Eramuslim - Dr. Aidh al-Qarni, mungkin sedikit saja dari kita yang belum pernah
mendengar nama ini. Nama Aidh al-Qarni beberapa tahun belakangan, memang nyaris
menyedot perhatian banyak kaum Muslimin. Terlebih bagi mereka yang gemar
membaca buku-buku Islam yang kini bak jamur di musim hujan.
Karya Aidh al-Qarni yang berjudul "Laa Tahzan"
dan diterjemahkan dengan "Dont be Sad" atau "Jangan
Bersedih", laris manis bak kacang goreng di pasar pembaca buku Islam
Indonesia. Buku tersebut bahkan diterbitkan oleh puluhan penerbit dan umumnya
mencapai angka penjualan yang fantastik. Hampir di setiap sampul buku tersebut,
tercantum logo "best seller" yang menandakan buku itu memang termasuk
golongan buku yang amat disukai pasar.
Berniat Uzlah dari Dunia Dakwah
Tapi, tahukah Anda apa yang kini sedang dialami oleh
ulama yang dijuluki ulama semilyar umat itu? Sejumlah informasi di berbagai
media, kini tengah mengangkat rencana pengunduran diri Syaikh Aidh al-Qarni
dari dunia dakwah. Beberapa waktu lalu, Syaikh al-Qarni bahkan diundang khusus
untuk datang ke rumah walikota Riyadh, Salman bin Abdel Aziz. Undangan untuk
al-Qarni, menurut Salman, sebenarnya adalah untuk mengklarifikasi informasi
tentang pernyataan al-Qarni yang ingin undur diri dari aktifitasnya berceramah.
Soal keinginan itu memang sudah dilansir sejumlah media
sebelumnya, antara lain harian Asy-Syarq Ausath, yang memuat rangkaian syair
milik Syaikh al-Qarni yang bertajuk "al-Qaraar al-akhiir" atau
"keputusan terakhir."
Dalam rangkaian syair itu al-Qarni menyebutkan
keputusannya untuk mengisolasi diri dari khalayak dan dakwah. al-Qarni
menegaskan dirinya akan lebih banyak berdiam di rumah, mengkaji di
perpustakaannya, lantaran tekanan dan respon negatif yang ia terima dari banyak
pihak terkait sepak terjang dakwah yang dilakukannya. Anehnya, tekanan yang
membebani Syaikh al-Qarni justru datang dari rekanannya sesama juru dakwah di
ranah Saudi sendiri. Meski ada pula yang datang dari berbagai arus ideologi
lain yang mengkritik dirinya. Namun, tetap saja yang paling membelenggu
al-Qarni adalah tudingan dan tekanan yang datang dari teman-temannya itu.
Dalam pertemuan dengan walikota Riyadh itu, Salman bin
Abdul Aziz melakukan klarifikasi tentang keputusan Syaikh al-Qarni yang
membuatnya terhenyak itu. Salman juga meminta agar keputusan itu ditinjau ulang
karena umat Islam sangat menginginkan dan membutuhkan kehadirannya di medan
dakwah seperti yang selama ini sudah dilakukan syaikh al-Qarni.
Al-Qarni mengatakan dirinya sangat menghargai kegundahan
dan keinginan yang disampaikan Salman, dan berjanji akan berpikir dan meninjau
kembali rencananya akibat suasana yang sangat mempengaruhi kejiwaannya. Syaikh
al-Qarni berjanji akan menyampaikan keputusannya satu bulan kemudian kepada
Walikota Salman.
Qasidah atau syair yang ditulis al-Qarni sepanjang 70
bait itu disebarluaskan secara utuh oleh harian Al-Madinah terbitan Arab
Saudi. Isi syair menghebohkan publik Saudi yang segera meminta klarifikasi dan
meminta agar Syaikh al-Qarni membatalkan niatnya itu. Sejumlah organisasi dan
pribadi mewakili kaum Muslimin di berbagai tempat resah dengan isi syair
tersebut dan mengirimkan surat untuk Syaikh al-Qarni.
