangnya, mereka juga akan belajar bahwa orangtua tidak selalu bisa dipercaya. Terlalu sering anak mendapat pesan yang membingungkan dari reaksi orangtuanya, seperti yang direfleksikan dalam contoh perkataan seorang ibu yang jengkel kepada temannya, “Apakah kau terganggu kalau anakmu suka berbohong?” Kemudian dijawab temannya, “Aku malah lebih terganggu kalau mereka ngomong apa adanya pada waktu yang tidak tepat!”
Secara alamiah, kejujuran memiliki arti berbeda pada pelbagi fase pertumbuhan seorang anak. Terdapat perbedaan nyata antara balita yang menumpahkan gelas berisi jus dan berkata, “Aku tidak melakukannya” dan seorang remaja yang mencuri jam tangan mahal dari toko dan berkata, “Aku tidak mengambilnya.” Namun, secara umum, jika kita memberikan contoh kejujuran utuh dalam rumah kita, anak akan secara langsung mempelajari keuntungan dari dipercaya oleh orang lain, mempunyai reputasi jujur, mengambil tanggung jawab dari tindakan, dan jujur secara emosional kepada orang lain dan diri sendiri.
Ketiika memikirkan kejujuran dan anak, penting uantuk mempertimbangkan kemungkinan alasan anak untuk berbohong dari waktu ke waktu. Tidak mengejutkan, kebanyakan dari mereka memiliki alasan sama yang dimiliki oleh orang dewasa. Anak berbohong untuk menyembunyikan rasa bersalah atau menghindari hukuman: “Aku tidak mengambil sweter Susan! Jangan salahkan aku untuk semua kekacauan!” Mereka berbohong untuk meyakinkan orang lain untuk mendapatkan pengakuan: “Ayahku direktur perusahaan dan punya banyak uang, tapi dia tidak suka pamer. Jadi, itu alasan dia memakai mobil tua.” Mereka berbohong untuk menghindari ketidaksetujuan: “Aku sudah kembalikan buku perpustakaan minggu lalu. Kau pasti menghilangkannya atau memberikannya ke orang lain.”
Terkadang, anak berbohong untuk membuat anak lain dalam masalah karena cemburu atau persaingan: “Bu, aku lihat Dani mengambil uang dari dompet Ibu ketika Ibu sedang menerima telepon.” Dan terkadang, anak akan berbohong sebagai cara keluar dari pertengkaran orangtua anak: “Saat ini aku tidak sedang merokok. Ibu tidak bisa membuktikannya, jadi apa yang akan Ibu lakukan?” Anak sejak awal seolah telah mengerti bahwa “faktor Pinokio” hanya ada dalam film—bahwa hidung mereka tidak akan tumbuh setiap kali mereka berbohong, dan terkadang mengompromikan kejujuran lebih tidak menyakitkan daripada membayar konsekuensi tindakan mereka.
Kesadaran anak-anak berkembang lambata dan berhubungan erat dengan usia dan tingkat kedewasaan umum. Namun, bahkan jika anak itu telah memiliki kesadaran, dia tetap harus terus-menerus dilatih dan diajari untuk menjaga kejujuran dan integritas pribadi. Saat tanpa sengaja berbohong atau mengecewakan, dia harus diajari pelajaran yang sama berulang-ulang. Dan, tentu, cara terbaik untuk mendorong anak kita bertindak jujur adalah dengan memuji serta menghargai setinggi mungkin saat dia berkata jujur. Sebagai orangtua, kita perlu mengurangi semangat untuk “menangkap basah” anak saat berbohong dan lebih bersemangat untuk “menangkap basah” mereka saat berkata jujur serta memujinya untuk itu. kegiatan-kegiatan berikut akan memberi Anda metode untuk mendiskusikan masalah penting tentang kejujuran dan integritas dengan cara yang kreatif dan menyenangkan. []


15
Semuanya Terikat

Jumlah peserta                         : 3 atau lebih
Usia                                         : 3 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : gulungan benang atau tali, sebuah kursi

