Ilmu Dunia dan Akhirat Blog's. Mencari, Memahami dan Menyimpulkan. Ilmu Dunia dan Akhirat.

Sejarah dan Kegunaan Sejarah



A. ASAL USUL KATA SEJARAH

Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata syajara dan syajarah. Syajara berarti terjadi dan syajarah berarti pohon yang kemudian diartikan silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh, mitos, dan legenda. Istilah syajarah diserap oleh bahasa-bahasa lain menjadi historia (Latin), history (Inggris), histoire (Perancis), geschiedenis (Belanda), dan lain-lain. Kata syajarah yang telah berubah menjadi sejarah masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia melalui bahasa Melayu.

B. PENGERTIAN SEJARAH
Arti harfiah syajarah melahirkan sejarah dalam pengertian sempit, yaitu silsilah, asal-usul atau riwayat. Pada awal perkembangan pengetahuan, sejarah dalam pengertian sempit itulah yang dipahami secara umum oleh masyarakat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian sejarah pun mengalami perkembangan.
Ada sejumlah definisi sejarah yang dikemukakan oleh para sejarawan diantaranya adalah :

1. Herodotus (484-425 SM)

“Sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia”. Herodotus merupakan sejarawan pertama berkebangsaan Yunani. Herodotus disebut The Father of History atau Bapak Ilmu Sejarah.

2. Ibnu Khaldun (1332-1406)

“Catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu”. (Dalam bukunya berjudul Mukadimah).

3. W.J.S. Poerwadarminta

Mengutarakan 3 pengertian sejarah (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yaitu :

a. Kesusastraan lama, asal-usul dan silsilah
b. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
c. Ilmu pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
4. R. Moh. Ali

Dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah, memberikan pengertian sejarah sebagai berikut :

a. Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
b. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut..

5. Ismaun
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkausalitas pada masyarakat dengan segala aspeknya serta proses gerak perkembangannya yang kontinyu dari awal sampai sekarang yang berguna bagi pedoman kehidupan mayarakat masa sekarang serta sebagai arah cita-cita masa depan.


6. Muhammad Yamin
Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang pada umumnya behubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat pada masa lampau yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau tanda-tanda lain.

7. James Bank
Sejarah adalah semua peristiwa masa lampau (sejarah sebagai kenyataan)

8. Kuntowijoyo
Sejarah dapat diartikan dua macam, yaitu :

1) Sejarah dalam arti negative
1) Sejarah itu bukan mitos
Sama-sama menceritakan masa lampau sejarah berbeda dengan mitos. Mitos menceritakan masa lampau dengan waktu yang tidak jelas dan kejadian yang tidak masuk akal di masa sekarang. Mitos tidak menjelaskan kapan waktu peristiwa terjadi, sedangkan sejarah semua peristiwa secara tepat diceritakan waktu dan tempat terjadinya. Misal, kisah Raja Dewata cengkar, Iskandar Zulkarnain.



2) Sejarah itu bukan filsafat
Filsafat itu abstrak dan spekulatif. Jika filsafat bicara tentang manusia, maka manusia itu adalah manusia pada umumnya, manusia yang hanya ada pada gambaran pikiran. Sejarah bicara tentang manusia, maka yang dibicarakan adalah orang tertentu yang mempunyai tempat dan waktu serta terlibat dalam kejadian.

3) Sejarah itu bukan ilmu alam
Ilmu alam bertujuan untuk menemukan hukum-hukum yang bersifat umum, sedang sejarah berusaha menuliskan hal-hal yang bersifat khas atau ideografis.

4) Sejarah itu bukan sastra
Perbedaan sejarah dengan sastra ada 4 hal, yaitu cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan dan kesimpulan. Dari cara kerja, sastra adalah pekerjaan imajinasi yang lahir dari kehidupan seorang pengarang. Dalam kesimpulan dalam sastra bisa berakhir dengan pertanyaan. Sedang dalam sejarah harus berusaha memberikan informasi selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya.

