A. Analisa Dalam Sejarah
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia (http://vitaemagistra.blogspot.com/pengertian_sejarah). Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan.
Masa Lampau, merupakan masa yang telah dilewati oleh masyarakat suatu bangsa dan masa lampau itu selalu terkait dengan konsep-konsep dasar berupa waktu, ruang, manusia, perubahan, dan kesinambungan atau when, where, who, what, why, dan How. Untuk menjawab pernyataan tersebut maka dibutuhkan sebuah data yang falid berupa fakta-fakta yang berdasarkan sumber yang jelas dan ada pada saat sebuah peristiwa di masa lampau itu terjadi.
Didalam Sebuah perumusan sejarah terdapat banyak sumber atau fakta-fakta yang berbeda dari bukti-bukti dan pelaku sejarah yang akan dirumuskan. Maka dari itu, pada titik inilah di butuhkan sebuah imajinasi seorang sejarawan untuk menggambarkan situasi sebuah peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
B. Peran Fakta Dalam Proses Analisis
Sebuah artikel yang ditulis oleh Carl L. Bucker yang berjudul ”What historical facts?” menjelaskan tentang fakta-fakta sejarah. Backer memberikan penegasan sejarah pada umumnya ditulis berdasarkan pemikiran dan tindakan manusia di masa lampau. Oleh karena itu sejarawan harus berusaha mengadakan penyelidikan untuk mengetahui segala yang diperbuat dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau itu. Dalam proses penyelidikan itu pula sejarawan harus bekerja untuk memperoleh fakta-fakta sejarah dan dapat memaparkannya.
Fakta adalah suatu statement tentang suatu kejadian/peristiwa. Peristiwa sejarah dalam arti obyektif tidak mungkin lagi diulang atau dialami kembali akan tetapi bekas-bekasnya sebagai memori dapat diungkapakan atau diaktualisasikan. Bentuk pengungkapan kembali ialah pernyataan (statement) tentang suatu kejadian. Dengan demikian, jelaslah bahwa fakta sebenarnya telah merupakan produk dari proses mental (sejarawan) atau memaorisasi. Pada hakekatnya fakta bersifat subjektif, memuat unsur dari subjek. Jadi, fakta sejarah adalah suatu statement tentang suatu kejadian atau peristiwa sejarah.
Fakta sejarah juga dapat didifiniskan sebagai suatu unsur yang dijabarkan secara langsung atau tidak langsung dari dokumen. Dokumen sejarah dan dianggap kredibel setelah pengujian yang seksama sesuai dengan hukum-hukum metode sejarah. Yang dimaksut kredibel disini adalah bukanlah apa yang sesungguh-sungguhnya terjadi, melainkan bahwa unsur itu paling dekat dengan apa yang sesungguh-sungguhnya terjadi, sejauh dapat kita ketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada (Louis Gootshalk, 1986: 95-96)
Menurut Bacher fakta-fakta sejarah dapoat dibedakan menjadi:
· Fakta-fakta keras (hard facts) yang itu fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Sebagai contoh Proklamsi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. dalam depot arsip tersimpan banyak dokumen yang mendukung atau menjelaskan peristiwa tersebut. Di dalam dokumen itu terdapat banyak data.
· Fakta-fakta lunak (cold facts) yang itu fakta-fakta yang belum dikenal dan masih perlu diselidiki kebenarannya. Untuk menguji kebenaran fakta-fakta itu, sejarawan harus mendapatkan bukti-bukti yang kuat. Selanjutnya sejarawan juga harus pandai mengelola dan menyusun fakta-fakta agar dapat membuhakan rekontruksi dalam bentuk kisah. Sebagai contoh fakta tentang pembuhuhan J.P. Kennedy yang masih kontroversial siapa pembunuhnya. Dan banyak teori berbeda-beda mengenai peristiwa itu.
C. Peran Imajinasi Dalam Proses Analisis
IMAJINASI identik dengan khayalan, juga sering dihubungkan dengan pikiran bawah sadar. Seseorang yang sedang tidur, misalnya, nalarnya masih bekerja namun di luar kesadaran. Gagasan imajiner dapat bermula dari pikiran berandai- andai. Pendek kata, imajinasi ialah pemikiran manusia yang samar. Imajinasi merupakan sebuah pemikiran yang terbentuk atas bayangan-bayangan tentang sesuatu di benak kita.
Dalam ranah kesejarahan, imajinasi berperan cukup penting. Setiap rekonstruksi sejarah akan menghasilkan suatu bentuk. Setiap bentuk memuat unsur-unsur yang mewujud konstruk. Sebuah konstruk adalah abstrak, maka ia tidak mungkin sama dengan gambaran lengkap dari apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam melakukan suatu penelitian, seorang sejarawan tentu saja harus mendasarkan penelitiannya kepada fakta-fakta yang diperoleh. Namun, seseorang tidak bisa serta merta memahami fakta-fakta sejarah itu, yang terjadi di masa lampau. Di sinilah imajinasi seorang sejarawan berperansebagai contoh persebaran islam di pulau jawa yang di lakukan oleh “Wali Songo” seorang sejarawan banyak menemukan data-data dari kisah-kisah dari fakta yang berbeda-da dan hanya dengan sebuah imajinasilah seorang sejarawan bisa merumuskan sebuah peristiwa yang terjadi pada saat itu.
