Ilmu Dunia dan
Akhirat – Setelah sebelumnya saya share salah satu makalah Ilmu Sosial Budaya
Dasar judulnya IPTEK dan Kemiskinan. Kini saya akan share salah satu makalah
yang memiliki judul MEMAHAMI MANUSIA DAN
PERADABANNYA, DAN KEBUDAYAANNYA
sebuah makalah yang masih fresh dan masih baru. Dalam artian, beluma da satu
tahun makalah ini selesai di buat. Makalah merupakan salah satu tugas yang
memang menyita banyak waktu. Bukan hanya waktu, namun juga tenaga dan pikiran
di karenakan sebuah makalah harus memiliki data data yang konkret dan susunan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tanpa intermezzo yang kebanyakan, maka inilah Makalah Ilmu Sosial Budaya
Dasar dengan judul MEMAHAMI MANUSIA DAN PERADABANNYA, DANKEBUDAYAANNYA :
MAKALAH
MEMAHAMI
MANUSIA DAN PERADABANNYA, DAN KEBUDAYAANNYA
Dosen Pembimbing
:
Ni matuz zuhroh,M. Si
Kelompok 3
1.
Diko Andri Vidian ( 14650072 )
2.
Riza ervia pradanti ( 14650058 )
3.
Mohammad rizal ( 14650081 )
UNIVERSITAS
NEGERI ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
JALAN
GAJAYANA NO. 50 MALANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik
serta hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul Makalah ilmu sosial budaya dasar “MEMAHAMI
MANUSIA DAN PERADABANNYA, DAN KEBUDAYAANNYA” Dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Kami merasa perlu melakukan
suatu pencarian informasi karena kami ingin mengetahui tentang
memahami manusia dan peradabannya, dan
kebudayaannya.
Dalam tulisan karya ilmiah
ini tidak mungkin terselesaikan tanpa motivasi, bantuan dan perhatian dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami juga menyampaikan beribu ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak kepala jurusan Teknik Informatika yang telah memberi
kesempatan kepada kami dalam melaksanakan penelitihan ini.
2. Selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan cermat,
mengoreksi dan mengarahkan dengan tegas dalam setiap langkah penyelesaian
makalah ini.
3. Kedua orang tua kami dan keluarga tercinta, kami yang senantiasa
memberikan segala cinta dukungan dan doa pada setiap langkah kami.
4. Teman-teman yang tercinta, yang telah
membantu dalam penyelesaian pembuatan makalah ini.
Sebagai akhir kata semoga
Allah membalas segala bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak dengan
balasan yang lebih baik.. Dan besar harapan semoga karya makalah ini bermanfaat
bagi berbagai pihak.Amin.
Malang, 08 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ ii
Bab I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
.......................................................................... 1
1.2
RumusanMasalah
..................................................................... 2
1.3
Tujuan
dan Manfaat.................................................................. 2
Bab II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Peradaban Dan Kebudayaan................................... 3
a)
Pengertian
Peradaban.......................................................... 3
b)
Pengertian
Kebudayaan....................................................... 3
2.2
Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Dan
Makhluk Individu............................................................. 4
a)
Manusia
sebagai makhluk individu.................................... 4
b)
Manusia
sebagai makhluk sosial........................................ 5
2.3
Pengertian
Dari Sikap Perspektif Integrasi............................ 5
a)
Konsep
Dasar Perspektif Integratif.................................... 5
2.4
Interaksi Sosial....................................................................... 9
a)
Pengertian Interaksi Sosial................................................. 9
b)
Faktor-faktor
Pendorong Interaksi Sosial......................... 9
2.5
Perubahan
Sosial. ................................................................... 11
a)
Pengertian
dan cakupan perubahan sosial......................... 11
b)
Teori dan
Bentuk Perubahan Sosial................................... 12
2.6
Manusia
Sebagai Makhluk Beradab....................................... 13
a)
Penegertian
Manusia Sebagai Makhluk Beradab.............. 13
2.7
Manusia Sebagai Makhluk Yang Berbudaya....................... 16
a)
Pengertian
Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya.......... 16
Bab III PENUTUP
3.1
Kesimpulan........................................................................... 19
3.2
Kesan.................................................................................... 19
Daftar
Pustaka ..................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai
akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir
menggunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut
untuk menggunakan fisik atau
jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan melalui
rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya yaitu
dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban dan kebudayaan mempunyai
hubungan yang sangat erat karena diantara ketiganya saling mendukung untuk
menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya. Suatu peradaban dan
kebudayaan timbul karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya factor
manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat
berevolusi atau
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat
mengakibatkan suatu perubahan pada kehidupan sosial. Perubahan ini dapat
diakibatkan karena pengaruh modernisasi yang terjadi di masyarakat.
