Ilmu Dunia dan Akhirat Blog's. Mencari, Memahami dan Menyimpulkan. Ilmu Dunia dan Akhirat.

Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam

Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam

Ilmu Dunia dan Akhirat - Sudah lama aku tidak menulis artikel yang berkaitan mengenai agama. Apalagi, tentang toleransi kita sebagai kaum muslimin. Mengingat, sebentar lagi adalah bulan Desember, 25 Desember yang dikenal oleh beberapa orang sebagai hari lahirnya Nabi isa as. Setidaknya itu yang mereka klaim.

Sebenarnya sih, artikelku ini diambil dari tugas salah satu mata pelajaran di Jurusan Teknik Informatika mengenai logika. Terutama soal ini ternyata ada kaitannya dengan toleransi antar beragama dan bagaimana kita sebagai umat muslim mengenai perayaan non-islam (seputar tanggapan,perilaku kita terhadap perayaan itu). Jadi sekiranya, jika apa yang saya sampaikan tidak cocok dengan pendapat kalian, maka saya harapkan koreksinya dengan menggunakan bahasa yang santu. Terima Kasih dan selamat membaca :D


Soalnya Begini :

Sebagai bagian dari umat manusia sedunia, sepatutnya saya juga menyambut baik perayaan Natal sebagai tradisi ibadah umat agama lain. Sebagi bentuk toleransi terhadap umat lain, maka tidak mengapa bila mengucapkan Selamat Natal kepada umat kristiani. Seperti pada Al-Qur'an surat maryam 19: 31-34. SETUJU atau TIDAK SETUJU.

Jawabanku Begini :

Tidak Setuju. Alasannya,

Pertama-tama sebelum melangkah lebih jauh, kita harus tahu dan paham betul. Apakah Nabi Isa as lahir pada tanggal 25 Desember dalam penanggalanan Masehi? Padahal ketika kita membaca sejarah tanggal lahir Nabi Isa as , ternyata beliau tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Coba kita telaah lebih jauh tanggal 25 Desember. Nyatanya tanggal 25 Desember bukanlah sebuah tanggal kelahiran Nabi Isa as melainkan tanggal dimana tanggal lahir dewa Indo-Eropa, yaitu, Mithra, ilah terang, dan adalah populer antara para laskar Roma, kebiasaan merayakan Sol Invictus (Matahari yang tak terkalahkan) dalam Kerajaan Roma sampai Abad ke-4 yang telah dirayakan pada tanggal 25 Desember. Maka, kita akan tahu bahwasannya tanggal 25 Desember bukan tanggal lahir Nabi Isa as. Melainkan, tanggal 25 Desember dijadikan hari perayaan Nabi Isa as adalah merupakan siasat pendeta kristen agar orang orang kafir mau memeluk agama kristen. Jadi pada intinya, Nabi Isa as bukan lahir pada tanggal 25 Desember.

Kedua, mari kita merujuk pada salah satu hadits berikut ini :
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ»، قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ: اليَهُودَ، وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَن.
”Sungguh kalian akan mengikuti umat sebelum kalian, persis seperti jengkal telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri, seperti hasta kanan dan hasta kiri. Hingga andaikan mereka masuk ke lubang kadal gurun, kalianpun akan mengikutinya.”
”Ya Rasulullah, apakah yang anda maksud (umat akan mengikuti) yahudi dan nasrani?” tanya sahabat.
”Siapa lagi.” jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Ahmad 10827, Bukhari 3456, dan yang lainnya).

Secara jelas dan gamblang bahwasanya Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan kepada umatnya untuk tidak mengikuti umat umat yahudi dan nasrani. Namun pada kenyataannya, apakah kita hendak melanggar sabda Nabi Muhammad SAW? Dengan cara kita ikut memperingati atau memberikan ucapat selamat kepada kaum nasrani atas tanggal 25 Desember sebagai hari lahir Nabi Isa as? Padahal belum tentu beliau lahir pada 25 Desember . Dan juga, dalam perayaan Natal, Nabi Isa as di peringati kelahirannya bukan sebagai Nabi / Rasul utusan Allah SWT. Melainkan sebagai anak Allah, Juru selamat yang di salib untuk menebus segala dosa manusia. Bukankah ini sangat bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunah? Lantas sangat tidak layak untuk ikut dalam perayaan Natal. Toleransi dalam beragama memang diwajibkan. Tetapi masalah akidah tidak boleh di campur adukkan!

Ketiga, mengenai dalil QS Al Kafirun :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾

Artinya:
1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir
2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku

Ayat ini sebagai pedoman atau prinsip bahwasanya dalam masalah Akidah , kita tidak boleh mengikuti orang orang kafir. Bukankah orang orang kristen termasuk orang orang kafir? Lantas kenapa kita menyambut baik Natal? Padahal natal itu dilakukan oleh orang kafir dan dengan jalan yang salah pula. Apakah ketika kita melihat manusia berbuat salah kita malah senang dan menyucapkan selamat? Apakah ketika mereka merayakan sesuatu yang salah, kita mengucapkan selamat dan ikut senang? Saya kira tidak!