Sebelum Anda memulai aktivitas ini, secara rahasia atau seorang anggota keluarga untuk memberikan jawaban yang salah pada tiap pertanyaan. Ini akan berjalan setelah Anda meminta dia duduk di tengah grup. Mulailah dengan membicarakan kejujuran secara umum. Tanyakan kepada anak Anda atau anggota keluarga lain jika mereka dapat memikirkan kejadian dalam hidupnya ketika mereka memutuskan untuk jujur meskipun sebenarnya akan lebih mudah untuk berbohong. Tanyakan kepada mereka yang pernah mengalaminya, bagaimana perasaannya karena telah berkata jujur.
Sekarang, mintalah orang yang telah ditunjuk sebelumnya untuk duduk di kursi. Mulailah dengan menanyakan pertanyaan sederhana seperti, “kenapa kau sangat terlambat pulang dari sekolah hari ini?” Saat dia menjawab dengan berbohong bahwa dia harus tetap di sekolah seusai waktu sekolah, belitkan satu kali seutas benang panjang di tubuhnya. Kemudian, tanyakan pertanyaan kedua berdasarkan jawaban pertamanya, seperti, “Kenapa kau harus tinggal lebih lama dio sekolah?” Saat dia kembali memberi jawaban bohong, belitkan benang sekali lagi di tubuhnya. Lanjutkan mengajukan pertanyaan berikutnya tentang kejadian yang sama, lalu belitkan benang ke tubuhnya setiap kali dia memberikan jawaban bohong. Akhirnya, dia akan terikat di kursi dan terjerat di belitan benang.
Setelah anak-anak lainmelihat dia terjerat benang seperti itu, jelaskan bahwa Anda telah meminta dia mengarang jawaban untuk semua pertanyaan yang Anda ajukan—untuk berbohong. Kemudian, diskusikan beberapa ide berikut:

·         Tanyakan, menurut pengamatan mereka, apa yang didapat seseorang karena berbohong. Tekankan betapa satu kebohongan biasanya harus diikuti dengan kebohongan lain dan betapa cepat akhirnya kita terjebak, malu, atau diperbudak oleh kebohongan
·         Tanyakan kepada mereka apa yang akan dialami oleh seseorang yang selalu berkata jujur (tak harus mengingat apa kebohongan terakhir yang pernah dia buat atau bagaimana harus memberikan alasan, pikiran yang bersih, ketenangan hati, dan merasa nayaman akan diri sendiri).
·         Mintalah anak-anak untuk menceritakan seseorang yang tertangkap basah berbohong atau terpaksa membuat kebohongan lain untuk menutupi kebohongan yang dia lakukan sebelumnya (mereka bahkan mungkin menymbangkan pengalaman pribadi).
·         Tanyakan alasan lain mengapa kita harus bicara jujur (keamanan, kepercayaan, karena itu tindakan benar).[]


16
Menara Tepung

Jumlah peserta                         : 3 atau lebih
Usia                                         : 3 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : tepung, uang logam, gelas minum (sebaiknya dari plastik)
lap piring atau kertas koran, pisau makan atau pisau mentega, piring kertas