2) Sejarah dalam arti positif
1) Sejarah adalah ilmu tentang manusia
Sejarah membicarakan manusia, tetapi bukan cerita tentang masa lampau manusia secara keseluruhan.

2) Sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Tidak semua peristiwa penting untuk perkembangan dan perubahan masyarakat

Misal, bangunan Belanda tidak penting, tetapi gedung dansa di suatu kota menjadi penting, karena gedung itu mempunyai makna social, yaitu sebagai contoh peninggalan suatu jaman.

3) Sejarah adalah ilmu tentang sesuatu tertentu, satu-satunya dan terencana
Sejarah adalah sejarah tertentu, partikular. Sejarah adalah ilmu yang unik mengenai satu-satunya. Oleh karena itu, sejarah menulis peristiwa terkait dengan tempat dan waktu yang hanya terjadi sekali.

Misal, sejarah itu menulis pemberontakan komunis di Indonesia pada tahun 1965, tidak tentang pemberontakan pada umumnya yang dapat terulang kembali. Pemberontakan komunis di Indonesia pada tahun 1965 itu hanya terjadi sekali dan tidak terulang lagi di tempat lain.

4) Sejarah adalah ilmu tentang waktu
Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu. Hal-hal yang dibicarakan tentang waktu, ada empat, yaitu perkembangan, kesinambungan, pengulangan dan perubahan. Biasanya masyarakat akan berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, sejarah terbagi atas dua pengertian, yaitu :
a) Sejarah Sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadinya. Dengan kata lain, sejarah sebagai peristiwa adalah proses sejarah dalam aktualitasnya (history as past actuality atau histoire-realité). Hal itu berarti sejarah sebagai peristiwa bersifat obyektif, karena peristiwa itu murni sebagaimana terjadinya.
Contoh:
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa itu obyektif sebagaimana terjadinya. Ir. Sukarno membacakan teks proklamasi di halaman rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi) Jakarta, disaksikan oleh Moh. Hatta dan sejumlah pejuang kemerdekaan. Peristiwa itu tidak dapat berulang kembali, namun dapat direkonstruksi menjadi sejarah sebagai kisah.

b) Sejarah Sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah adalah sejarah sebagaimana dikisahkan secara tertulis (history as written/histoire recité) berdasarkan hasil penelitian. Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah rekonstruksi peristiwa sejarah berdasarkan fakta sejarah. Peristiwa sejarah yang dimaksud terutama peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum. Proses rekonstruksi sejarah tentu terkait dengan subyek, yaitu sejarawan. Dalam proses rekonstruksi itu sejarawan melakukan kritik sumber, seleksi dan interpretasi data (cakupan metode sejarah) dan analisis permasalahan. Dalam menganalisa suatu peristiwa, sejarawan tentu memiliki pemikiran atau pandangan, baik berlandaskan suatu teori ataupun tidak. Oleh karena itu, sejarah sebagai kisah cenderung bersifat subyektif. Namun sifat subyektif itu harus menujukkan subyektif-rasional, dalam arti subyektif itu dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, sesuai dengan kaidah dan etika ilmiah. Proses sejarah sebagai peristiwa menjadi sejarah sebagai kisah itulah yang melahirkan ilmu sejarah.

C. SEJARAH SEBAGAI ILMU
1. Ciri-ciri Sejarah Sebagai Ilmu

Sejarah sebagai ilmu ditunjukkan oleh unsur-unsur yang merupakan cirri-ciri keilmuannya.

