Assalamu'alaikum...
Ilmu Kalam, baru saja saya mempelajari Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam. Ilmu kalam itu apa? pasti menjawab pertanyaan itu saat membaca Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam? bukan?? Ilmu Kalam itu adalah ilmu yang mempelajari sgala sesuatu yang berhubungan dengan Allah dan rasul-Nya. Bahkan di sebut pula ilmu aqidah dan dalam agama kristen disebut ilmu Theologi.
Hari ini suasannya hujan lo saaat saya mengetik Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam. ini merupakan rangkuman dari beberapa sumber yang menjelaskan apa itu Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam. Semoga bermanfaat bagi mereka yang mendapat tugas mencari macam Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam
Aliran Aliran Ilmu Kalam
1.
Aliran
Syi’ah
Syi’ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut,
pendukung, partai atau kelompok, sedangkan secara terminology
adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang yang
disebut sebagai ahl al-bait. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah
pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl
al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat
yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.
Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk
pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali, pemimpin pertama ahl
al-bait pada masa nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut
Syi’ah itu di antaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad bin Al-Aswad, dan
Ammar bin Yasir.
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat
perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai
muncul pada masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan kemudian tumbuh dan
berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt,
Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan
Muawiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan
ini, sebagai respon atas permintaan Ali terhadap arbitrase yang
ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap Ali—kelak disebut Syi’ah—dan kelompok lain
menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.
Kalangan Syi’ah sendiri berbeda pendapat bahwa
kemuncukan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi
SAW. Mereka menola kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan
karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah yang berhak
menggantikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah tersebut sejalan
dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Pada
awal kenabian, ketika Muhammad SAW diperinthakan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya,
yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi
pada saat itu mengatakan orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan
menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali
menrupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa
besar.
2. Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan
dan kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu
aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan.
Aliran berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta baagi segala
mperbuatannyan; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkan atas kehendaknya
sendiri. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskqan bahwa kaum qadariyah berasal
dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrahatau kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, dan bukan berasdal dari pengewrtian bahwa manusia terpaksa tunduk
pada qadar Tuhan.
Seharusnya, sebutan qadariyah di
berikan kepdada aliran yang berpendapat bahwa qadar menetukan
segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupinyang jahat. Qadariyah pertama
sekali di munculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan ghailan Ad-Dimasyqy. Ma’bad
adalah seorang tabi’I yang dapat di percaya dan pernah berguru pada Hasan
Al-Basri. Adapun ghailan adalah serorang orator berasal dari Damaskus dan
ayahnya menjadi maula Husna bin affan.
Seperti yang telah
dikemukakan di atas, Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti
memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan.[1] Sedangkan sebagai aliran dalam ilmu Kalam, qadariyah
adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap
kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam
paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk kepâda qàdar atau qada Tuhan.[2]
Tèntang kapan munculnya paham qadariyah dalam Islam,
secara pasti tidak dapat diketahui. Namun ada sementara para ahli yang
menghubungkan paham qadariyah ini dengan kaum Khawarij. Pemahaman mereka
tentang konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa
manusia mampu Sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri, baik atau
buruk.
Tokoh pemikir pertama kali yang menyatakan paham qadariyah
ini adalah Ma’bad al-Juhani, yang kemudian diikuti oleh Ghailan al-Dimasqi.
Sementara itu Ibnu Nabatah sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat
bahwa paham Qadariyah itu pertama kali muncul dari seseorang asal Irak yang
menganut Kristen dan kemudian masuk Islam, tetapi kemudian masuk Kristen lagi.
Dari tokoh inilah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasqi menerima paham
qadariyah.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan
posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia
dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk
tidak melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut
perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan
Tuhan.
3.
Aliran
Jabariyah
Nama
Jabriyah Berasal dri kata jabara yang mengandung arti Memaksa. sedangkan
menurut al-Syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dri
hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.
dalam istilah Inggris paham jabariyah disebut fatalism atau predestination,
yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia ditentukan sejak semula
oleh qada dan qadar Tuhan. dengan
demikian posisi manusia dalam paham ini tidak memiliki kebebasan dan
inisiatif sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan. oleh karena itu
aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. manusia dalam paham ini betul
melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
paham jabariyah ini
duduga telah ada sejak sebelum agama islam datang kemsyarakat Arab.
kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberi
pengaruh besar kedalam cara hidup mereka. ditengah bumi yang disinari terik
matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara panas ternyata tidak dapat
memberi kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman. disana sini
yang tumbuh hanya rumput keras dan beberapa pohon yang cukup kuat untuk
mengahdapi panasnya musim serta keringnya udara.
aliran jabariyah
dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang ekstrim dan moderat
aliran jabariyah yang ekstrim
tokohnya dalah jahm bin safwan pendapatnya manusia sangat lemah, tak berdaya,
terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak
dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham qodariyah. seluruh tindakan
dan perbuatan manusai tidak boleh lepas dari aturan, skenario, dan kehendak
Allah.