Dengan berimajinasi, seseorang akan dapat menggambarkan tentang kejadian yang berlangsung pada suatu waktu., dengan berdasarkan pada fakta. Fakta menjadi landasan sejarawan untuk berimajinasi. Menurut Sartono Kartodirjo dalam Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, konstruk dari sebuah kejadian sejarah dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang utuh dan bulat. Maka, bagi penyusunan fakta-fakta menjadi sebuah kebulatan diperlukan tambahan unsur-unsur lain. Itulah unsur imajinasi sejarawan.
Namun ada batasan imajinasi dalam sejarah, yaitu tidak melakukan penganiayaan terhadap data historis, meski ia bebas melakukan interpretasi dan pengembangan. Penganiayaan di sini dalam arti imajinasi yang berlebihkan dalam analisisnya. Adapun peran imajinasi dalam analisis sejarah terutama membantu mencari kaitan antar fakta sehingga dapat dibandingkan. Fakta adalah bagian penting dalam memunculkan imajinasi seperti batu bata yang tersusun kemudian direkatkan secara apik hingga menjadi satu bangunan yang kuat. Ungkapan ini merupakan ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kedudukan dan peran imajinasi dalam analisis. Imajinasi berkaitan erat dengan interpretasi demikian pula dengan fantasi. Imajinasi didukung oleh interpretasi sebagai perekat antar fakta-fakta sejarah. Imajinasi seseoang saat merumuskan peristiwa sejarah, berbeda dengan sastrawan. Seperti yang dikatakan oleh Kuntowijoyo “Sejarah dan Sastra berbeda dalam struktur dan substansinya. Sejarah adalah sejarah sebagai ilmu, dan sastra adalah sastra sebagai imajinasi.” Imajinasi juga berkaitan dengan fantasi, namun fantasi lebih pada khayalan yang tidak terarah, sedangkan imajinasi khususnya dalam sejarah adalah mengkhayalkan sesuatu yang mungkin terjadi dalam sejarah.
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia (http://vitaemagistra.blogspot.com/pengertian_sejarah). Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan.
Masa Lampau, merupakan masa yang telah dilewati oleh masyarakat suatu bangsa dan masa lampau itu selalu terkait dengan konsep-konsep dasar berupa waktu, ruang, manusia, perubahan, dan kesinambungan atau when, where, who, what, why, dan How. Untuk menjawab pernyataan tersebut maka dibutuhkan sebuah data yang falid berupa fakta-fakta yang berdasarkan sumber yang jelas dan ada pada saat sebuah peristiwa di masa lampau itu terjadi.
Didalam Sebuah perumusan sejarah terdapat banyak sumber atau fakta-fakta yang berbeda dari bukti-bukti dan pelaku sejarah yang akan dirumuskan. Maka dari itu, pada titik inilah di butuhkan sebuah imajinasi seorang sejarawan untuk menggambarkan situasi sebuah peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
B. Peran Fakta Dalam Proses Analisis
Sebuah artikel yang ditulis oleh Carl L. Bucker yang berjudul ”What historical facts?” menjelaskan tentang fakta-fakta sejarah. Backer memberikan penegasan sejarah pada umumnya ditulis berdasarkan pemikiran dan tindakan manusia di masa lampau. Oleh karena itu sejarawan harus berusaha mengadakan penyelidikan untuk mengetahui segala yang diperbuat dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau itu. Dalam proses penyelidikan itu pula sejarawan harus bekerja untuk memperoleh fakta-fakta sejarah dan dapat memaparkannya.
Fakta adalah suatu statement tentang suatu kejadian/peristiwa. Peristiwa sejarah dalam arti obyektif tidak mungkin lagi diulang atau dialami kembali akan tetapi bekas-bekasnya sebagai memori dapat diungkapakan atau diaktualisasikan. Bentuk pengungkapan kembali ialah pernyataan (statement) tentang suatu kejadian. Dengan demikian, jelaslah bahwa fakta sebenarnya telah merupakan produk dari proses mental (sejarawan) atau memaorisasi. Pada hakekatnya fakta bersifat subjektif, memuat unsur dari subjek. Jadi, fakta sejarah adalah suatu statement tentang suatu kejadian atau peristiwa sejarah.
