Ibnu Qoyyim Al Jauziyah terkenal sebagai pakar
hukum Islam dan juga orang yang pakar dalam urusan cinta. Dalam sebuah karyanya
berpendapat bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta. The
first is behavior. Second is attention and last is relationship. Kita sering mendengar alasan temen-temen
kita karena baiklah, keren, macho, perhatian, dewasa dan masih banyak yang
lainnya.
Sesungguhnya
cinta adalah cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui
watak dan kelemahlembutan dirinya dalam cinta kasih. Karena sebenarnya ia tidak
jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri. Tidak akan ada suatu cinta jika
tidak ada suatu kesamaan, entah itu kesamaan dalam hal apa.
Dalam Islam cinta adalah rahmat, sedangkan
nafsu seks adalah nafsu syahwat. Dan keduanya baru dapat bersatu dalam berkah dalam ikatan
pernikahan. Ngedate (pacaran) siapa yang ngelarang. Asal sebelum pacaran nikah
dulu supaya antara cinta dan nafsu syahwat bisa bersatu dalam berkah.
Dari
pada kita menyerempet bahaya mending menghalalkan sekalian. Koq seneng bermain
api. Seperti firman Allah SWT,
“Dan aku
tidak akan membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu syahwat
itu mendorong manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Yusuf: 53)
Nah,
sekarang udah tau kan, kalo nafsu syahwat itu terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah nafsu yang dirahmati oleh
Allah, karena terbingkai dalam suatu ikatan yang sah, yaitu pernikahan.
Sedangkan yang kedua adalah nafsu yang tidak dirahmati oleh Alloh, sifatnya
liar dan menjerumuskan karena langsung dipimpin oleh iblis.
Selama pacaran, mereka berpikir sedang
berusaha saling memahami, tapi bukan itu yang terjadi. Kenyataannya ialah
mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Sehingga setiap
kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyembunyikan diri masing-masing.
Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli. Karena takut bila pelanggan
tidak puas, akhirnya ia akan ditinggalkan.
Celakanya,
seorang remaja bisa mudah terseret pada gaya
pribadi yang hipokrit. Kita ingin tampil super di hadapan si Doi. Kita ingin
menjadi seorang yang perfect. Sayang,
yang dibangun bukan perbaikan diri, tapi ‘proses penopengan diri’. Yang paling
parah adalah ketika sudah terjadi pergeseran orientasi dalam setiap amalan dan
aktivitas kita. Ketika sholat, karena dia dan bukan Dia, ketika kita tahajjud
karena takut besok pagi bakal ditanyain
sama dia. Ternyata puasa sunnah kita karena dia juga. Kita jadi pemberani dan
jagoan karena di dekat kita ada dia. Kita jadi rajin belajar karena dia. Astaghfirullah,kalau semua karena si dia
dan untuk si dia, yang kita simpan untuk bekal akhirat apa coba?
Mudah-mudahan
kita masih ingat hadits tentang kedudukan niat dalam Islam. Tidakkah kita
ngerasa ngeri kalau nanti Allah menghardik, “Mintalah balasan amalmu padanya,
karena semua amal-amalmu itu karenanya!” Apa si dia punya balasan di akhirat?
Padahal hitungan dosa kita pada Allah
buanyak banget, na’udzu billahi min
dzalik. Lagipula si dia ini pengawasannya lemah. Mari kita jujur. Apa iya
100% yang kita tampilkan padanya tentang diri kita itu benar? Tidak kan. Jujur saja, kayaknya beda deh waktu di dekat dia sama saat kita sendiri di rumah. Ini yang
bahaya untuk perkembangan kepribadian kita. Kita berlatih jadi orang yang
bermuka banyak, Ya nggak?