4. Aliran Mur’jiah
Nama Murji'ah diambil dari kata irja atauarja'a yang
bermakna penundaan, penangguhan. dan Pengharapan. Kata arja'a
mengandung Pula arti memberi harapan, yakni memberi harapan kepada
pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Selain
itu, arja'a berarti pula meletakkan di belakang atau
mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena
itu Murji’ah, artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya
masing-masing, ke hari kiamat kelak.[1]
Bagi kaum Murji'ah, orang yang melakukan dosa
besar adalah tetap mukmin, soal dosa besar yang dilakukannya merupakan hak
Tuhan untuk menentukannya di hari
kemudian. Alasan mereka adalah bahwa orang yang melakukan dosa besar itu masih tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan (Rasul) Allah, atau dengan kata lain masih tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar iman. Selanjutnya, kaum Muhajirin memberikan harapan bagi orang Islam yang melakukan dosa besar, dengan mengatakan bahwa mereka tidak kekal di dalam neraka aliran Murji’ah menganggap iman lebih utama dari amal perbuatan
kemudian. Alasan mereka adalah bahwa orang yang melakukan dosa besar itu masih tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan (Rasul) Allah, atau dengan kata lain masih tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar iman. Selanjutnya, kaum Muhajirin memberikan harapan bagi orang Islam yang melakukan dosa besar, dengan mengatakan bahwa mereka tidak kekal di dalam neraka aliran Murji’ah menganggap iman lebih utama dari amal perbuatan
5. Aliran Khawarij
Khawarij berarti orang-orang yang
keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini menganggap diri mereka sebagai
orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk berjuang di jalan
Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena persoalan politik, tetapi dalam
teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis.
Alasan mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalh ketidak
setujuan mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang
dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah.
Menurut keyakinan Khawarij,
semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan dengan merujuk kepada
hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah al-Maidah Ayat 44 yang artinya,” Barangsiapa
tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah
orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan
orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena
mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk Al-Qur’an.
Dalam aliran Khawarij terdapat enam
sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah, an-Najdat, al-Ajaridah,
asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.
6. Aliran Muktazilah
Aliran
ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran
Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua
pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri,
seorang ulama terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan
pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati
posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan
kafir[2].
Aliran
Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang
lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak
memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”[3].
Setelah
menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri,
lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada
awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran
Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu
disebabkan ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah
aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW
dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa pemerintahan
Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran
Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al-
khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a. At-Taauhid
(Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya
bahwa hanya Allah SWT. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni
sehingga mereka senang disebut pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b. Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan
mempunyai pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat
zalim kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang
terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan
nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat mewujudkan keinginannya.
c. Al-Wa’d
wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya
memasukkan orang mukmin ke dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya
mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
d. Al-Manzilah
bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang
lahir di kalangan Muktazillah. Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang
Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak
lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai
orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka
selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e. Amar
Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib
menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka
pernah memaksakan ajarannya kepada kelompok lain. Orang yang menentang akan
dihukum.
7. Ahlussunah Waljama’ah
Adapun ungkapan Ahlussunah (sering
juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu
umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan
kelompok syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah-sebagaimana
jugaAsy’ariayah-masul dalam barisan sunni. Sunni dalam
pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan
merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term Ahlussunah banyak dipakai setalah
munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah
8. Aliran Maturidiyah
Aliran
Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Ia dilahirkan di Maturid,
sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk
daerah Uzbekistan).
Al-Maturidy
mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran
Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-Akbar dan Al-fiqh
Al-Absath dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut.
Al-Maturidy meninggalkan karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam
lapangan ilmu tauhid.
Maturidiyah
lebih mendekati golongan Muktazillah. Dalam membahas kalam, Maturidiyah
mengemukakan tiga dalil, yaitu sebagai berikut:
a. Dalil
perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa ala mini tidak akan mungkin
qasim karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan
derak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak
terlepas dari yang baru maka baru pula.
b. Dalil terbatas
dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah baru. Jadi
alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan
waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c. Dalil
kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki
dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya
tetap msatu. Akan tetapi, ala mini selalu berubah, yang berarti ada sebab
perubahan itu[7].
9. Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul
sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang dianggap menyeleweng dan
menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada
pendirinya, yaitu Abu Hasan al-Asy’ari[5]. Dan nama aslinya
adalah Abu al-hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan dikota Basrah (Irak)
pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/ 935 M, keturunan Abu Musa
al-Asy’ari seorang sahabat dan perantara dalam sengketa antara Ali r.a. dan
Mu’awiyah r.a.[6]
Setelah keluar dari
kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok ajarannya yang
berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran As’ariyah.
a. Tentang Sifat Allah
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah
(kuasa), al-Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).
b. Tentang Kedudukan
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan
diciptakan. Dengan demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru).
c. Tentang melihat Allah Di
Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai
wujud.
d. Tentang Perbuatan
Manusia
Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e. Tentang Antropomorfisme
Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana
disebutkan dalam surah al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi
bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.
f. Tentang dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selam ia masih
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
g. Tentang Keadilan Allah
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas
ciptaan-Nya.
Ketujuh pemikiran al-Asy’ari tersebut dapat diterima
oleh kebanyakan umat Islam karena sederhana dan tidak filosofis.
Semoga bermanfaat yaa http://ilmu-duniadanakhirat.blogspot.com/2012/12/aliran-aliran-dalam-ilmu-kalam.html. Jangan lupa membaca isi di Blog Ilmu dunia dan akhirat seperti darah nasionalisme dan cinta, ceritaku bahwa yang berawal akan berakhir, Foto Kucing Lucu yang mesra dan lain lain ayng bisa di lihat di Blog Ilmu Dunia dan Akhirat
Wassalamu'alaikum...
Sumber : berbagai Sumber
Tag :
RELIGIOUS
4 Komentar untuk "Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam"
ternyata banyak juga yah aliran-aliran ilmu kalam itu..
terimakasih info nya.
aliran yang paling banyak di terima itu aliran apa gan?
semua nya saling bertantangan padahal sama-sama menyembah allah swt.
artikel yang bagus..
terimakasih info nya.
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<