Fakta sejarah juga dapat didifiniskan sebagai suatu unsur yang dijabarkan secara langsung atau tidak langsung dari dokumen. Dokumen sejarah dan dianggap kredibel setelah pengujian yang seksama sesuai dengan hukum-hukum metode sejarah. Yang dimaksut kredibel disini adalah bukanlah apa yang sesungguh-sungguhnya terjadi, melainkan bahwa unsur itu paling dekat dengan apa yang sesungguh-sungguhnya terjadi, sejauh dapat kita ketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada (Louis Gootshalk, 1986: 95-96)
Menurut Bacher fakta-fakta sejarah dapoat dibedakan menjadi:
· Fakta-fakta keras (hard facts) yang itu fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Sebagai contoh Proklamsi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. dalam depot arsip tersimpan banyak dokumen yang mendukung atau menjelaskan peristiwa tersebut. Di dalam dokumen itu terdapat banyak data.
· Fakta-fakta lunak (cold facts) yang itu fakta-fakta yang belum dikenal dan masih perlu diselidiki kebenarannya. Untuk menguji kebenaran fakta-fakta itu, sejarawan harus mendapatkan bukti-bukti yang kuat. Selanjutnya sejarawan juga harus pandai mengelola dan menyusun fakta-fakta agar dapat membuhakan rekontruksi dalam bentuk kisah. Sebagai contoh fakta tentang pembuhuhan J.P. Kennedy yang masih kontroversial siapa pembunuhnya. Dan banyak teori berbeda-beda mengenai peristiwa itu.
C. Peran Imajinasi Dalam Proses Analisis
IMAJINASI identik dengan khayalan, juga sering dihubungkan dengan pikiran bawah sadar. Seseorang yang sedang tidur, misalnya, nalarnya masih bekerja namun di luar kesadaran. Gagasan imajiner dapat bermula dari pikiran berandai- andai. Pendek kata, imajinasi ialah pemikiran manusia yang samar. Imajinasi merupakan sebuah pemikiran yang terbentuk atas bayangan-bayangan tentang sesuatu di benak kita.
Dalam ranah kesejarahan, imajinasi berperan cukup penting. Setiap rekonstruksi sejarah akan menghasilkan suatu bentuk. Setiap bentuk memuat unsur-unsur yang mewujud konstruk. Sebuah konstruk adalah abstrak, maka ia tidak mungkin sama dengan gambaran lengkap dari apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam melakukan suatu penelitian, seorang sejarawan tentu saja harus mendasarkan penelitiannya kepada fakta-fakta yang diperoleh. Namun, seseorang tidak bisa serta merta memahami fakta-fakta sejarah itu, yang terjadi di masa lampau. Di sinilah imajinasi seorang sejarawan berperansebagai contoh persebaran islam di pulau jawa yang di lakukan oleh “Wali Songo” seorang sejarawan banyak menemukan data-data dari kisah-kisah dari fakta yang berbeda-da dan hanya dengan sebuah imajinasilah seorang sejarawan bisa merumuskan sebuah peristiwa yang terjadi pada saat itu.
Dengan berimajinasi, seseorang akan dapat menggambarkan tentang kejadian yang berlangsung pada suatu waktu., dengan berdasarkan pada fakta. Fakta menjadi landasan sejarawan untuk berimajinasi. Menurut Sartono Kartodirjo dalam Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, konstruk dari sebuah kejadian sejarah dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang utuh dan bulat. Maka, bagi penyusunan fakta-fakta menjadi sebuah kebulatan diperlukan tambahan unsur-unsur lain. Itulah unsur imajinasi sejarawan.
Namun ada batasan imajinasi dalam sejarah, yaitu tidak melakukan penganiayaan terhadap data historis, meski ia bebas melakukan interpretasi dan pengembangan. Penganiayaan di sini dalam arti imajinasi yang berlebihkan dalam analisisnya. Adapun peran imajinasi dalam analisis sejarah terutama membantu mencari kaitan antar fakta sehingga dapat dibandingkan. Fakta adalah bagian penting dalam memunculkan imajinasi seperti batu bata yang tersusun kemudian direkatkan secara apik hingga menjadi satu bangunan yang kuat. Ungkapan ini merupakan ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kedudukan dan peran imajinasi dalam analisis. Imajinasi berkaitan erat dengan interpretasi demikian pula dengan fantasi. Imajinasi didukung oleh interpretasi sebagai perekat antar fakta-fakta sejarah. Imajinasi seseoang saat merumuskan peristiwa sejarah, berbeda dengan sastrawan. Seperti yang dikatakan oleh Kuntowijoyo “Sejarah dan Sastra berbeda dalam struktur dan substansinya. Sejarah adalah sejarah sebagai ilmu, dan sastra adalah sastra sebagai imajinasi.” Imajinasi juga berkaitan dengan fantasi, namun fantasi lebih pada khayalan yang tidak terarah, sedangkan imajinasi khususnya dalam sejarah adalah mengkhayalkan sesuatu yang mungkin terjadi dalam sejarah.
0 Komentar untuk "Fakta Dan Imajinasi"
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<