Lubuk
hati kita yang terdalam pun berkata, “Seolah aku bukan diriku….” Idealnya, kita
harus tetap menjadi sebaik-baik manusia yang kita mampu, baik ada dia maupun
tidak ada dia. Tapi selama kata pacaran masih hadir dalam kehidupan kita,
hampir mustahil untuk bisa lepas menjadi pribadi seutuhnya. Oke, kita akhiri
bahasan kita about ngedate or pacaran dengan sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh HR. Muslim dari Abu Hurairah, tentang segala zina yang sangat
mungkin terjadi sewaktu remaja berpacaran.
Rasulullah
SAW bersabda,
“Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari hal
zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zina mata adalah melihat,
zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah
menyentuh, zina kaki adalah berjalan. Zinanya
hati adalah ingin dan berangan-angan….” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Batas-batas
Pergaulan
Nah, setelah kamu-kamu tau
pandangan Islam tentang pacaran, trus yang musti dilakuin apa agar tidak
terjerumus dalam jerat setan tersebut? Gampang aja kok. Hendaklah dalam hidup
selalu berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, salah satunya adalah
menjaga pergaulan. Dalam menjaga pergaulan ada batas-batas yang telah
ditetapkan agama yang harus kamu patuhi. Mau tau? Simak yach…
1. Menjaga pandangan
Yang
satu ini bisa dikatakan sebagai provokator syahwat atau utusan syahwat. Oleh
karena itu, menjaga pandangan merupakan pokok dalam usaha menjaga kemaluan.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan
(berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan
pandangan selanjutnya.” (HR. At Tirmidzi)
Firman Allah SWT, “Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur: 30)
2. Menjaga pikiran yang melintas di benak
Di
sinilah tempat dimulainya aktivitas yang baik atau yang buruk. Dari sinilah
lahir keinginan untuk melakukan sesuatu yang akhirnya berubah menjadi tekad
yang bulat. Maka bagi siapa yang mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang
terlintas di benak, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan
hawa nafsunya, sedang orang yang paling jelek cita-citanya dan paling hina
adalah orang yang merasa puas dengan
angan-angan kosong. Angan-angan adalah sesuatu yang berbahaya bagi manusia. Dia
lahir dari ketidakmampuan, sekaligus kemalasan dan melahirkan sikap lalai yang
selanjutnya menyebabkan penyesalan.
3. Menjaga kata-kata atau ucapan
Tidak
berkata-kata yang dapat membangkitkan nafsu syahwat orang yang ada penyakit
dalam hatinya, kayak kata yang lemah
lembut, merdu dan menggoda sebagaimana dalam firman Allah SWT :
“Hai
istri-istri nabi, kamu sekalian tidak seperti wanita yang lain jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS.
Al Ahzab : 32)
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa topik pembicaraan dalam
berinteraksi antara laki-laki dan perempuan haruslah dalam batas-batas kebaikan
dan tidak mengandung kemungkaran. Jika pembicaraan sudah menyangkut hal-hal
yang mungkar maka interaksi harus dihentikan.
4. Menjaga Al-Khathawat (langkah nyata dalam
sebuah perbuatan)
Menjauhkan
diri dari langkah-langkah nyata yang dapat mengantarkan seseorang dalam perbuatan zina, antara lain :
a. Memakai wangi-wangian yang dapat tercium oleh
kaum laki-laki, sehingga membangkitkan nafsu syahwat mereka. Rasulullah
bersabda, “Wanita mana saja yang
memakai parfum kemudian dia keluar, lalu melewati orang banyak agar mereka dapat
mencium wanginya maka dia adalah pezina.” (HR. Abu Daud dan An Nasai)
b. Berdua-duaan dengan lelaki atau wanita yang
bukan mahram. Rasulullah bersabda, “Janganlah seseorang dari kalian bersepian
(berdua) dengan seorang perempuan kecuali bersama mahramnya.” (Muttafaq ‘alaih)
c. Berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan.
Hadist dari Ma’qil bin Yasar, bahwa Rasulullah bersabda, ”Ditusuk kepala
salah seseorang diantara kamu dengan jarum besi besar labih baik daripada
memegang perempuan yang tidak halal baginya” (HR Thabrani)
Kondisi
masyarakat sekarang yang kita dapat berinteraksi tanpa batas. Laki-laki
memegang tubuh perempuan dan sebaliknya, untuk mendapatkan kenikmatan, inilah
yang diharamkan.