a) Bersendi Pada Pengetahuan
Syarat utama ilmu adalah bersendi pada pengetahuan. Tidak mungkin ada ilmu tanpa pengetahuan. Berarti pengetahuan adalah ciri pertama yang menjadi landasan ilmu untuk mencari keterangan atau penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu.
Suatu pengetahuan menjadi ilmu harus memiliki syarat-syarat yang mencakup subyek, obyek, dan hubungan subyek dengan obyek.
_ Subyek adalah orang – yang disengaja ataupun tidak – mengetahui sesuatu
(peristiwa).
_ Obyek adalah sesuatu (peristiwa) yang diketahui oleh subyek.
_ Hubungan subyek dengan obyek itulah yang menyebabkan suatu obyek
menjadi pengetahuan.
Pengetahuan yang menjadi landasan ilmu sejarah sudah tentu peristiwa, sejarah sebagai obyek, yang diketahui oleh sejarawan sebagai subyek. Sejarawan tidak mungkin dapat merekonstruksi sejarah tanpa mengetahui dan memahami suatu peristiwa sejarah dan permasalahannya.
Peristiwa sejarah berisi pengalaman manusia di masa lampau. Dengan demikian, ilmu sejarah termasuk ilmu empiris (Yunani: empeiria berarti pengalaman), karena sejarah berlandaskan pengalaman manusia di masa lampau yang menjadi pengetahuan sejarawan. Pengalaman itu direkam dalam dokumen. Dokumen itulah yang diteliti oleh sejarawan.

b) Memiliki Metode
Metode adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh ilmu. Proses rekonstruksi sejarah, mulai heuristik (mencari dan menemukan sumber), kritik sumber, interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian (historiografi), harus berdasarkan metode, khususnya metode sejarah. Dengan metode itu, rekonstruksi sejarah akan menghasilkan tulisan sejarah ilmiah. Penulisan sejarah tanpa dilandasi oleh metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan populer. Uraiannya hanya bersifat deskriptif-naratif dan tidak menunjukkan ciri-ciri karya ilmiah sejarah.

c) Sistematis
Dengan landasan metode, sejarah sebagai kisah ditulis secara sistematis. Hubungan antar bab dan hubungan antar subbab pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan menunjukkan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain yang bersifat kausalitas (hubungan sebab-akibat), karena sejarah merupakan suatu proses. Hal itu berarti kausalitas adalah hukum sejarah.

d) Pendekatan Ilmiah
Sejarah sebagai ilmu juga memiliki teori, yaitu teori sejarah. Selain menggunakan metode dan teori sejarah, penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menggunakan pendekatan multidimensional (interdisipliner), yaitu penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, dll.) yang relevan dengan masalah sejarah yang dibahas. Pendekatan ilmiah itu perlu dilakukan, karena tulisan sejarah ilmiah harus bersifat deskriptif-analisis. Teori digunakan untuk mempertajam daya analisis, sehingga diperoleh eksplanasi (kejelasan) mengenai berbagai hal, termasuk makna peristiwa.

e) Perspektif Filsafat
Filsafat adalah landasar berpikir untuk menegaskan kebenaran ilmu. Pemikiran filsafat, khususnya logika berpikir dapat meningkatkan kualitas pengetahuan manusia. Oleh karena itu, sejarah sebagai ilmu juga memiliki filsafat sejarah. Perspektif filsafat itu digunakan untuk mencapai obyektivitas dan kebenaran sejarah.
Bila dipahami secara seksama, dapat disimpulkan bahwa dalam unsur-unsur sejarah sebagai ilmu, setidaknya ada 7 ciri sejarah sebagai ilmu, yaitu:
1) Obyek: Peristiwa sejarah yang diketahui.
2) Metode : Metode Sejarah.
3) Sifat sistematis.
4) Kausalitas sebagai hukum sejarah.
5) Teori : Teori Sejarah
6) Pendekatan ilmiah.
7) Perspektif filsafat.
2. Karakteristik Sejarah
Selain memiliki ciri-ciri sebagai ilmu, sejarah (sebagai kisah) juga memiliki karakter tersendiri. Karakteristik sejarah yang paling mendasar adalah:
a.) Sifat Peristiwa
Sifat peristiwa sejarah menyangkut hakekat dan makna peristiwa serta keunikan peristiwa.