Toleransi beragama , bukan berarti kita ikut dalam perayaan di luar islam. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya membiarkan umat non-islam hidup berdampingan. Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah membuat perjanjian dengan umat yahudi. Bukankah itu termasuk sikap toleransi beragama? Namun, toleransi dalam agama, tidaklah boleh mencampurkannya dengan akidah islam. Maka tak selayaknya kita memaksa mereka memeluk islam , karena dalam islam tak ada paksaan. Jangan memaksa, tetapi jangan pula memberi ucapan selamat atau malah ikut merayakan sesuatu yang salah.
Allah berfirman :


لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Tidak ada paksaan dalam masuk ke dalam agama Islam, karena telah jelas antara petunjuk dari kesesatan. Maka barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kuat yang tidak akan pernah putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Qs. Al-Baqoroh : 256 )

masih banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan agar kaum muslimin hidup berdampigan dengan kaum non-islam. Yang terpenting adalah paham, toleransi dalam beragama. Tapi tetap kokoh pada Akidah Islam.


Postingan saya ini, juga sebenarnya sudah saya posting di note Facebook dan beberapa orang alhamdulillah mau bertukar pendapat dan pikirannya mengenai masalah toleransi. Lantas apa saja yang mereka katakan dan pendapat mereka? Berikut ini pendapat teman temanku dan hanya aku sebutkan inisialnya saja mengenai Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam

Comment dari A Mengenai Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa perayaan bagi kaum muslimin hanya ada 2, yaitu hari ‘Idul fitri dan hari ‘Idul Adha.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya kurban (‘Idul Adha) dan hari raya ‘Idul Fitri” (HR. Ahmad, shahih).

Sebagai muslim yang ta’at, cukuplah petunjuk Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi sebaik-baik petunjuk.
Tambahan lg..

Menyetujui kekufuran orang-orang yang merayakan natal.

Ketika ketika mengucapkan selamat atas sesuatu, pada hakekatnya kita memberikan suatu ucapan penghargaan. Misalnya ucapan selamat kepada teman yang telah lulus dari kuliahnya saat di wisuda.

Nah,begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan selamat natal kepada seorang nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah tuhan mereka.

Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata?

Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)



Sebagian orang menganggap ucapan semacam itu tidaklah bermasalah, apalagi yang yang berpendapat demikian adalah mereka orang-orang kafir. Namun hal ini menjadi masalah yang besar, ketika seorang muslim mengucapakan ucapan selamat terhadap perayaan orang-orang kafir.
Dan ada juga sebagian di antara kaum muslimin, berpendapat nyeleneh sebagaimana pendapatnya orang-orang kafir. Dengan alasan toleransi dalam beragama!? Toleransi beragama bukanlah seperti kesabaran yang tidak ada batasnya. Namun toleransi beragama dijunjung tinggi oleh syari’at, asal di dalamnya tidak terdapat penyelisihan syari’at. Bentuk toleransi bisa juga bentuknya adalah membiarkan saja mereka berhari raya tanpa turut serta dalam acara mereka, termasuk tidak perlu ada ucapan selamat.



Comment dari B Mengenai Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam: :
Saya sendiri masih belum menemukan dasar kebenaran yg jelas dari kenapa mereka merayakan hari natal sendiri ketika saya bertanya kepada mereka tentang hari natal tersebut(beberapa teman non-islam).. dimana hari raya dalam Islam sendiri sangat jelas cerita dasar dibalik kenapa dirayakan itu..

karena saya berpegang teguh dengan prinsip "cari tahu dulu sesuatu itu, kalau nggak jelas.. diabaikan", saya tidak menganggap hari natal itu adalah suatu hari perayaan mereka karena ketidak jelasan(masuk akal?) mereka dalam menjelaskan hari raya mereka sendiri.. bahkan untuk orang yang sangat sedikit pemahamannya akan agama, minimal mereka pernah melakukan observasi akan hari raya mereka sendiri atas dasar keingin tahuan dan menemukan cerita yang terdengar masuk akal dari semua rangkaian dan kelengkapan acara hari raya tersebut(sifat alamiah manusia dalam usia muda)..



Comment dari C Mengenai Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam: :
Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan. . Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”

Begitulah pendapat mereka mengenai masalah toleransi dalam islam mengenai perayaan hari natal dalam islam, dan tak lain tak bukan, artikel saya ini merupakan pemikiran serta pengalaman dan pengetahuan saya selama ini menjadi seorang muslim. Semoga dengan begitu akan memudahkan teman teman dan menambah referensi saudara saudaraku kaum muslimin mengenai Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam.


Saya ucapkan terima kasih telah membacanya. dan selamat membaca artikel saya yang lain ya di blog Ilmu Dunia dan Akhirat ini :3

Rekomendasi Post :

Maraknya Jilboobs di kalangan Remaja Muslim

Untuk Para Pemimpin
1 Komentar untuk "Toleransi Terhadap Perayaan Natal dalam Islam"

Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.

Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)

>TERIMA KASIH<

ILMU DUNIA DAN AKHIRAT. Powered by Blogger.
Back To Top