Sementara
sebagian nash menunjukkan kebolehan menyentuh secara langsung atau tidak
langsung ketika ada kebutuhan dan aman dari fitnah. Sikap utama adalah
menghindari jabat tangan. Apabila kondisi sulit dihindari dan khusus, maka
jabat tangan dilakukan seperlunya dengan menjaga agar tidak sampai menimbulkan kesenangan
syahwat akibat sentuhan kulit tersebut.
d. Bercampur baurnya laki-laki dan perempuan dalam
satu forum. Hal ini dimaksudkan agar tidak memunculkan peluang fitnah yang
terjadi dari berdesak-desakkannya laki-laki dan perempuan dalam satu forum atau
suasana
Pertemuan
antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya diperbolehkan dan tidak dilarang,
kadang diperlukan bila tujuannya adalah kerja sama dalam mencapai tujuan yang
mulia.
Menutup Aurat
Selain dari batas-batas pergaulan
tersebut di atas, maka ada hal penting yang harus dilakukan terlebih dahulu,
yaitu menutup aurat. Seorang muslimah berbeda dengan wanita umumnya. Islam
sangat menjaga iffah (kesucian dan kehormatan) perempuan. Sekarang banyak
sekali muslimah-muslimah kita memakai pakaian tapi telanjang. Memakai pakaian
pressbody, transparan, membuka aurat. Baju yang atas semakin meringsut ke bawah
dan sebaliknya yang bawah semakin ke atas.
Allah berfirman, “Hai Nabi! Katakan pada istri-istrimu,
anak-anakmu yang perempuan, dan orang-orang perempuan yang beriman supaya
mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebib
patut dikenal (jilbab itu cirri khas perempuan Mu’minat), karena itu supaya
mereka tidak diganggu, Allah itu Maha Mengampuni lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Jadi
fungsi pakaian bagi wanita adalah untuk menutup aurat, sebagai identitas muslim
serta menjaga diri dari nafsu syahwat kaum adam. Pakaian disini tidak sembarang
pakaian. Syarat pakaian muslimah ada tiga yaitu :
-
Menutup seluruh aurat (seluruh tubuh kecuali wajah dan
telapak tangan)
-
Tidak terlalu ketat dan membentuk tubuh
-
Tidak tipis dan transparan
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda, “Ada dua golongan dari
akhli neraka yang belum pernah saya lihat:
- Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (oleh penguasa yang kejam)
- Perempuan yang berpakaian tipis seperti telanjang, berlenggak-lenggok dalam berjalan, menyeleweng dari kebenaran dan mencenderungkan orang lain pada perbuatan maksiat. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Mereka ini tidak akan bisa
masuk surga dan tidak akan mencium bau surga, padahal bau surga itu tercium
sejauh perjalanan 500 tahun.”
(HR. Muslim)
Akankan
surga akan kita gadaikan dengan sebuah kesenangan fashion yang ditawarkan oleh
pengusaha-pengusaha garmen dan para desainer itu? Haruskah saudara-saudara
muslim kita harus berjatuhan karena syahwatnya terpicu setelah melihat pameran
aurat yang dilakukan oleh para kaum hawa?
Takut
tidak dapat pekerjaan, susah cari jodoh, tidak praktis. Nanti saja kalau sudah
tua baru insaf. Atau berentetan alasan lain sedangkan ajal akan semakin dekat
dan kita tidak tahu kapan datangnya.
Bukankah rejeki, jodoh dan mati sudah ditetapkan oleh Allah dan kita tinggal
berusaha. Kapan
lagi bertobat kalau tidak sekarang? Apakah menunggu azab Allah yang paling
dasyat??
0 Komentar untuk "PACARAN ISLAMI, ADAKAH?"
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<