Permainan ini sangat menyenangkan, tetapi juga bisa mengajarkan kepada anak bagaimana pengaruh luar mempengaruhi kehidupan mereka. Gelar kertas koran atau lap piring di atas meja dapur. Letakkan sekeping uang logam kecil di tengah dasar gelas minum. Masukkan tepung ke dalam gelas. Isi sampai penuh dan tekan-tekan dengan keras agar memadat. Taruh piring kertas di atas gelas, lalu balikan keduanya di atas kertas koran atau lap piring. Ketuk gelas dengan lembut, lalu angkat perlahan-lahan. Seharusnya tepung akan tetap tegak dengan bentuk gelas dengan uang logam di puncaknya. Jika tepung hancur, ulang lagi, tekan tepung lebih padat sampai bisa berdiri sendiri.
Pertama, mainkan permainan ini tanpa memakai analogi “mora”—biarkan semua orang menikmati permainan. Setiap orang ambil bagian mengiris tepi “menara tepung” menggunakan pisau dengan hati-hati. Awas jangan sampai mengiris terlalu dalam! Tujuan permainan ini adalah membiarkan uang logam tetap di puncak menara dan tidak jatuh ke dalamnya. Ketika setiap orang menghilangkan semakin banyak bagian tepung, menara akan menjadi semakin sempit dan posisi uang logam akan semakin kritis. Oarang yang irisannya mengakibatkan menara runtuh danmenjatuhkan uang logam dikeluarkan dari permainan, tetapi sebelumnya dia harus mengambil uang logam dari tumpukan tepung dengan hanya menggunakan mulut (atau gigi jika perlu). Letakkan  uang logam di dasar gelas dan isi dengan tepung lagi. Mainkan sampai tinggal satu pemain yang tersisa.
Pada putaran berikutnya, Anda sebaiknya mulai menjelaskan bahwa kita bisa membandingkan menara tepung ini dengan kehidupan kita. Seperti juga menara tepung yang terbuat dari partikel kecil tepung, kita semua terdiri dari begitu banyak hal kecil: kepribadian, pengalaman, kemampuan, kualitas yang kita warisi dari orangtua, perasaan (sederhanakan semua ini untuk anak yang lebih kecil). Selama masa kecil, kita diajari dan meneladani orangtua, teman, dan guru kita (seperti gelas yang mencetak tepung). Uang logam yang ada di puncak menara mewakili karakter atau “sisi baik” kita—kualitas kejujuran dan integritas yang kita miliki (kembali, sederhanakan ini untuk anak yang lebih kecil).
Mengiris menara mewakili pengaruh luar negatif dan kemampuan mereka untuk mengikis integritas kita, mengikis kekuatan kita, dan secara perlahan serta tanpa kita rasakan bisa menghabiskan rasa percaya diri kita (jelaskan bahwa ada banyak pengaruh positif yang bisa kita dapatkan dari luar, tetapi saat ini kita membicarakan pengaruh negatif). Akhirnya, jika kita membiarkan pengaruh-pengaruh buruk ini (teman yang salah, minum-minuman keras, narkoba, mencuri, berbohong, menyontek di sekolah) memengaruhi atau mengendalikan kita, mereka akan berhasil menjatuhkan dan meruntuhkan sisi baik diri kita (uang logam terjatuh). Saat hal itu terjadi, sering sekali sulit bagi kita untuk “kembali ke puncak” lagi, kecuali jika bisa mencari seseorang atau sesuatu untuk membantu kita membangun dan memulai dari awal lagi (mengisi gelas dan memulai permainan lagi).
Sambil melakukan kegiatan ini, akan menyenangkan apabila setiap pemain menyebutkan sebuah pengaruh buruk saat mengiris tepung. Anak atau pemain itu bisa menyebutkan “berbohong” atau “merokok”. Dia juga bisa membuat skenario kecil seperti, “Hari ini waktu teman ayu amau mencuri permen di sebuah toko, Ayu memutuskan untuk ikut mereka,” atau, “Andy memecahkan kaca rumah tetangga, tetapi tak memberi tahu siapa pun kalau dia melakukannya.” Sekali lagi, permainan ini bisa disesuaikan dengan usia pemain. []


17
Kelihatan dan
Tidak Kelihatan

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih
Usia                                         : 4 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : 3 gelas minum, air, pemutih pakaian, pewarna makanan
(warna apa saja kecuali kuning)