Masyarakat yang beradab dan berbudaya
dapat diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dan kebaikan
budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna
hakiki manusia beradab dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal
antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Dalam rangka melaksanakan tugas matakuliah Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar, maka kami membuat makalah tentang Manusia, Peradaban dan
kebudayaan untuk mengetahui
tentang pengertian adab dan peradaban, mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk beradab dan
masyarakat adab, mengetahui pengertian evolusi dan apa saja tahapan-tahapan
peradaban, mengetahui pengertian dan cakupan kebudayaan sosial, mengetahui apa
saja wujud dari peradaban, mengetahui pengertian tradisi, modernisasi dan
masyarakat madani, mengetahui pengertian ketenangan, kenyamanan, ketentraman
dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab, dan mengetahui problematika
peradaban bagi kehidupan manusia.
1.2
Rumusan
Masalah
a.
Apa Pengertian
Peradaban Dan Kebudayaan ?
b.
Apa Pengertian
Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan
Makhluk Individu ?
c.
Apa Pengertian
Dari Sikap Perspektif Integrasi ?
d.
Apa Yang
Dimaksud Dengan Interaksi Sosial ?
e.
Apa Yang
Dimaksud Dengan Perubahan Sosial ?
f.
Apa Pengertian
Dari Manusia Sebagai Makhluk Beradab ?
g.
Apa Pengertian
Manusia Sebagai Makhluk Yang Berbudaya
?
1.3
Tujuan dan
Manfaat
a.
Mengetahui Pengertian
Peradaban Dan Kebudayaan.
b.
Mengetahui Pengertian
Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Makhluk Individu.
c.
Mengetahui Cara
Bersikap Perspektif Integrasi.
d.
Mengetahui Maksud
Dari Interaksi Sosial.
e.
Mengetahui
Pengertian Perubahan Sosial
f.
Mengetahui Pengertian
Dari Manusia Sebagai Makhluk Beradab.
g.
Mengetahui
Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Yang
Berbudaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peradaban Dan
Kebudayaan.
a) Pengertian
Peradaban
Menurut
Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban” adalah
perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh
manusia pendukungnya.
Menurut Bierens De Hans
“peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik dan teknik. Jadi,
peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis, sedangkan
kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih murni
diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan masyarakat.
Menurut
Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian kebudayaan yang
halus dan indah seperti kesenian.
Dengan
demikian “peradaban” adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat
tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah
mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan,
teknologi dan seni yang telah maju. Masyarakat tersebut dapat dikatakan
telahmengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf
kehidupannya makin kompleks.
b)
Pengertian Kebudayaan.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat
“Kebudayaan” adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang
dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan masyarakat, yang dijadikan miliknya
dengan belajar.
Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta
“Buddhayah “ , yang merupakan bentuk jamak dari kata “Buddhi” yang
berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan
sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal”. Daya dari budi yang
berupa cipta, karsa dan rasa.
Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan,
berasal dari kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan
(Mengolah tanah atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian
“culture” diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
merubah alam. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa.
Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
2.2
Pengertian
Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Makhluk Individu.
a)
Manusia sebagai makhluk
individu
Manusia
sebagai makhluk individu. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tidak terbagi.
Dalam bahasa inggris Individu berasal dari kata in dan divied. Kata in salah satunya mengandung pengertian
tidak dan divied artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau
suatu kesatuan.
Manusia
sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang
di katakan sebagai manusia individu mana kala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya.
Individu
adalah manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
“perseorangan” atau ”orang seorang” yang memiliki keunikan. Ciri seorang
individu tidak hanya mudah di kenali lewat ciri fisik atau biologisnya. Sifat,
karakter, perangai, atau gaya dan selera orang juga beda-beda. Lewat ciri-ciri
fisik seseorang pertama kali mudah di kenali.
Seorang
individu adalah perpaduan faktor genotipe
dan fenotipe. Faktor genotipe adalah faktor yang dibawa sejak
lahir. Faktor fenotip adalah faktor
ingkungan. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan
sosial.