1) Hakekat dan Makna Peristiwa
Seperti telah disebutkan, obyek sejarah sebagai ilmu adalah peristiwa. Akan tetapi, tidak segala peristiwa termasuk ke dalam lingkup sejarah (sebagai kisah). Peristiwa yang menjadi obyek kajian ilmu sejarah hanya peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia secara langsung, dan memiliki signifikansi (arti/makna penting) serta besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia secara luas. Hal itu berarti, sejarah adalah ilmu tentang manusia, tepatnya ilmu tentang pengalaman dan kiprah manusia di masa lampau.

2) Keunikan Peristiwa
Selain hakekat dan makna peristiwa, studi sejarah juga ditujukan pada keunikan peristiwa. Keunikan itu mungkin menyangkut individu, isnstitusi, situasi, bahkan mungkin juga ide. Keunikan unsur-unsur peristiwa itu menjadi bahan pertanyaan, mengapa? (why?). Oleh karena itu, keunikan peristiwa merupakan salah satu alasan bagi pemilihan topik penelitian sejarah.
Contoh peristiwa unik antara lain:
1. Kedudukan bupati zaman Hindia Belanda (1808-1942).
Pada zaman Hindia Belanda, sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal H.W. Daendels (1808-1811), bupati dijadikan pegawai pemerintah kolonial. Namun kedudukannya sebagai bupati dalam arti kepala pemerintahan kabupaten dan pemimpin tradisional terus berlangsung. Berarti bupati waktu itu memiliki kedudukan rangkap yang bersifat unik.
2. Kedudukan Bung Karno (Ir. Sukarno) zaman RIS (Republik Indonesia Serikat)
Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Belanda berhasil kembali menduduki Indonesia (1945-1949). Pemerintah pendudukan Belanda membentuk RIS (1949-1950). Ketika itu Ir. Sukarno memiliki kedudukan unik, yaitu sebagai Presiden RI dan Presiden RIS.
3) Perspektif Waktu
Penelitian dan penulisan sejarah mengacu pada periodisasi (pembabakan waktu). Peristiwa yang dikaji harus jelas ruang-lingkup temporalnya.
4) Sifat Fakta
Penulisan sejarah harus berdasarkan fakta. Fakta sejarah adalah hasil seleksi atas sifat fakta (kuat atau lemah). Berarti tidak setiap fakta adalah fakta sejarah.

D. FUNGSI SEJARAH
1. Fungsi Umum

Fungsi umum sejarah adalah sebagai sumber pengetahuan. Sejarah (sebagai kisah) merupakan media untuk mengetahui masa lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa penting dengan berbagai pemasalahannya.
Peristiwa-peristiwa yang menjadi obyek sejarah syarat dengan pengalaman penting manusia yang penting artinya sebagai pelajaran. Atas dasar itulah lahirnya motto atau slogan mengenai sejarah, seperti “Sejarah adalah obor kebenaran”, “Sejarah pedoman untuk membangun masa depan”, “Belajarlah dari sejarah”, dll. Bung Karno (alm.) berpesan “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” (”JASMERAH”).

2. Fungsi Khusus
Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah secara lebih luas.Fungsi khusus sejarah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Fungsi Intrinsik
a. Sejarah sebagai ilmu

Sejarah sebagai ilmu yang terbuka, artinya siapa saja dapat mengaku sebagai sejarawan secara sah asal hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai ilmu. Keterbukaan itu diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa sejarah menggunakan bahasa sehari-hari, tidak mengunakan istilah teknis.




b. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
Bersama dengan mitos, sejarah adalah cara untuk mengetahui masa lampau. Bangsa yang belum mengenal tulisan mengandalkan mitos dan bangsa yang sudah mengenal tulisan biasanya mengandalkan sejarah.

