Ilmu Dunia dan Akhirat Blog's. Mencari, Memahami dan Menyimpulkan. Ilmu Dunia dan Akhirat.

NGE-FANS??BOLEHKAH DALAM ISLAM??


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
$0ATerbilang kuno sepertinya jika kaum muda sekarang ini tidak bisa menjawab siapa tokoh idolanya seperti mereka yang di sebut ELF,SONES, dan lain sebagainya. Wajar jika kita mengidolakan seseorang yang kita anggap sebagai yang lebih keren dari kita. Apalagi jika si tokoh idola memiliki bakat segudang. Aktor yang berakting memukau, penyanyi yang bersuara merdu,. Mengoleksi foto-foto sang idola dan memenuhi dinding kamar dengan poster wajah sang idola menjadi aktivitas yang sudah biasa dilakukan para penggemar. Kalau belum mem-follow twitter sang idola kurang lengkap rasanya. Dari twitter itulah, penggemar akan tahu sedang apa dan di mana sang idola, yang kadang kalanya kita itu malah merugikan diri sendiri.

Tidak jarang pula, penggemar berat mengerahkan daya dan upaya untuk selalu mengikuti sang idola yang sedang tur. Bahkan, mereka dengan rela merogoh kocek yang tidak sedikit untuk membeli tiket pertunjukan. Sudah mahal, tidak jarang antriannya juga panjang. Jika sudah kegandrungan, mereka seringkali mengikuti gaya hidup sang idola yang seringkali tidak jauh dari kesan glamor.
Ada saja fans yang tetap menggemari sang idola meskipun dia berkelakuan bejat, misalnya terbukti mengonsumsi narkoba atau pun berbuat zina. Menjadi kekacauan ketika nilai fisik lebih dihargai daripada isinya. Patutkah diteladani?
Banyak juga kaum muda yang mengidolakan ilmuwan terkenal. Mereka berotak cerdas. Namun, akan percuma saja jika mental dan moralnya lemah. Tidak sedikit dari mereka yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena merasa tidak menemukan makna hidup. Patutkah diteladani?
John Luther berkata demikian, “Karakter yang baik lebih patut dipuji daripada bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik, sebaliknya, tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunnya sedikit demi sedikit dengan pikiran, pilihan, keberanian, dan usaha keras.” Mereka mengusahakannya dengan sungguh-sungguh untuk meraihnya. Mereka jujur, pekerja keras, berani, bertanggung jawab, mencintai kebersihan, dan sebagainya. Dengan paras yang menarik dan bakat segudang, tetaplah kurang berharga jika seseorang tidak berkarakter baik.
Hal yang diperlukan oleh kaum muslim bukan hanya menjadi seseorang yang berkarakter, melainkan juga beradab. Rasulullah bersabda, “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.” (HR Ibn Majah). Menurut Kyai Hasyim Asy’ari, “Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid dan iman mewajibkan syariat. Maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid dan syariat mewajibkan adanya adab maka barangsiapa yang tidak beradab maka pada hakikatnya tiada syariat, tiada iman, dan tiada tauhid padanya.”
Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pakar filsafat dan sejarah Melayu, adab adalah pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang dalam rencana susunan berperingkat martabat dan derajat yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta. Pengenalan adalah ilmu; pengakuan adalah amal. Pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal dan pengakuan tanpa amal seperti amal tanpa ilmu. Manusia yang beradab mampu mengenali dan mengakui seseorang sesuai harkat dan martabatnya. Martabat orang yang sholih berbeda dengan orang kafir. Allah berfirman, “… Sungguh, yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS Al-Ahzab:13)
Karakter dan adab yang baik tidak hanya dipentaskan di atas panggung, tetapi juga di belakang panggung. Mereka tidak hanya akan bertingkah laku manis saat bersama dengan orang banyak, tetapi juga saat sendiri karena sesungguhnya ia menyadari bahwa Allah tidak pernah lepas memantaunya. Akhlak mulialah yang seharusnya kita contoh dari para idola itu, bukan hanya membuntuti ke sana-ke mari saat ada pertunjukan, atau bahkan malah terjerumus pada pergaulan yang tidak benar hanya karena alasan meniru gaya hidup sang artis idola.