Sebelum Anda mulai, isi dua gelas dengan dua pertiga air, isi gelas ketiga dengan setengah gelas pemutih pakaian, tetapi lakukan dengan sembunyi-sembunyi agar tak ada yang tahu, apa isi ketiga gelas itu. tunjukan kedua gelas kepada peserta dan katakan bahwa keduanya mewakili dua teman. Anda bisa memberi nama kedua gelas itu dengan nama orang yang ada dalam kelompok atau dengan nama konyol.
Untuk anak yang lebih kecil, ceritakan sebuah cerita tentang dua teman, lakukan seiring dengan Anda melakukan permainan ini. Untuk anak yang lebih besar, Anda juga bisa memakai sebuah cerita, tetapi buatlah contoh yang sesuai dengan usia anak. Saya akan memakai contoh Ari dan Iwan.
“Sering Ari berusaha patuh pada orangtuanya dan melakukan hal-hal yang baik, tapi Iwan tampaknya selalu terlibat masalah. Ari bergegas berjalan menuju ke sekolah, sementara Iwan melenggang, melempar batu dan kayu saat berjalan melewati sekitar rumahnya. Suatu hari, Iwan melempar batu dan tak sengaja memecahkan kaca sebuah rumah. Dia melarikan diri ke sekolah dan tak pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun.” Lanjutkan cerita ini, tambahkan beberapa contoh kebohongan Iwan kepada orangtuanya: mencuri uang sepuluh ribu, menyontek di ujian sekolah, dan sebagainya.
Ketika Anda bercerita, tambahkan setetes pewarna maknan ke gelas Iwan setiap kali dia melakukan kesalahan atau kebohongan. Jangan diaduk, biarkan saja melarut ke dalam air.
Tunjukan bahwa saat pertama Iwan melakukan kebohongan, pewarna makanan tidak terlalu banyak memengaruhi warna air. Namun, setiap kali dia melakukan kesalahan, “Warnanya” semakin gelap dan kabur, kemudian “noda” akhirnya meresap ke dalam dirinya, membuat Iwan penuh rasa bersalah. Sementara itu, gelas Ari tetap jernih dan murni.
“Akhirnya, Iwan merasa kacau. Teman-temanya tak mau berada dekat dengan dia karena dia selalu terlibat dalam kegiatan yang berbahaya dan konyol. Tak lama dia merasa terjebak di dalam kebohongannya sendiri dan semakin tak menyukai dirinya sendiri. Usai berbicara serisu dengan kepala sekolahnya, Iwan memutuskan untuk mengubah jalannya. Pertama, dia datangi rumah yang kacanya dia pecahkan beberapa hari sebelumnya, meminta maaf dan menawarkan untuk membayar biaya perbaikan.”
Saat Anda menceritakan bagian ini, tuangkan sedikit pemutih pakaian (sekitar sesendok teh) ke gelas Iwan. Teruskan menambah pemutih ke dalam gelas Iwan dan hubungkan dengan cerita bagaimana Iwan berusaha memperbaiki caranya dan mulai berusaha bersikap jujur, membayar kembali serta meminta maaf kepada mereka yang pernah dia sakiti. Untuk setiap tindakan baik, tuangkan pemutih ke dalam gelas. Mereka yang melihat pasti berpikir bahwa Anda hanya menambahkan air kedalam gelas Iwan, tetapi mereka akan kagum melihat sedikit demi sedikit air di gelas semakin jernih. Akhirnya, air di gelas iwan hampir jernih.
Keseluruh skenario ini bisa diadaptasi untuk anak yang lebih besar, bahkan remaja dan orang dewasa, hanya dengan membuat elemen cerita lebih mengena bagu usia mereka.
Banyak yang bisa disimpulkan dari kegiatan ini akan menimbulkan banyak pertanyaan dan diskusi bagi anak-anak kecil dan bisa menjadi bahan pikiran menarik bagi tingkat usia yang lebih tinggi. Berikut ini ide sebagai bahan diskusi:

·         Andai kita hanya meneteskan pewarna ke dalam air (andai Iwan hanya sekali bertindak jujur), berapa banyak pemutih (usahanya untuk melakukan kebaikan) yang diperlukan untuk menjernihkannya? Semakin cepat kau menjernihkan kebohongan atau tindakan jujur, akan semakin baik. Semakin gelap warna air, semakin banyak tetasan pemutih yang diperlukan untuk menjernihkannya.
·         Sekarang, apa perbedaan antara gelas iar milik “Iwan” dan “Ari” (Air Ari sangat jerih, sementara miliki Iwan agak sedikit berwarna.) Apa kesimpulan kegiatan ini tentang pengaruh ketidakjujuran dalam hidup kita?
·         Bagaimana dengan maaf? Haruskah orang yang disakiti Iwan memaafkan dia? Akankah mulai sekarang mereka bisa mempercayai dia? Apa yang membuatmu tak bisa memercayai seseorang?
·         Menurutmu, sekarang bagaimana perasaan Iwan tentang dirinya? Mana yang menurutmu membuat dia lebih bahagia? Apa perbedaan antara kebahagiaan jangka pendek (bisa membeli sesuatu dengan uang sepuluh ribu yang dia curi atau mendapatkan nilai ujian bagus tetapi curang) ada kebahagiaan jangka penjang?
·         Langkah-langkah apa yang kauperlukan untuk membayar ketidakjujuran yang pernahkaulakukan? (1) Akui bahwa kau telah melakukan kesalahan; (2) Perbaiki hubungan—minta maaf kepada orang yang kausakiti; (3) Perbaiki apa yang telah kaurusak; (4) Berjanjilah untuk tidak melakukannya lagi. []


