– Buku sebagai sarana penyampaian pengetahuan belum disadari secara mendalam akan kelebihannya, tak jarang orang tua kurang memperdulikan pentingnya buku bagi anak. Anak lebih sering diajak ke pasar atau ke tempat keramaian daripada mengajaknya ke perpustakaan atau ke toko buku. Kenyataan ini menimbulkan kekhawatiran pendidik akan kesadaran masyarakat tentang lemahnya budaya membaca masyarakat. Kenyataan ini pula yang kemudian menjadi pertimbangan utama dari pendidik dalam mengarahkan siswa untuk dapat memupuk minat siswa dalam belajar agama.
Membaca, merupakan perintah Allah yang pertama yang diturunkan sebagai wahyu pertama. Perintah ini jelas termaktub dalam firman Allah:
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-Alaq: 1-5).
Ayat di atas menjelaskan bahwa baca tulis adalah kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam surat Al-Alaq tersebut, kita diperintahkan membaca yang ditulis berulang-ulang, pengulangan kata ini mengandung arti yang lebih luas dari membaca yakni belajar tentang apa saja yang tidak kita ketahui.
Disadari oleh siapapun bahwa dalam belajar di sekolah, intelegensi memegang peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Meskipun peranan intelegensi sedemikian besar, namun perlu diingat bahwa factor-faktor lain tetap berpengaruh. Diantara factor-faktor tersebut adalah: factor minat, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa keberhasilan belajar seseorang mutlaq ditentukan oleh intelegensi.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa untuk melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membuka kemajuan pada dirinya. Kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya.
Minat membaca sebaiknya ditentukan dan dibiasakan sejak usia dini, karena kemampuan menyerap suatu ilmu pada anak usia dini sangat tinggi. Kemampuan belajar yang tinggi penting bagi agama, terutama selama masa anak-anak awal, anak menerima dunia di mana dia dilahirkan, seperti karet biasa dilempar ke dalam air dengan sesukanya menyerap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Untuk itu menumbuhkan minat baca menjadi penting, karena dengan minat membaca seseorang dapat memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang suatu gejala, dapat menganalisis aspek-aspek yang dibaca, serta dapat mengaitkan dengan gejala-gejala alam lainnya. Secara singkat, dengan membaca akan diperoleh hasil baik secara informasi, pengertian, pengetahuan, keterampilan, motivasi, maupun fakta seperti yang disajikan oleh bahan bacaan.
Mungkin hal terburuk yang terjadi pada remaja berkaitan dengan membaca, adalah mereka dipaksa membaca buku-buku yang kurang menarik selera dan minat pembacanya. Namun, ketika mereka diharuskan membaca buku yang mereka anggap kurang berarti dan diberitahukan bahwa buku yang mereka sukai tidak cukup baik untuk dibaca di sekolah, maka mereka segera kehilangan minat untuk membaca sama sekali.
Walaupun sarana dan prasarana untuk kegiatan membaca semakin banyak, dan semakin banyak pula orang yang berminat untuk membaca, namun kegiatan tersebut kebanyakan hanya dilakukan oleh mahasiswa, guru, pekerja kantoran, ustadz, dan profesi lain yang bersentuhan langsung dengan kegiatan baca tulis. Memang ada juga anak-anak usia sekolah tapi itupun sedikit. Anak remaja tidak jarang ke perpustakaan atau ke toko-toko buku hanya untuk mengerjakan dan mencari referensi untuk tugas sekolah. Meskipun ada minat membaca, mereka akan lebih memilih komik-komik atau bacaan ringan daripada buku-buku agama atau filsafat yang isinya sulit untuk ditelaah. Banyak pula yang lebih memilih menonton televisi, main play station dengan beragam pertandingan seru, atau ke mal-mal yang megah sebagai hiburan atau pengisi waktu luang mereka.
Membaca memberi peluang kepada anak remaja untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Dibandingkan menonton televisi, membaca memiliki keunggulan tersendiri, diantaranya seseorang bisa mengatur sendiri kecepatan alur cerita sesuai kemampuan IQ-nya.