c. Sejarah sebagai pernyataan pendapat
Banyak penulis sejarah menggunakan ilmunya untuk menyatakan pendapat. Misal, di Amerika Serikat ada dua aliran yang sama-sama menggunakan sejarah untuk menyatakan pendapat, yaitu consensus dan konflik. Disebut consensus, karena mereka berpendapat bahwa dalam masyarakat selalu ada consensus dan para sejarawan selalu bersikap konformistis. Sebaliknya disebut konflik, karena menekankan seolah-olah dalam masyarakat selalu terjadi pertentangan dan menganjurkan supaya orang bersikap kritis dalam berpikir tentang sejarah. Misal, perang saudara di Amerika adalah persengkongkolan kaum indutrialis dengan kaum politisi.

2. Fungsi Ekstrinsik
Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif, mencakup :

a. Pendidikan Nalar (penalaran)
Mempelajari sejarah secara kritis, atau menulis sejarah secara ilmiah, akan mendorong meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
Pertama, sejarah sebagai ilmu menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa. Ternyata penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan beberapa faktor yang saling berkaitan (kekuatan sejarah).
Contoh, terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI 1965.
Berarti sejarah mendidik orang berpikir plurikausal (multidimensional), bukan berpikir monokausal. Dalam bahasa/budaya Sunda, berpikir plurikausal (multidimensional) identik dengan “boga pikiran rangkepan”.
Kedua, sejarah sangat memperhatikan waktu (kronologis-diakronis). Berarti sejarah mendidik kita memiliki daya nalar untuk memperhatikan waktu dalam menjalani kehidupan (wal ashri).
Ketiga, sejarah harus ditulis berdasarkan fakta. Akan tetapi tidak setiap sumber memuat fakta, dan tidak setiap fakta adalah fakta sejarah. Berarti sejarah mendidik kita untuk memiliki daya nalar yang dilandasi oleh sikap kritis.

b. Pendidikan kebijakan/kebijaksanaan
Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya kebijakan atau kebijaksanaan. Kebijakan/kebijaksanaan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi kehidupan di masa kini. Berarti sejarah memiliki fungsi pragmatis.

c. Pendidikan politik
Sejarah mengandung pendidikan politik, karena peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat politik.

d. Pendidikan mengenai masa depan
Dengan mempelajari sejarah secara baik dilandasi oleh sikap kritis, akan dapat memprediksi, bagaimana kira-kira kehidupan di masa depan. (”Sejarah pedoman untuk membangun masa depan”).

e. Sejarah sebagai ilmu bantu
Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang dikaji oleh ilmu-ilmu lain (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, dll.).

f. Pendidikan moral
Jika pendidikan moral harus berbicara tentang benar dan salah, maka sejarah harus berbicara dengan fakta. Fakta sangat penting dalam sejarah, tanpa fakta tidak boleh bersuara.

g. Sejarah sebagai pendidikan perubahan.
Pendidikan perubahan diperlukan olh para politisi ormas-ormas, usaha-usaha, bahkan pribadi-pribadi. Dalam era global sekarang tidak ada yang lebih cepat daripada perubahan. Sejarah adalah proses yang menyangkut perubahan. Pada dasarnya kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Perubahan itu terjadi karena disengaja atau tidak disengaja.Sejarah bisa relevan dengan perubahan asalkan tidak mempelajari waktu yang terlalu jauh.

h. Sejarah sebagai pendidikan keindahan
Pengalaman estetik akan dating melalui mata waktu kita antara lain dating ke monument, candi, istana dan membaca.