18
Perbaiki Diri

Jumlah peserta                         : 2 atau lebih
Usia                                         : 5 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : 1 cangkir tepung jagung (dapat diganti tepung tapioka—
peny.) ½ cangkir air, mangkuk, pewarna makanan (opsional)

Ini adalah sebuah kegiatan sederhana yang lebih menekankan pada karakter umum dan integritas seseorang daripada kejujuran. Pertama, campurkan 1 cangkir tepung jagung dan ½ cangkir air kedalam mangkuk. Aduk campuran itu dengan menggunakan spatula atau sendok. Jika mau, Anda juga bisa menabhakan setetes pewarna makanan untuk membuatnya lebih menyenangkan. “Resep” ini agak sulit dan penting bagi Anda untuk mendapatkan hasil dengan kekentalan yang tepat. Campuran ini harus cukup kental sehingga bisa membentuk “gumpalan”, tetapi cukup encer sehingga dapat menetes demi setetes sampai kekentalannya sesuai sembari menggenggamnya di tangan Anda. Sebaiknya, anda mendapatkan kekentalan yang tepat sebelum kegiatan dimuali.
Untuk memulai, bicarakan makna kata “integritas”. Jelaskan bahwa kata itu berarti kondisi saat seseorang merasa penuh atau sempurnah. Kata itu berarti keadaan baik dan sempurna. Ia juga berarti bersikap jujur. Sekarang, ambil gumpalan yang telah Anda buat dan mulailah membicarakannya seolah gumpalan itu adalah anak kecil—lebih spesifik agi anak yang hadir saat itu. saat Anda membentuk gumpalan menjadi bola dengan menggunakan kedua belah tangan, bicarakan tentang hal-hal dalam kehidupan anak-anak yang membentuk karakternya. Hal-hal yang akan menjadikan manusia produktif, bahagian, dan sempurna. Bicarakan sifat yang akhirnya akan membentuk kepribadian serta sistem nilainya. Jelaskan bahwa dengan memiliki integritas, dia akan menjadi manusia yang utuh, lengkap, baik, dan bahagia. Saat Anda membicarakan semua ini, menekan bola dengan kedua tangan Anda untuk menjaga bentuknya agar tetap bulat dan seragam.
Demonstrasi ini bisa diterapkan pada satu wilayah khusus dalam kehidupan anak (demonstrasikan integritas di sekolah, integritas dengan anggota keluarga, dengan tim bola basketnya). Atau bisa diterapkan untuk membetuk karakter baik secara umum. Kegiatan ini bisa diindividualisasikan menurut usia dan/atau kekuatan dan atau kelemahan khusus setiap anak.
Pada suatu saat dalam kegiatan ini, hentikan menekan bola dengan tangan Anda dan pegang dengan satu tangan dengan telapak tangan menghadap ke atas dan secara perlahan jari-jari Anda membuka lebar. Ketika Anda melakukan ini, katakanlah kepada anak Anda bahwa akan ada waktu dalam hidup ketika kita mungkin harus melepaskan ketegangan, santai dengan standar-standar, menjadi capai, atau karena alasan lain melamah dan membuat pilihan yang salah.
Ketika secara kontinu Anda diam memegang bola, jelaskan jika kita mengizinkan kelemahan ini menjadi kebiasaan dan membiarkannya tak terkontrol selama beberapa waktu, mereka dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan individu dan menyebabkan karakter “asli” kita tenggelam, tergelincir, dan jatuh. Pada titik ini, bola tersebut akanmulai kehilangan bentuknya dan merembes melalui jari Anda, hancur dan jatuh menjadi sampah. Anda dapat menanyakan, mengapa diperlukan usaha yang kontinu, perhatian, fokus, dan “kekuatan” untuk memelihara integritas seseorang ketika berhadapan dengan godaan dan hambatan. []


Cinta dan Kebaikan

Untuk anak-anak:

Menjadi penting sangat menyenangkan, tetapi lebih penting lagi menjadi orang yang menyenangkan.