Dewasa ini perkembangan media elektronik sedemikian pesatnya. Di sinilah peran kita dalam memberikan hal-hal yang terbaik agar minat membaca serta belajar agama Islam jauh lebih meningkat, karena tujuan dari pendidikan agama Islam ialah membina remaja agar menjadi hamba yang suka beribadah kepada Allah. Ibadah di sini tidak hanya terbatas pada menunaikan shalat, puasa di bulan ramadhan, tetapi mencakup amal pikiran atau perasaan manusia, selama semua itu dihadapkan kepada Allah SWT.
Pendidikan Islam adalah sebuah upaya membentuk kepribadian agar sesuai ajaran agama Islam. Ajaran Islam itu sendiri bersifat sempurna, namun permasalahannya adalah dengan cara bagaimana ajaran yang telah sempurna itu dapat diajarkan dan ditanamkan kepada anak-anak. Kita tidak lagi mempermasalahkan substansi ajaran Islam, tetapi masalah media dengan metode. Suatu perangkat penting dalam mendukung sistem pendidikan anak. Harus diakui bahwa penggalian aspek metode dan media bagi pendidikan anak masih lemah sehingga perlu terus ditingkatkan lagi.
Oleh karena itu, agar tidak menyimpang dari tujuan agama Islam, maka sejak dini para remaja sudah dikenalkan pada buku-buku bacaan agama. Dan ada yang berpendapat bahwa isi dari buku-buku tersebut kurang menarik dan membosankan serta pengaruhnya dalam pendidikan agama Islam tidaklah melekat dalam jiwa pribadi mereka.
Dengan melihat uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah dengan judul “PENGARUH MEMBACA BUKU-BUKU AGAMA TERHADAP MINAT BELAJAR AGAMA SISWA KELAS VII SMP XXX ”.
Dengan alasan sebagai berikut:
1. Menurut pengamat penulis, ternyata masih banyak siswa-siswi SMP yang kurang berminat dalam membaca buku-buku agama.
2. Pendidikan agama sangatlah penting untuk dikenali sejak dini serta mengingat siswa-siswi SMP dari segi usia tergolong usia remaja awal yang masih mudah dapat diarahkan dan dibimbing.
3. Bagi penulis sendiri, proposal skripsi ini merupakan pengembangan yang memberikan wawasan keilmuan dan sebagai aplikasi dari ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah.
Membaca, merupakan perintah Allah yang pertama yang diturunkan sebagai wahyu pertama. Perintah ini jelas termaktub dalam firman Allah:
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-Alaq: 1-5).
Ayat di atas menjelaskan bahwa baca tulis adalah kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam surat Al-Alaq tersebut, kita diperintahkan membaca yang ditulis berulang-ulang, pengulangan kata ini mengandung arti yang lebih luas dari membaca yakni belajar tentang apa saja yang tidak kita ketahui.
Disadari oleh siapapun bahwa dalam belajar di sekolah, intelegensi memegang peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Meskipun peranan intelegensi sedemikian besar, namun perlu diingat bahwa factor-faktor lain tetap berpengaruh. Diantara factor-faktor tersebut adalah: factor minat, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa keberhasilan belajar seseorang mutlaq ditentukan oleh intelegensi.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa untuk melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membuka kemajuan pada dirinya. Kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya.
Minat membaca sebaiknya ditentukan dan dibiasakan sejak usia dini, karena kemampuan menyerap suatu ilmu pada anak usia dini sangat tinggi. Kemampuan belajar yang tinggi penting bagi agama, terutama selama masa anak-anak awal, anak menerima dunia di mana dia dilahirkan, seperti karet biasa dilempar ke dalam air dengan sesukanya menyerap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Untuk itu menumbuhkan minat baca menjadi penting, karena dengan minat membaca seseorang dapat memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang suatu gejala, dapat menganalisis aspek-aspek yang dibaca, serta dapat mengaitkan dengan gejala-gejala alam lainnya. Secara singkat, dengan membaca akan diperoleh hasil baik secara informasi, pengertian, pengetahuan, keterampilan, motivasi, maupun fakta seperti yang disajikan oleh bahan bacaan.
