Assalamu’alaikum….
Murtakibudz Dzunub - Wohl Abwagend Ramadhan... Engkau lah satu-satunya bulan
yang sering di elu-elukan ummat Muhammad untuk menumpuk amal. Di mana setiap
detik orang beriman menambah 2 kali lipat ibadah mereka.Seakan-akan engkaulah
bulan yang dijadikan tumpuan dari kemalasan beribadah di bulan-bulan yang lain.
Apakah bijak hal yang seperti ini? Apakah kami ibarat manusia yang hanya
mengandalakan Bulan Ramadhan Sebagai Bulan dengan rahmad Allah SWT terbanyak??
Amalan-amalan sunnah bertebaran menghiasi siang dan malam
kami, dengan mengesampingkan bahwa sebenarnya kami masih mempunyai qadha ibadah
wajib yang kami abaikan dulu. Dalam hati kami, kami memaafkan segala bentuk
kejahatan orang lain kepada kami. Namun, setelah ramadhan pergi, kami ingin
menuntut balas.Dibenarkankah hal yang demikian itu menurut syari'at? (tentu
saja tidak...!!). Lagi-lagi kami tertipu menganggap bahwa hal yang demikian
adalah wujud keshalihan. Seharusnya kami mendahulukan kewajiban, bukan sebuah
sunah dahulu.
Kami begitu antusias menanti datangnya shalat tarawih dan witir di
serambi-serambi masjid dengan pakaian putih bersih yang tentunya baru kami
beli,kami beli juga parfum aroma wangi dengan kopiah lancip yang hampir menutup
kening, tapi sayang... kami mengabaikan kewajiban qadha shalat yang pernah
ditinggalkan. Kami member banyak uang untuk masjid-masjid yang megah. Namun,
kami lupa untuk member sedekah kepada tetangga yang menjadi fakir miskin.
Ramadhan... Engkau memang sering kami selewengkan dengan
amalan-amalan palsu yang penuh kepura-puraan. Hingga seolah bulanmu menjadi
bulan untuk ajang pamer ibadah.
Kami sebar nasehat, kami serukan gema tilawatil qur'an siang-malam
di masjid dan surau, ahhh... tapi kebanyakan dari kami sebenarnya berpikiran
'ini adalah ajang untuk pamer keilmuan'. Kami belajar hadits dan Al-Qur’an,
namun kami belajar untuk ajang perdebatan antar umat. Mengharamkan perilaku
umat lain, dan membenarkan perilaku umat kami sendiri.
***
Memang benarlah adanya, karena jiwa keimanan kami masih dalam fase
terendah. Bukan seperti fase para sahabat dan tabi’in.
Ramadhan...Bulan Suci dengan penuh ampunan. Meskipun demikian,
kedatanganmu merupakan keberkahan yang tak ternilai buat kami yang masih
munafiq ini. Namun, semoga apa yang kami amalkan pada Bulan Suci ini dengan
ikhlas, bisa sampai kepada Allah SWT. Amin ya robbal‘alamin.
Ramadhan... Meski raga kami berpuasa, tapi sebenarnya hati kami
masih lahap menyantap maksiat. Berkali-kali kami menasehati diri bahwa
"Kami senantiasa muda untuk melakukan dosa. Tapi kami belum tentu tua
untuk melakukan taubat." Astaghfirullah...
Sungguh malangkah nasib kami ini?? Hanya Ramadhan bertobat, Idul
Fitri ajang pamer harta benda. Bulan lain ajang menjadi kafir.
Bahkan, kami berbuka dan sahur dengan makanan dan minuman yang enak dan mahal. tapi kami lupa untuk memberi makanan dan minuman kepada orang lain, nbahkan tetangga sendiri tak kami beri setetes pun. inikah umat Nabi Muhammad SAW??
Do'a Rasulullah: "Ya Allah, hidupkan hamba selagi hidup
masih baik bagi hamba. Dan matikan hamba selagi mati lebih baik bagi
hamba."
Wassalamu'alaikum...
Tag :
RELIGIOUS
3 Komentar untuk "Renungan Ramadhan : Reality di Ramadhan"
mari kita berpuasa.. :)
@santai : oke.. >< untuk tahan godaan..
http://ahmadfarieds.blogspot.com/2012/07/aku-dan-ramadhan.html
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<