Untuk orangtua:

Jika cinta tidak diajarkan di rumah, hampir tidak masuk akal untuk mempelajarinya di mana pun.

Tuhanku,
Aku rasa pasti sangat sulit bagi-Mu untuk mencintai semua orang di dunia. Di rumahku hanya ada empat orang dan aku tidak pernah bisa melakukannya.
—Larry

N.B. mungkin tidak akan ada saudara kandung yang berusaha saling membunuh. Jika mereka masing-masing punya kamar sendiri. Ini manjur dengan saudaraku.

Beberapa saat lalu, keluarga kami baru kembali dari perjalanan ke San Francisco. Kami sampai di jembatan tempat harus membayar biaya tol, lalu kami membayar kepada petugas yang menjaga. Kemudian, secara tak terduga, putra remaja kami, Seth, mengambil uang dari kantongnya, menyerahkan kepada petugas tersebut, dan berkata, “Ini untuk mobil di belakang!” Petugas itu terkejut seperti juga kami, tetapi dia menerima pembayaran itu dan selanjutnya kami berjalan, secara tidak sadar, kami semua menengok melalui kaca belakang untuk melihat reaksi orang dalam mobil di belakng kami ketika petugas menolak pembayarannya dan menjelaskan bahwa “Kami telah membayarnya”.
Putra kami telah melakukan tindakan tidak signifikan berupa “kebaikan acak”, tetapi tindakan tersebut menyebabkan kami semua tertawa senang memikirkan bagaimana perasaan orang asing dalam mobil tersebut. Untuk beberapa alasan, saya memikirkan pengalaman tersebut sepanjang perjalanan pulang, dan kurang dari setengah jam kemudian, ketika saya mencoba memisah dua anak kami yang bertengkar dalam permainan. Satu hal membingungkan menjadi sangat jelas bagi saya: terkadang lebih mudah menunjukan kebaikan kepada orang asing, teman, atau orang yang kita kenal daripada kepada anggota keluarga sendiri. Tinggal bersama setiap hari, saling melihat kebaikan dan keburukan, menciptakan lingkungan yang tidak selalu kondusif untuk merespons rasa cinta dari kakak danadik, atau dari suami dan istri.
Konon, jika cinta tidak diajarkan di rumah, akan sangat mustahil untuk mempelajarinya di tempat lain. Akan tetapi, semua orangtua tahu bahwa cinta tidak datang secara alami pada anak, perkataan lembut dan tindakan perlu diajarkan dan dipraktikan dalam suasana keluarga. Jika seseorang ingin menjadi pemain sepak bola yang baik, dia berlatih menendang, menyundul, dan membuar gol selama ratusan jam supaya meningkatkan dan menguasai keahlian tersebut. Meskipun kita tidak menganggap kebaikan dan cinta sebagai “keahlian”, terdapat cara untuk melatih tipe-tipe respons dengan anak yang akan meningkatkan cinta, empati, kesabaran, dan kesopanan dalam rumah.
Steven Carr Reuben mengingatkan bahwa kita perlu mengajari anak “bahwa kebesaran tidak terdapat dalam judul halaman utama dalam hidup, tetapi dalam tulisan kecil—tidak hanya dalam penyelesaian krisis yang luar biasa, tetapi terdapat dalam kehadiran bagi orang lain dalam momen sederhana dan biasa yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.” Rumah merupakan tempat ideal untuk mengajarkan dan menunjukan perilaku tersebut kepada anak, dengan orangtua secara berulang-ulang menunjukan contoh tindakan tersebut dan memuji anak Anda untuk tindakan tersebut sebanyak yang Anda lakukan ketika dia membawa pulang nilai bagus untuk ilmu pengetahuan atau matematika.
Seorang ibu menceritakan kepada saya saat dia siap melahirkan anaknya yang ketiga. Putranya, Peter yang berusia tiga tahun sangat antusias ketika mereka membicarakan seorang bayi dalam rumah, tetapi putrinya, Katie, yang berumur enam tahun, menunjukan tanda-tanda penolakan dan cemburu terhadap “persaingan” yang akan datang. Ketika seorang bayi perempuan cantik bernama sydney datang dari rumah sakit dengan Ibu dan Ayah, Katie mulai lagi menyedot jarinya. Sebanyak mungkin dia tidak mengacuhkan Sydney dan secara sembunyi-sembunyi mencubitnya sampai menangis ketika mengira orangtuanya tidak melihat. Meskipun ini merupakan respons biasa dari seorang kakak, terutama dengan jenis kelamin yang sama, ibu Katie sangat memerhatikan dan berusaha mencari jalan untuk membuat Katie merasa penting dan dicintai seperti bayi tersebut. Dia memulainya dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan melakukan kegiatan bernama nyalakan Apiku. []