Karakteristik
yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan kepribadian. Menurut Nursyid
Samaatmajda, kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang
merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakkan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika
mendapat rangsangan dari lingkungan.
b)
Manusia sebagai makhluk
sosial
Manusia
sebagi makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagi makhluk sosial, juga
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain. Ada kebutuhan sosial (social
need) untuk hidup berkelompok dengsn orang lain. Manusia dikatakan juga
sebagai makhluk social, karena manusia tidak akan bisa hidup sebagi manusia
jika tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Cooley memberi nama looking-glass self untuk melihat bahwa
seseorang di pengaruhi orang lain. Cooley
berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Pada tahap
pertama,seseorang mempunyai presepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
Pada tahap kedua, seseorang mempunyai presepsi mengenai pandangan orang lain
terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan
terhadap apa yang di rasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.
Manusia
dikatakan makhluk sosial apabila kita tidak bisa hidup sendiri dan selalu
membutuhkan pertolongan dari orang lain. Menurut George Herbert Mead, pengembangan diri manusia berlangsung beberapa
tahap, yaitu:
· Play stage (bermain)
· Game stage (bertanding)
· Significant other (bersama orang dekat)
· Generalized other (bersama masyarakat
secara umum)
2.3
Pengertian Dari Sikap Perspektif Integrasi.
a)
Konsep Dasar Perspektif
Integratif
Awalnya,
yang mendasari pendekatan modern untuk psikoterapi, yaitu para praktisi dan
mahasiswa psikoterapi enggan untuk mempelajari sistem psikoterapi lain, selain
yang telah mereka pelajari. Setiap sekolah psikoterapi dikembangkan dalam
keadaan terisolasi dari sekolah-sekolah lainnya. Keadaan pemisahan ini, dalam
bidang psikoterapi memberikan efek yang dramatis dan penting. Hal ini
mengakibatkan permusuhan yang tidak diinginkan di antara penganut berbagai aliran psikoterapi, dan
upaya-upaya untuk mengabaikan ide-ide atau metode-metode pendekatan yang saling
bersaing tanpa studi sistematis atau pertimbangan intelektual. Terapi self-imposed ini “apartheid” juga telah
memaksakan psikoterapis dan pasien dari manfaat inovasi klinis dan teoritis
yang telah diperkenalkan oleh rekan-rekan yang loyal terhadap pendekatan
psikoterapi lainnya. Michael Mahoney berpendapat pada tahun 1985 bahwa
perpecahan ini bersifat politis dan tidak mencerminkan realitas klinis yang
menunjukkan bahwa tidak ada sekolah terapi yang dapat mengklaim lebih unggul
daripada sekolah terapi lainnya.
Isolasionisme
keras di bidang psikoterapi ini berlawanan dengan fakta bahwa psikoterapi
selalu tertarik dan telah lama mencoba untuk menggunakan
perkembangan-perkembangan baru dalam pengetahuan alam dan sosial, filsafat,
teologi, seni, dan sastra. Sekelompok kecil sarjana dan klinisi telah mampu
melintasi batas sektarian dan membantah pemisahan sekolah psikoterapi. Integrasionis/pemersatu
ini ditujukan untuk membangun dialog yang berguna antar anggota-anggota dari
berbagai sektarian sekolah psikoterapi. Tujuan mereka telah dikembangkan dari
bentuk-bentuk yang paling efektif dari psikoterapi. Terapi integrasi ini
melibatkan konsep dan metode “best and brightest” dalam teori-teori baru dan
sistem pengobatan praktis.
Bentuk-bentuk
psikoterapi integratif sangat bervariasi tergantung pada versi tertentu yang
sedang dipertimbangkan, namun semua berbagi satu tujuan dan maksud bersama.
Psikoterapi integratif adalah hasil dari perpaduan dari konsep teoritis dan
teknik klinis dari dua atau lebih sekolah psikoterapi tradisional (seperti
terapi psikoanalisis dan behavior) menjadi satu pendekatan terapi. Diharapkan
bahwa terapi sintesis ini akan lebih kuat dan berlaku untuk populasi dan
masalah klinis yang lebih luas daripada psikoterapi model individual yang
membentuk dasar dari model integrasi.
Sejarah
awal upaya integrasi disusun oleh Marvin Goldfried dan Cory Newman pada tahun
1992, dan oleh Jerold Gold pada tahun 1993, diidentifikasi terpencar tapi
memiliki kontribusi yang penting sejak 1933, ketika Thomas French berpendapat
bahwa konsep dari pembelajaran Pavlov harus diintegrasikan dengan
psikoanalisis. Pada tahun 1944, Robert Sears menawarkan sebuah perpaduan dari
teori belajar dan psikoanalisis seperti yang dilakukan John Dollard dan Neal
Miller pada tahun 1950 yang diterjemahkan dari konsep dan metode psikoanalisis
ke dalam bahasa dan kerangka prinsip-prinsip pembelajaran laboratorium.
