“Saya
ingin menjadi selebritis, seperti Primus atau Alam,” cetus Nurdin. Pemuda
Cimahi, Jawa Barat, yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang jahit ini
nekat datang ke Jakarta untuk ikut ausisi Indoneisan Idol RCTI.
Nurdin hanya salah satu
dari ratusan ribu anak-anak muda yang menggantungkan impiannya jadi selebritis
leawat acar reality show di teve. Popularitas plus banyak duit dengan jala
n pintas memang lagi trend. Praktisi kejiwaan menyebutnya sebagi Cinderela Complex.
n pintas memang lagi trend. Praktisi kejiwaan menyebutnya sebagi Cinderela Complex.
Kisah Veri Afandi banyak yang
mengilhami mereka. Setelah menang di akademi
Fantasi Indosiar (AFI-1), anak
tukang becak kelahiran Pangkalan Brandan, 7 Januari 1983 ini sekarang sudah
menjadi artis beneran. Di usianya yang ke 21, Veri telah menjadi “legenda” para
ABG Indonesia. Anank-anak nongkrong, demikian istilah MTV.
Veri Afandi kinilebih
dikenal sebagai Veri-AFI. Sekarang, hari-hari Veri demikian sibuk. Selain
konser diberbagai daerah atas kontrak eksklusif tiga tahun Indosiar, Veri juga
mulai mengatur jadwal untuk berbagai acara dan wawancara dengan media. Upiah
punmengalir deras ke koceknya. Jumlahnya bukan hanya jutaan, tapi ratusan juta
hingga mendekati miliaran!
Melihat keberhasilan AFI
dan keuntungan besra yang didapat Indosiar, berbagai stasiun teve swasta pun
ikut latah menggelar acara mirip-mirip AFI. Sebut saja Indonesian Idol-nya
RCTI, MOKA (Pemilihan Model Majalah Kawanku) di TV7, lalu Nescafe Musik Asik
Get Started (Trans TV) yang melombakan berbagai grup band baru. Semua acara
menyertakan babak audisi dan eliminasi untuk mencari pemenang.
Kehidupan serba mudah yang
telah diraih Veri dan rekan-rekanya inilah yang mengilhami banyak remaja di
Indoneisa. Ketenaran dan kekayaan instant. Terlebih di masa serba susah seperti
sekarang.
Proyek bernama reality
show ini adalah proyek puluhan miliar. Tak hanya melibatkan peserta, penonton,
dan stasiun teve. Tapi juga banyak media massa cetak maupun elektronik.
Semuanya ber-simbiosis mutualisma, saling menguntungkan, dalam satu irama
bernama: industri hiburan.
“Dalam sistem
kapitalistis, semua aspek kehidupan telah dijadikan industri. Dihitung dari
sisi untung-rugi. Termasuk bidang agama. Apakah orang sekarang sadar, perayaan
natal misalnya, telah dijadikan ajang bisnis bagi banyak pengusaha parsel,
kartu ucapan, travelling, dan sebgainya. Demikian juga dengan perayaan agama
lainnya,” ujar Max Horkheimer dari Frankfurt Institut.
Dalam kacamata Frankfurt
Institut sebagai slah satu gerakan anti-imperialisme, kapitalisme telah
sungguh-sungguh mengubah fitrah manusia. Satu-satunya pertimbangan adalah
modal.
“Kapitalis telah mencuci
otak manusia, hingga semua aspek kehidupan dilihat dari segi modal. Tiada lagi
akal budi dan pemikiran yang rasional,” tambah Horkheimer.
Dalam dunia kapitalis,
kebutuhan manusia pun dimanipulasi. “Jika belum memiliki barang A, misalnya,
kita merasa seolah belum manusia seutuhnya. Padahal, tanpa barang itu pun kita
bisa hidup dan utuh. Namun pemikiran kita setiap hari terus-menerus diserang
oleh corong propaganda industri kaptalistis,” paparnya lagi.
Sebagai kelompok diskusi
intensif, Frankfurt Institut banyak menghasilkan karya tulis. Berbagai istilah
diciptakan dan dicoba diurai dengan beragam teori alternatif. Oleh Islam,
segala yang dibahas dalam kajian Frankfurt Institut sesungguhnya telah
terangkum dalam satu istilah: Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran).
Allah SWT berfirman, “Tak
kan rela kaum Yahudi dan Nasrani kepadamu hingga kamu mengikuti jejak
mereka....” (QS. Al Baqarah:120). Dalam perjalanan sejarah kemanusiaan, firman
Allah SWTini mendapat pembenaran dari tindak-tanduk kamu Yahudi dan Nasrani
sendiri.
Samuel Zwemer, seorang
tokoh Yahudi yang menjadi Nasrani dan Ketua Missionaris Kristen di dunia Islam,
berpidato pada Konferensi Missionaris Internasional di Palestina tahun 1935.
“...tujuan dan misi yang telah kita perjuangkan dengan mengirim saudara-saudara
ke negara-negara muslim, bukan untuk memurtadkan umat Islam pindah memeluk
agama Nasrani. Tapi tugas kalian adalah mengeluarkan mereka dari Islam!”
Zwemer menambahkan, “Saudara
sekalian telah mengeluarkan kaum muslimin dari agama mereka, meski mereka tetap
enggan memakai baju Yahudi atau Kristen. Gaya hidup seperti itulah tujuan kita,
yaitu pemuda yang enggan kerja keras, malas dan senang hura-hura, asyik dengan
nafsu syahwatnya, memburu harta dan jabatan, semua demi hawa nafsu.”
Dan di hadapan kita kini
terbentang generasi muda Indonesia, mayoritas generasi muda Islam, yang rela
antre di siang terik dan panas, basah kehujanan, dari pagi-pagi buta hingga
malam hari, melupakan makan apalagi sholat, demi mengejar impian menjadi artis
top: the American Dream. Inilah potret kita semua.
0 Komentar untuk "Candu yang Jadi Impian"
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<