Mungkin hal terburuk yang terjadi pada remaja berkaitan dengan membaca, adalah mereka dipaksa membaca buku-buku yang kurang menarik selera dan minat pembacanya. Namun, ketika mereka diharuskan membaca buku yang mereka anggap kurang berarti dan diberitahukan bahwa buku yang mereka sukai tidak cukup baik untuk dibaca di sekolah, maka mereka segera kehilangan minat untuk membaca sama sekali.
Walaupun sarana dan prasarana untuk kegiatan membaca semakin banyak, dan semakin banyak pula orang yang berminat untuk membaca, namun kegiatan tersebut kebanyakan hanya dilakukan oleh mahasiswa, guru, pekerja kantoran, ustadz, dan profesi lain yang bersentuhan langsung dengan kegiatan baca tulis. Memang ada juga anak-anak usia sekolah tapi itupun sedikit. Anak remaja tidak jarang ke perpustakaan atau ke toko-toko buku hanya untuk mengerjakan dan mencari referensi untuk tugas sekolah. Meskipun ada minat membaca, mereka akan lebih memilih komik-komik atau bacaan ringan daripada buku-buku agama atau filsafat yang isinya sulit untuk ditelaah. Banyak pula yang lebih memilih menonton televisi, main play station dengan beragam pertandingan seru, atau ke mal-mal yang megah sebagai hiburan atau pengisi waktu luang mereka.
Membaca memberi peluang kepada anak remaja untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Dibandingkan menonton televisi, membaca memiliki keunggulan tersendiri, diantaranya seseorang bisa mengatur sendiri kecepatan alur cerita sesuai kemampuan IQ-nya.
Dewasa ini perkembangan media elektronik sedemikian pesatnya. Di sinilah peran kita dalam memberikan hal-hal yang terbaik agar minat membaca serta belajar agama Islam jauh lebih meningkat, karena tujuan dari pendidikan agama Islam ialah membina remaja agar menjadi hamba yang suka beribadah kepada Allah. Ibadah di sini tidak hanya terbatas pada menunaikan shalat, puasa di bulan ramadhan, tetapi mencakup amal pikiran atau perasaan manusia, selama semua itu dihadapkan kepada Allah SWT.
Pendidikan Islam adalah sebuah upaya membentuk kepribadian agar sesuai ajaran agama Islam. Ajaran Islam itu sendiri bersifat sempurna, namun permasalahannya adalah dengan cara bagaimana ajaran yang telah sempurna itu dapat diajarkan dan ditanamkan kepada anak-anak. Kita tidak lagi mempermasalahkan substansi ajaran Islam, tetapi masalah media dengan metode. Suatu perangkat penting dalam mendukung sistem pendidikan anak. Harus diakui bahwa penggalian aspek metode dan media bagi pendidikan anak masih lemah sehingga perlu terus ditingkatkan lagi.
Oleh karena itu, agar tidak menyimpang dari tujuan agama Islam, maka sejak dini para remaja sudah dikenalkan pada buku-buku bacaan agama. Dan ada yang berpendapat bahwa isi dari buku-buku tersebut kurang menarik dan membosankan serta pengaruhnya dalam pendidikan agama Islam tidaklah melekat dalam jiwa pribadi mereka.
Dengan melihat uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah dengan judul “PENGARUH MEMBACA BUKU-BUKU AGAMA TERHADAP MINAT BELAJAR AGAMA SISWA KELAS VII SMP XXX ”.
Dengan alasan sebagai berikut:
1. Menurut pengamat penulis, ternyata masih banyak siswa-siswi SMP yang kurang berminat dalam membaca buku-buku agama.
2. Pendidikan agama sangatlah penting untuk dikenali sejak dini serta mengingat siswa-siswi SMP dari segi usia tergolong usia remaja awal yang masih mudah dapat diarahkan dan dibimbing.
3. Bagi penulis sendiri, proposal skripsi ini merupakan pengembangan yang memberikan wawasan keilmuan dan sebagai aplikasi dari ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah.
0 Komentar untuk "Pengaruh Membaca Buku-Buku Agama Terhadap Minat Belajar Agama"
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<