Bukankah kita telah diberi idola sepanjang zaman yang mencontohkan karakter dan adab yang baik? Idola sebagai uswatun hasanah, ‘teladan yang baik’ seperti difirmankan Allah dalam QS Al-Ahzab:21,“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Adab muslim terhadap Rasulullah adalah dengan cara menghormati, mencintai, dan menjadikan Rasulullah sebagai  teladan kehidupan. Meneladani Rasulullah bermakna memahami kepribadian beliau dengan mengamati detail-detail kehidupan dan kondisi yang pernah dihadapinya, serta meniru perbuatan dan sifat-sifatnya. Seluruh alur hidup Rasulullah dari lahir hingga wafatnya merupakan babak-babak yang perlu kita teladani.
Sejak berumur dua belas tahun, Rasulullah memulai usahanya mencari rezeki dengan mengikuti pamannya, Abu Thalib, pergi ke Syam dalam suatu kafilah dagang. Memasuki masa remaja, Rasulullah berusaha mencari rezeki dengan menggembalakan kambing seperti penuturan beliau, “Aku dulu menggembalakan kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.” (HR Bukhari). Selama mudanya pula, Rasulullah dijaga oleh Allah dari penyimpangan yang biasa dilakukan para pemuda seusianya, seperti berhura-hura.
Pernah suatu ketika seorang pengemis buta Yahudi berkata, “Eh, kau bukan orang yang biasa menyuapiku. Biasanya, orang yang menyuapiku selalu melembutkan makanan ini terlebih dahulu baru memberikannya padaku. Kamu siapa?” Abu Bakar berkata sambil menangis, “Orang mulia yang biasa menyuapimu telah meninggal dunia. Dialah Rasulullah, Muhammad shallallahu alaihi wasalam. Aku sahabatnya.” Padahal, setiap harinya, pengemis buta Yahudi itu selalu mengatakan kebenciannya terhadap Rasulullah kepada setiap orang yang melewatinya. Mendengar jawaban Abu Bakar, pengemis tersebut mengikrarkan dua kalimat syahadat untuk masuk Islam.
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam adalah orang yang paling dermawan, khususnya di bulan Ramadhan. Orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang paling harum baunya. Orang yang paling baik pergaulannya dengan sesama manusia dan paling tidak takut kepada Allah. Rasulullah tidak pernah marah atau mendendam karena dirinya. Beliau marah hanya karena larangan-larangan Allah di langgar. Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Beliau sungguh tawadhu’ dan pemalu. Beliau tidak pernah mencela makanan. Rasulullah biasa mengesol sepatu, menjahit pakaian, membesuk orang sakit, dan memenuhi undangan orang kaya maupun orang miskin. Beliau banyak melakukan pikir dan dzikir. Beliau tidak tertawa lebar, pernah bergurau namun tidak berkata kecuali yang benar. Beliau senantiasa berlaku lemah lembut terhadap para sahabatnya.
Rasulullah telah mencontohkan detail-detail perilaku baik dalam berkehidupan. Memang tidak mungkin kita menjadi nabi, namun setidaknya kita bisa mengusahakan untuk memiliki alur yang mirip dengan cara mengikuti sunnahnya jika kita memang ingin diakui sebagai pengikutnya.
Semoga hal ini bisa menjadi renungan bagi kita semua, sudah benarkah apa yang telah kita lakukan selama ini termasuk mengidolakan kembaran aku, Lee Donghae..ckckckc dan anggota Super Junior lainnya serta ribuan bahkan jutaan artis lainnya.
Ada satu hal penting juga, apakah dengan kita jadi fans salah seorang dari mereka bisa membuat kita sukses?,menjamin kita keluar dari perangkap Syaitan??mereka orang yang kita idolakan saja tidak pernah mengetahui kita, tapi kenapa kita malah mencari tahu tentang mereka?
ingat!! dia ya dia,kita ya kita. apa sih gunanya nge-fans??
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
By : Naufaldi Reines Thinkers


2 Komentar untuk "NGE-FANS??BOLEHKAH DALAM ISLAM??"

Subhanallah! Keren banget! :D lanjutkan yaaa :)

Jadi intinya boleh gk? Ngefans kyk artis korea gitu?

Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.

Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)

>TERIMA KASIH<

ILMU DUNIA DAN AKHIRAT. Powered by Blogger.
Back To Top