Upaya
awal klinis mengintegrasikan intervensi behavioral dan psikoanalitik dalam
kasus tunggal diperkenalkan oleh Bernard
Weitzman pada tahun 1967, pada tahun 1971 oleh Judd Marmor, dan pada tahun 1973
oleh Benjamin Feather dan John Rhodes. Upaya-upaya klinis ini menunjukkan bahwa
faktor ketidaksadaran pada pasien psikopatologi bisa diperbaiki melalui metode
behavioral bersama dengan eksplorasi dan interpretasi psikodinamik tradisional.
Dalam
dua dekade terakhir sejumlah pendekatan integratif penting untuk psikoterapi
telah dikembangkan. Pada tahun 1977, Paul Watchel menerbitkan sebuah buku
terobosan yang menganjurkan integrasi antara teori psikoanalitik dan teori
belajar sosial, dan menunjukkan cara-cara dimana klinisi harus menggunakan
intervensi psikoanalitik dan behavioral yang efektif dengan satu pasien.
Pendekatan integratif ini menerima perhatian yang besar dalam terapi behavioral
dan masyarakat psikoanalitik, dan diikuti oleh upaya-upaya lain yang mendukung
adanya dialog antara klinisi dari berbagai orientasi, seperti artikel dan buku
yang terfokus pada topik integratif. Pada tahun 1984 Hal Arkowitz dan Stanley
Messer menerbitkan tentang perilaku terapis yang menonjol dan diskusi terapis
psikoanalitik, serta perdebatan tentang kemungkinan dua sistem integrasi.
Pada
tahun 1992 John Norcross dan Marvin Goldfried menerbitkan sebuah buku pegangan
yang menyajikan variasi perkembangan yang lengkap dari sistem psikoterapi
integratif. Upaya ini diikuti pada tahun 1993 oleh George Stricker dan Jerold
Gold dimana lebih banyak model integratif yang disajikan dan kegunaan klinis
dari psikoterapi integratif dieksplorasi berkaitan dengan variasi masalah dan
populasi klinis. Bagian ini mengilustrasikan model integratif yang tidak lagi
berfokus pada sintesis psikoanalitik dan behavioral. Upaya integratif baru
telah menggabungkan humanistik, kognitif, eksperiensial, dan model sistem
keluarga satu sama lain dengan komponen psikoanalitik dan perilaku dengan
komunikasi yang lebih mutakhir dan canggih. Proses psikoterapi eksperiensial
merupakan sebuah inovasi yang diperkenalkan oleh Leslie Greenberg, Laura Rice,
dan Robert Elliot pada tahun 1993, acceptance
and commitment therapy (ACT) yang dijelaskan oleh Steven Hayes, Kirk
Stroshal, dan Kelly Wilson pada tahun 1999, adalah contoh penting pendekatan
integratif yang sangat bergantung pada pendekatan integrasi humanistik dan
eksperiensial dengan terapi perilaku kognitif.
Demikian
pula model integratif yang digabung dengan eksistensial, humanistik, dan terapi
naratif yang dijelaskan oleh Alphons Richert.
Sistem
psikoterapi ini telah menerima peningkatan perhatian pada bagian klinisidan
peneliti, dan menjadi alternatif yang layak bagi sekolah-sekolah psikoterapi.
Pada
tahun 1992 John Norcross dan Cory Newman mengidentifikasi delapan variabel yang
mendorong penyebaran psikoterapi integratif setelah puluhan tahun, yaitu: (1)
meningkatnya jumlah sekolah psikoterapi, (2) kurang jelasnya dukungan empiris
untuk keberhasilan sekolah terapi, (3) kegagalan teori tunggal untuk menjelaskan
dan memprediksi patologi, atau perubahan perilaku dan kepribadian, (4)
pertumbuhan jumlah dan kepentingan jangka pendek, psikoterapi terfokus, (5)
komunikasi yang lebih besar antara klinisi dan sarjana yang menghasilkan
kesediaan, kesempatan, dan eksperimentasi, (6) gangguan dalam ruang konsultasi
dari realitas dukungan sosial ekonomi yang terbatas oleh pihak ketiga untuk
psikoterapi jangka panjang, (7) identifikasi faktor-faktor umum dalam
psikoterapi yang terkait dengan hasil, (8) perkembangan organisasi profesi,
konferensi, dan jurnal yang didedikasikan untuk diskusi dan studi perspektif
integratif.