Koresponden Islamonline menyebutkan, "Sejumlah tokoh
muslimat juga berupaya menenangkan Syaikh al-Qarni yang ingin mengundurkan diri
dari dakwah. Mereka yang berikirim surat kepada Syaikh mengaku mewakili harapan
banyak kaum Muslimat yang meminta agar syaikh al-Qarni membatalkan
keinginannya,
mengingat banyak sekali nasihat, ceramah dan buku-buku syaikh al-Qarni yang
begitu berperan dalam perkembangan pemikiran dan pribadi Muslimat." Situs
Islamonline bahkan membuka polling khusus untuk merespon para pengunjung
situsnya, terhadap rencana mundurnya Syaikh al-Qarni dari dunia dakwah.
Atas desakan dan permintaan tersebut al-Qarni pun lalu
mengatakan ingin berpikir dan menenangkan diri selama satu bulan. Ia tetap
mengatakan bahwa dirinya memang cenderung untuk melakukan uzlah dari khalayak
karena respon dan tekanan yang kerap ia terima.
Ada apa dengan Syaikh al-Qarni?
Lalu apa sebenarnya yang menjadi inti keresahan al-Qarni
hingga tokoh yang banyak membangkitkan motifasi masyarakat luas itu merasa
terhimpit dan ingin mengambil langkah yang mungkin justru bertolak belakang
dengan seruannya selama ini?
Al Qarni mengatakan, "Aku menerima tuduhan yang
banyak sekali. Orang-orang yang mengaku mendalami hadits menuduhku sebagai
khawarij. Orang-orang yang berpaham takfir (mengkafirkan) menudingku sebagai
ulama penguasa. Sebagian orang yang ada di lapangan politik memandangku sebagai
orang yang plin-plan. Bahkan ada pula yang mengatakan diriku oportunis yang
hanya mengambil untung dari situasi tertentu. Ada juga yang memfitnah dan
mengatakan aku mengganti kulit untuk memperkaya diri...." Inilah yang
ternyata yang menjadi inti kegelisahan Syaikh al-Qarni. Tudingan dan tuduhan
yang seperti memekakkan telinga dan membebani hatinya.
Rangkaian tuduhan itu makin nyaring di telinga al-Qarni,
ketika ia terlibat menjadi salah satu bintang dalam film dokumenter berjudul "Nisaa
bila Dzill” yang diproduksi oleh wanita Saudi Haifa Mansur. Hasil film
dokumenter itu lalu dipublikasikan pada tanggal 12 Maret 2005 di salah satu
gedung konsulat Prancis di Jeddah. Dalam film itu, Syaikh al-Qarni mendapat
kritikan keras karena fatwanya yang membolehkan wanita menampakkan wajahnya.
al-Qarni bahkan mengomentari bahwa tragedi fatwa itu memang mewakili sebagian
dari penderitaan yang ia alami.
Siapa Syaikh al-Qarni?
Masih belum banyak yang tahu detail tentang profil ulama
besar Saudi yang namanya mencuat jadi buah bibir masyarakat Saudi dan berbagai
belahan dunia Islam itu. Pada bulan Ramadhan lalu, Syaikh al-Qarni tampil di
televisi dalam rangkaian ceramah dari buku monumentalnya "Laa
Tahzan." Buku yang kini telah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia itu telah
terjual lebih dari 120 ribu eksemplar dalam edisi bahasa Arabnya saja. Belum
terhitung berapa jumlah buku yang terjual dalam bahasa yang lain.
Syaikh al-Qarni dikenal sebagai tokoh yang disebut orang
berani mengeluarkan pendapat, meski itu bisa mengundang kontraversi. Misalnya
saja, ia pernah menyatakan bahwa pendapat yang melarang wanita mengemudi mobil
itu bukan masalah prinsip dalam agama Islam. Ia mengatakan, "Jika saya
diajukan pilihan apakah sebaiknya wanita mengendarai mobil atau ia pergi dengan
supir orang asing (bukan mahram) berdua di dalam mobil, pasti saya memilih agar
wanita itulah yang sebaiknya mengendarai mobil sendiri."
Menyuarakan Hak Kaum Perempuan
Al-Qarni juga dikenal dengan pendapatnya yang selalu
menuntut pemberian hak-hak perempuan secara utuh sesuai syariat Islam, dan
diberi kesempatan yang luas untuk terlibat dalam urusan sosial kemasyarakatan.
Ia juga yang menyatakan kaum pria penting berdiskusi dengan kaum perempuan dan
mendengarkan pendapat mereka, bahkan kaum perempuan dianjurkan memiliki ikatan
organisasi khusus perempuan untuk bisa memberi sumbangsih perannya di
masyarakat.