E. MANFAAT SEJARAH
1. Kegunaan edukatif

Kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. banyak manusia yang belajar dari sejarah. Belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan.pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yangdialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. kesalahan pada masa lampau, baik kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain coba dihindari. Sementara itu, pengalaman yang baik justru harus ditiru dan dikembangkan. dengan demikian, manusia dalam menjalani kehidupannya tidak berdasarkan coba-coba saja (trial and error), seperti yang dilakukan oleh binatang. Manusia harus berusaha menghindari kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

2. Kegunaan inspiratif

Kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. belajar dari kebangkitan nasional yang dipeloporii oleh bedirinya organisasi perjuangan yangmodern di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan nasional ang ke2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, bangsa Indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dirasakan hasilnya. Untuk mengembangkan dan mempertahankan kemerdekaan , bangsa indonesia ingin melakukan kebangkitan nasional yang ke-2 , dengan bercita-cita mengejar ketertinggalan dari bangsa asing. Bangsa Indonesia tidak hanya ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju, bangsa yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Untuk itu, bangsa Indonesia harus giat menguasai IPTEK karena melalui IPTEK yang dikuasai, bangsa Indonesia berpeluang menjadi bangsa yang maju dan disegani, serta dapat ikut serta menjaga ketertiban dunia.

3. Kegunaan rekreatif
Kegunaan sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yanghidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari seajarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya tarik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah menjadi bagian dari kesenangan. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan yang untuk rekreatif. Pembaca dalam mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa senang layaknya membaca novel, tetapi juga dapat berimajiasi ke masa lampau. disini peran sejarawan dapat menjadi pemandu (guide). Orang yang ingin melihat situasi suatu daerah di masa lampau dapat membacanya dari hasil tulisan para sejarawan.

4. Kegunaan instruktif
Kegunaan instruktif sejarah berkaitan dengan fungsi sejarah dalam menunjang bidang-bidang teknologi (sejarah teknologi), dalam artian bahwa studi atau hasil penelitian sejarah yang menyangkut penemuan-penemuan teknik sepanjang Sejarah kehidupan manusia, dimana sejarah masing-masing penemuan tersebut diperlukan bagi usaha menjelaskan prinsip-prinsip kerja teknik-teknik tertentu dalam masa setelahnya. Dikaitkan dengan bidang hukum misalnya, salah satu acuan dalam penentuan hukum atas suatu masalah diantaranya banyak yang didasarkan pada kebiasaan masa lalu. Artinya penyelesaian atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu dipakai sebagai rujukan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Ini biasanya dipakai dalam menyelesaikan sengketa internasional.

F. KESIMPULAN

Ilmu Sejarah memiliki arti penting bagi penelitian dan pengembangan kebudayaan. Arti pentingnya terletak pada beberapa hal.
1) Karakteristik sejarah. Ilmu sejarah adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari pengalaman dan kiprah masnusia di masa lampau. Ilmu sejarah juga mengkaji hakekat dan makna peristiwa.
2) Fungsi sejarah, baik fungsi umum maupun fungsi khusus.
Fungsi sejarah yang penting artinya bagi penelitian dan pengembangan kabudayaan terutama fungsi edukatif, yang mencakup pendidikan nalar, pendidikan moral, pendidikan kebijakan atau kebijaksanaan (kearifan), pendidikan perubahan, pendidikan untuk masa depan, dan sebagai ilmu bantu. Sejarah sebagai ilmu dapat membantu mempertajam pengkajian masalah sosial budaya. Oleh karena itu, slogan-slogan yang mengandung makna sejarah sebagai media pembelajaran, jangan hanya dipahami sebagai konsep atau teori, tetapi dilaksanakan sesuai dengan proporsinya. Dalam merealisasikan slogan-slogan itu hendaknya dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya pemahaman sejarah bagi kehidupan dan kiprah manusia, baik secara individu maupun kelompok atau kegiatan tertentu.
asal usul sejarah, fungsi sejarah, karakteristik sejarah, kegunaan sejarah, manfaat sejarah, pembagian sejarah, pengertian sejarah, sejarah, sejarah sebagai ilmu
Tag : BERANDA
0 Komentar untuk "Sejarah dan Kegunaan Sejarah"

Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.

Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)

>TERIMA KASIH<

ILMU DUNIA DAN AKHIRAT. Powered by Blogger.
Back To Top