Ada
beberapa macam perspektif utama yang digunakan dalam psikoterapi. Beberapa
aspek dari berbagai macam teori dapat terlihat berguna dan menarik, sehingga
sulit menentukan pendekatan mana yang terbaik. Kebanyakan klinisi memilih aspek
dari berbagai macam model, tidak memperkecilnya dengan hanya menggunakan satu
pendekatan saja. Pada kenyataannya, dalam beberapa dekade ini, ada perubahan
dramatis dari pendekatan klinis yang dangkal yang bersumber dari satu model
teori. Sebagian besar klinisi akan menggunakan pendekatan yang dianggap
eklektik atau integral. Terapis melihat kebutuhan klien dari berbagai macam
perspektif dan mengembangkan perencanaan treatmen yang dapat memberikan
pengaruh terhadap permasalahan yang dihadapi.
2.4
Interaksi Sosial.
a)
Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dan individu, antara
individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok dalam berbagai
bentuk seperti kerjasama, persaingan ataupun pertikaian.
1. Interaksi antara individu
dengan individu
Adalah individu yang
satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya dan
sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi,
tanggapan atau respon.
2. Interaksi antara individu dengan
kelompok
Secara konkret bentuk
interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa digambarkan seperti
seorang guru yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya didalam
kelas/seorang penceramah yang sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk
interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu
berhadapan/bisa ada saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.
3. Interaksi antar kelompok dengan
kelompok
Bentuk interaksi antara
kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga
ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu
kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
b)
Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial
1)
Faktor Internal
a.
Dorongan untuk
meneruskan/mengembangkan keturunan. Secara naluriah, manusia mempunyai dorongan
nafsu birahi untuk saling tertarik dengan lawan jenis. Dorongan ini bersifat
kodrati artinya tidak usah dipelajaripun seseorang akan mengerti sendiri dan
secara sendirinya pula orang akan berpasang-pasangan untuk meneruskan
keturunannya agar tidak mengalami kepunahan.
b.
Dorongan untuk memenuhi
kebutuhan Dorongan untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan keberadaan orang
lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung untuk saling melengkapi
kebutuhan hidup.
c.
Dorongan untuk
mempertahankan hidup Dorongan untuk mempertahankan hidup ini terutama dalam
menghadapi ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau suku bangsa
lain, ataupun dari serangan binatang buas.
d.
Dorongan untuk
berkomunikasi dengan sesama Secara naluriah, manusia memerlukan keberadaan
orang lain dalam rangka saling berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang
ada dalam hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa nyaman
dan tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan orang lain dalam
satu lingkungan sosial budaya.
2) Faktor Eksternal
a.
Imitasi Imitasi dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan
seseorang untuk meniru sesuatu yang ada pada orang lain.
b.
Identifikasi Merupakan
kecenderungan/keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak
lain.
c.
Sugesti Merupakan cara
pemberian suatu pandangan/pengaruh Oleh seseorang kepada orang lain dengan cara
tertentu sehingga seseorang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh yang
diberikan tanpa berpikir panjang.
d.
Simpati Merupakan sikap
keterkaitan terhadap orang lain. Sikap ini timbul karena adanya kesesuaian
antara nilai yang dianut oleh kedua belah pihak.
e.
Empati Merupakan proses
sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah bahwa empati
lebih melibatkan emosi atau lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih
daripada simpati.
f.
Motivasi Adalah suatu
dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian
rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan
yang dimotivasikan kepadanya.
2.5 Perubahan Sosial.
a)
Pengertian dan cakupan
perubahan sosial
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat
di setiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan
menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam
masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya
bagi masyarakat yang bersangkutan.
Wilbert Moore
memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola perilaku,
dan interaksi sosial”. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat
atau perubahan dalam organisasi sosial disebut perubahan sosial. Perubahan
sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada
perubahan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Contoh perubahan sosial : perubahan
peran seorang istri dalam keluarga modern. Perubahan kebudayaan contohnya:
penemuan baru seperti radio, televisi, komputer, yang dapat mempengaruhi
lembaga-lembaga sosial.
Kingsley Davis mengartikan
perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam fungsi dan struktur dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya dikatakannya sebagai
perubahan dalam hubungan sosial (social
releationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial tersebut.
Perubahan
sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan
kebudayaan merupakan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan ada
kebudayaan apabila tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satupun
masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.