Tidak sampai di situ, Syaikh al-Qarni juga menyerukan
pembentukan mahkamah yang secara khusus memperhatikan kezaliman atas kaum
perempuan. Seperti pengaduan kaum perempuan terhadap kezaliman ayahnya,
suaminya atau edurhakaan anak-anaknya.
Syaikh al-Qarni mulai populer sejak pertengahan tahun
delapan puluhan melalui sejumlah kaset ceramah yang ia keluarkan. Para jamaah
tempatnya menyampaikan ceramah keagamaan selalu penuh dan antusias dengan
nasihat-nasihat Syaikh al-Qarni.
Itu sebabnya, berita uzlah yang akan dilakukan Syaikh
al-Qarni begitu mengejutkan kaum perempuan Saudi. Karena selama ini, jarang
sekali ulama Islam yang berani menyuarakan hak-hak mereka secara vokal, baik
dalam aspek keagamaan maupun aspek sosial kemasyarakatan. Dan al-Qarni,
mewakili suara mereka di dua aspek tersebut.
Ulama yang Mumpuni di Berbagai Bidang Ilmu Syariah
Syaikh al-Qarni adalah ulama kelahiran Saudi pada tahun
1379 H. Ia menuntut ilmu di madrasah Ibtidaiyah Ali Salman, selanjutnya ia
belajar di Ma'had Ilmi sejak bangku mutawassitah (setara SMP), hingga lulus
sarjana strata 1 dan Majister di tempat yang sama. Salah satu karya ilmiyahnya
adalah "Al-Bid'ah wa atsaruha fi ad-Diraayah wa ar-Riwayah" .
Desertasi doktornya berjudul "Al-Mufahhim ala mukhtashar Shahih
Muslim".
Kelebihan Syaikh al-Qarni karena dia adalah orang yang
mendalami ilmu syariah dan dakwah. Ia juga seorang hafiz al-Qur'an dan
mendalami ilmu tafsir seperti Ibnu Katsir, At-Thabari, al-Qurthubi, Zaadu
al-Masiir Ibnul Jauzi, al-Kassyaf karya Az-Zamakhsyari, bahkan tafsir Fi
Dzilalil Qur'an milik Sayyid Quthb.
Selain mendalami ilmu al-Qur'an, ia juga fokus mendalami
ilmu hadits. Dalam catatannya, Syaikh al-Qarni menyelesaikan pembahasan kitab
Bulugh al-Maraam sebanyak lebih dari 50 kali. Ia juga mengajarkan pengajian
hadits Mukhtashar al-Bukhari, Mukhtashar Muslim, al-Muntakhab, al-Lu'lu wa
al-Marjan dan lainnya di berbagai masjid. Ia juga mengajarkan ilmu aqidah,
sirah dan fiqih dalam pengajian-pengajiannya di berbagai masjid.
Syaikh al-Qarni terkenal dengan sikapnya yang lembut dan
kasih sayang. Ia mengarungi dakwah Islam sepanjang lebih dari 25 tahun dan kini
kaset-kaset ceramahnya telah diedarkan lebih dari seribu copy dan
diperdengarkan di masjid, yayasan, universitas dan sekolah-sekolah di berbagai
belahan dunia. Sementara kitab-kitab karyanya sudah lebih dari 70 kitab yang
juga diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Kini, waktu satu bulan tenggat waktu yang diminta
al-Qarni untuk meninjau kembali keputusannya mundur dari dunia dakwah Islam
sudah lewat. Tanggal 11 Desember 2005 lalu, ia telah mengirimkan pernyataan
khusus kepada Islamonline tentang hasil pemikirannya itu. Apa hasilnya?
Jangan terkejut. Tokoh ulama besar yang cukup langka
kepiawaiannya dalam dunia dakwah serta banyak dijadikan idola itu mengatakan,
"Hingga kini saya masih belum mengurungkan rencana semula untuk mundur
dari dakwah."
Semoga Allah swt memberi kekuatan kepada Sang Da'i
Semilyar Umat, Dr. Aidh al-Qarni. Dan semoga, kerisauannya menjadi cermin yang
mengingatkan semua pihak terutama umat Islam, untuk lebih berhati-hati menuding
dan menuduh sesamanya. (na-str/iol,algrn)
Sumber : Eramuslim.com
1 Komentar untuk "Sedikit Biografi Dr. Aidh al-Qarni"
pemikiran yang sangat menarik
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<