19
Nyalakan Apiku

Jumlah peserta                         : 3 atau lebih
Usia                                         : 2 tahun ke atas
Bahan yang diperlukan           : 1 batang lilin untuk setiap anggota keluarga, korek api,
kertas koran

Bagikan sebatang lilin untuk setiap anggota keluarga; sebaiknya lilin runcingkan sepanjang 15 sampai 20 cm, tetapi boleh juga menggunakan lilin jenis lain. Lakukan kegiatan ini di ruang makan di atas meja makan atau meja dapur. Alasi meja dengan kertas koran untuk menampung tetesan lilin. Matikan sebagian besar lampu yang ada di ruangan itu untuk membuat cahaya lilin lebih terlihat. Jelas diperlukan kehati-hatian apabila dilakukan bersama anak kecil (salah satu orangtua atau kakak bisa meletakkan tangan di sekitar tangananak yang lebih kecil untuk memegang lilinya).
Salah satu orangtua harus menyalakan lilinya terlebih dahulu. Katakan kepada anak-anak bahwa cahaya lilin itu mewakili cinta. Sekarang, nyalakan lilin pasangan Anda dari api lilin milik Anda dan katakan betapa Anda ingin memulai sebuah rumah tangga serta membagi cinta dan kasih sayang bersamanya. Jika anda tak punya pasangan, nyalakan saja lilin anak tertua Anda.
Sekarang, dengan menggunakan lilin Anda, teruskan menyalakan lilin tiap anak menurut urutan lahir. Anda bisa membicarakan cinta yang Anda rasakan saat setiap anak hadir di tengah keluarga. Saat anak Anda dan perhatikan betapa api membesar untuk sementara waktu sembari menyalakan lilin lainnya. Setelah lilin milik semua peserta menyala, ajukan beberapa pertanyaan berikut ini kepada anggota keluarga berbeda. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu anak Anda untuk memulai membagi perasaan mereka tentang mengungkapkan cinta dan kebaikan dalam keluarga:

·         “Saat aku membagikan apiku kepada masing-masing dari kalian, apakah apiku menjadi lebih kecil? [Tidak.] Dengan memberikan cintaku kepada anak yang baru, apakah ada cinta yang diambil dari anak kandung atau pasanganku? [Tidak.] Saat cinta dibagikan di antara anggota sebuah keluarga besar, apakah cinta untuk (masing-masing anggotanya lebih sedikit? [tidak]”
·         “Setelah semua lilin di ruang ini dinyalakan, apakah cahaya di ruangan ini lebih terang atau lebih redup jika dibandingkan dengan saat hanya lilinku yang menyala? [Lebih terang.] Apakah keluarga kita punya cukup cinta untuk dibagikan dengan orang-orang di sekitar kita yang tampak sedih atau kesepian? Dengan cara apa kita bisa berbagi cahaya sebagai sebuah keluarga dan siapa yang kira-kira memerlukan beberapa cahaya kita? Akankah api kita mati jika kita membagikannya kepada orang lain di luar keluarga ini?”
·         apa yang terjadi jika kita menyatukan lilin dan membiarkan api dil lilin kita bersentuhan? Apakah kau melihat betapa api kita menyala lebih terang saat disatukan sebagai sebuah keluarga daripada saat sendiri-sendiri?

~
kegiatan ini tidak memecahkan semua masalah  Katie, tetapi ibunya melaporkan bahwa Katie sangat kagum pada fakta bahwa setelah lilin adik bayinya (yang dipegang oleh ayahnya) dinyalakan oleh sang ibu, api milik Katie masih menyala  
Tag : BERANDA
0 Komentar untuk "games terbaru"

Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.

Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)

>TERIMA KASIH<

ILMU DUNIA DAN AKHIRAT. Powered by Blogger.
Back To Top