Perubahan
sosial, yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan
interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Kebalikannya masyarakat yang
tidak berani melakukan perubahan-perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan
dan dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya.
Cara
yang paling sederhana untuk memahami terjadinya perubahan sosial dan budaya
adalah membuat rekapitulasi dari semu perubahan yang terjadi dalam masyarakat
sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat dianalisis dari
berbagai segi :
Ø Kearah
mana perubahan dalam masyarakat bergerak (direction
of change) bahwa perubahan tersebut meninggalkan factor yang diubah.
Ø Bagaimana
bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam
masyarakat
b)
Teori dan Bentuk Perubahan
Sosial
1) Teori
Sebab-Akibat (Causation Problem)
Beberapa
factor dikemukakan oleh para ahli untuk menerangkan sebab-sebab perubahan
sosial yang terjadi, beberapa pendekatan sebagai berikut :
· Analisis Dialektis
Analisis
perubahan sosial yang menelaah syarat-syarat dan keadaan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan dalam satu system masyarakat. Perubahan yang terjadi
sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak diharapkan sebelumnya bahkan sampai
menimbulkan konflik. Konflik ini dapat mendorong terjadinya perubahan sosial
yang lebih lanjut, meluas dan mendalam. Hal ini dicemaskan oleh Hegell Mark sebagai analektika artinya
thesis antisynthesis.
· Teori Tunggal mengenai perubahan Sosial
Teori
tunggal menerapkan sebab-sebab perubahan sosial, atau pola kebudayaan dengan
menunjukkan kepada satu factor penyebab. Teori tunggal maupun deterministic menurut Soerjono Soekanto
(1983) tidak bertahan lama-lama, timbulnya pola analisis yang lebih cermat dan
lebih didasarkan fakta.
2)
Teori Proses atau Arah
Perubahan Sosial
Walaupun
berbeda namun pada dasarnya sama, mempunyai asumsi bahwa sejarah manusia
ditandai adanya gejala pertumbuhan.
· Teori
Evolusi Unlinier (Garis Lurus Tunggal)
Teori
ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai
dengan tahapan tertentu, semula dari bentuk sederhana kemudian yang komplek
sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini adalah August Comte dan Herbert
Spenser.
· Teori
Multilinear
Teori
ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi didasarkan pada suatu asumsi
yang mengatakan bahwa perubahan sosial atau kebudayaan didapatkan gejala
keteraturan yang nyata dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum dan skema
apriori, tetapi teori ini lebih memperhatikan tradisi dalam kebudayaan dan dari
berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian-bagian tertentu.
2.6
Manusia Sebagai Makhluk Beradab.
2.1
Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Beradab
Pengertian adab menurut bahasa ialah
kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti dan akhlak. Adapun menurut
M. Sastra Praja, adab yaitu tata cara hidup, penghalusan atau kemuliaan
kebudayaan manusia. Sedangkan menurut istilah, adab ialah “Adab
ialah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala
sifat yang salah”.
Manusia beradab adalah yang berpendidikan,
sopan, dan berbudaya yang berahlak, berkesopanan dan berbudi pekerti halus.
Peradaban berasal dari kata ‘adab’ yang berarti kesopanan, kehormatan, budi
bahasa dan etiket. Peradaban dapat diartikan pula hasil perkembangan budaya
yang ciri khas milik sesuatu masyarakat, tahapan yang tinggi pada skala evolusi
budaya mengacu pada perbedaan antara manusia beradab terhadap mereka yang
biadab. Istilah peradaban juga digunakan untuk menyebut kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, system kenegaraan, dan
ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Manusia beradab karena dalam jiwanya
dilengkapi dengan akal, nurani, dan kehendak.
1.
Akal berfungsi sebagai
alat pikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.
Nurani berfungsi sebagai
alat merasa, menentukan kata hati dan sumber kesenian.
3.
Kehendak berfungsi
sebagai alat memutus, menentukan kebutuhan, dan sumber kegunaan.
Masyarakat yang beradab dapat
didefinisikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dan kebaikan budi
pekerti. Atau dapat pula diartikan sebagai masyarakat yang santun dan telah
maju tingkat kehidupan lahir batinnya. Segala sesuatu yang dinilai maju dalam
aspek kehidupan lahir batin suatu masyarakat perlu selalu dipelihara dan
dikembangkan, walaupun perlu dipahami bahwa beberapa nilai yang dianut
masyarakat selalu berubah atau berkembang. Dalam proses estafet antar generasi
selalu terdapat friksi, disamping adanya pengaruh globalisasi atau segala aspek
kehidupan yang padat menimbulkan gangguan dan peluang untuk mangembangkan
peradaban masyarakat. Tingkat peradaban suatu masyarakat bangsa dapat diukur
atau diklasi – fikasikan dengan berbagai cara. Pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kesejahteraan sosial, ekonomi, meliputi berbagai
fasetnya dengan menggunakan indikator-indikator sosial dan ekonomi.
Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan
kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab dan dalam pengertian lain adalah
suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Orang yang tidak beradab adalah orang
yang tidak mempedulikan adab (kesopanan). Orang yang bertingkah laku, bertutur
kata, dan berpakaian yang tidak sesuai dengan norma masyarakat maupun norma
agama, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang tidak beradab.
Kehilangan tata karma dan mengerjakan segala sesuatu berdasarkan keinginan
nafsu, tak bisa memimpin diri sendiri, tak beretika, dan membiarkan diri tetap
terpuruk dalam kekurangajaran. Manusia tak beradab, berpendidikan tinggi, namun
tak punya kuasa untuk menyetir akal, dan hanya bisa menjadi budak hawa nafsu.
Mengetahui perihal yang baik namun lebih memilih untuk menjadi manusia yang
hina. Harga diri dipertaruhkan hanya untuk memuaskan nafsu, harga diri
bukan lagi menjadi barang mahal, harga diri dalam kesendirian maupun di
ruang publik tidak ada lagi perbedaannya. Semua adalah tempat untuk pemuasan
nafsu.
Manusia tak beradab, berada di tengah
ketinggian peradaban, namun moral jahiliyah, moral yang lebih hina dari
masyarakat jahiliyah. Manusia tak beradab, orang yang mempunyai ilmu yang
banyak, wawasan yang luas, tapi tetap tak beradab, hanya menjadi tunggangan
hawa nafsu.
Peradaban adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur
kebudayaan yang dianggap halus, indah dan maju. Konsep kebudayaan adalah
perkembagan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin
dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi, spiritual yang
terlihat pada masyarakatnya. Kebudayaan bersifat dinamis. Oleh sebab itu ia
dapat mengalami perubahan atau pergeseran. Faktor utama dalam perubahan ini
adalah adanya globalisasi.
1.
Globalisasi Sebagai
Fenomena dalam Peradaban
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus
dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan
merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi
informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi
ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab,
dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara
mendasar.
Globalisasi sebagai fenomena abad
sekarang memberi implikasi yang luas bagi semua bangsa dan masyarakat
internasional. Dengan didukung teknologi komunikasi dan transportasi yang
canggih, dampak globalisasi akan sangat luas dan kompleks. Akibatnya, akn
mengubah pola pikir, sikap, dan tingkah laku manusia. Hal seperti ini
kemungkinan dapat mengakubatkan perubahan aspek kehidupan yang lain, seperti
hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangsaan, atau secara umum berpengaruh
pada sistem budaya bangsa.
Globalisasi memberi pengaruh dalam
berbagai kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan.
Pengaruh globalisasi terhadap ideologi dan politik adalah akan semakin
menguatnya pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan negara-negara
berkembang yang ditandai menguatnya ide kebebaan dan demokrasi. Pengaruh
globalisasi dibidang politik, antara lain membawa internasionalisasi dan
penyebaran pemikiran serta nilai-nilai demokratis termasuk didalamnya hak asasi
manusia.
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi
antara lain menguatnya kapitalisme dan pasar bebas. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin tumbuhnya perusahaan-perusahaan transnasional yang beroperasi tanp
mengenal batas-batas negara. Kapitalisme juga menuntut adanya ekonomi pasar
yang lebih bebas untuk mempertinggi asas manfaat, kewiraswastaan, akumulasi
modal, membuat keuntungan, serta manajemen yang rasional.
Pengaruh globalisasi terhadap sosila
budaya akan masuknya nilai-nilai dari peradaban lain. Hal ini berakibat
timbulnya erosi nilai-nilai sosial budaya suatu bangsa yang menjadi jati
dirinya. Pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya media informasi dan
komunikasi, seperti televisi, komputer, satelit, internet, dan sebagainya.
Globalisasi juga memeberikan dampak
terhadap pertahanan dan keamanan negara. Menyebarnya perdagangan dan industri
di seluruh dunia akan meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan
dan dapat mengganggu keamanan bangsa
2.7
Manusia
Sebagai Makhluk Yang Berbudaya.
a)
Pengertian Manusia
Sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia
sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan
keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Berbudaya merupakan kelebihan manusia
dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila
dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu
yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab
dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan
dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga
harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk
Tuhan
Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi
kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Kebudayaan merupakan perangkat yang
ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan
melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya. Banyak pengertian tentang
budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih
dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat
perbedaan yang bersifat prinsip
Berbeda dengan binatang, tingkah laku
manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena kemampuan dari manusia untuk
belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya. Sebagai makhluk
berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan
manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia berbeda dengan binatang,
bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara manusia dan
binatang .
Ketidakmampuan manusia untuk bertindak
instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni kemampuan untuk belajar,
berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik. Kemampuan untuk
belajar dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir simbolik.
Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di
dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan,
dengan pikiran, kemauan dan hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan
jalan memberi penilaian terhadap obyek dan kejadian.
Hakikat
kodrat manusia itu adalah :
1)
sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).
2) sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan
sosial, ekonomi, politik, budaya dan alam), dan
3) sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia
haruslah sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya.
Manusia
dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek fisik
bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaannya.
Hakikat kodrati manusia tersebut
mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk
berpikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena
sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo faber),
manusia mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo
socious) dan berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo
economicus), serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious),
sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas dan benda mati cenderung
tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Manusia juga harus bersosialisasi dengan
lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal
ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan
ketuhanan. Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai
“motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah
memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan
memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa
pada umumnya.
Kebudayaan yang diciptakan dan dimiliki
oleh manusia mencerminkan pribadi manusia sebagai mahluk ciptaan yang paling
sempurna diantara yang lainnya. Kebudayaan yang terus berkembang di kehidupan
bermasyarakat dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat betapa berbudayanya
masyarakat di dalam suatu Negara.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa
kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari
suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan
kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu
bangsa.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia
sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan
keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni.
Problematika kebudayaan dan peradaban
timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa,
kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat perkembangan teknologi
yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia.
3.2
Saran
Makalah ini berisi materi dari kajian
pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan dan sebagai acuan dalam
pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana
manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Widianto, Bambang., Eko A. Meinarno, dan Rizka Halida. (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat.
Jakarta : Salemba Humanika.
Moss, Sylvia, dan Stewart L.tubbs. (2001). Human Communication. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Gerungan, Dr. W.A . (1996). Psikologi
Sosial. Bandung : PT ERESCO.
Munandar, Dr. M soelaman. (2007). Ilmu Budaya Dasar. Bandung : PT Refika Aditama.
Ichsanoctama. “MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERBUDAYA”, diunduh melalui internet di http://ichsanoctama.wordpress.com/2013/04/29/manusia-sebagai-makhluk-yang-berbudaya/ (diakses bulan september 2014).
Lely. “Manusia sebagai makhluk Berbudaya”, diunduh melalui
internet di http://lelyumiasih.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
(diakses bulan september 2014).
Natasia. “perspektif integratif”, diunduh melalui internet di http://nadelisa.blogspot.com/2014/05/perspektif-integratif.html
(diakses bulan september 2014).
Andriani Salam Kusni & JJ. Kusni. “MEMAHAMI BUDAYA BETANG DALAM
PERSPEKTIF INTEGRASI SOSIAL”, diunduh melalui internet di http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2012/04/25/memahami-budaya-betang-dalam-perspektif-integrasi-sosial/
(diakses bulan september 2014).
SISKA DWI MEIKURI. “ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR "MANUSIA DAN
PERADABAN"”, diunduh melalui internet di http://siskadwimeikuri.blogspot.com/2013/11/ilmu-sosial-dan-budaya-dasar-manusia.html
(diakses bulan september 2014).
Dinzega. “MAKALAH ISBD (Manusia, Peradaban, dan Perubahan Sosial)”, diunduh melalui internet di http://megadalambingkai.blogspot.com/2012/12/makalah-isbd-manusia-peradaban-dan.html
(diakses bulan september 2014).
Rohedi Waluyo. “Makalah Tentang
interaksi social”, diunduh melalui
internet di http://diyo-experience.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html
(diakses bulan september 2014).
. “ISBD
: Manusia sebagai Makhluk Berbudaya dan Beradab”, diunduh melalui internet
di http://fmardliyahjun.wordpress.com/2013/04/03/isbd-manusia-sebagai-makhluk-berbudaya-dan-beradab/
(diakses bulan september 2014).
Itulah tadi makalah ISBD dari mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang
baru saja diselesaikan oleh teman temanku di Jurusan Teknik Informatika UINMalang. Semoga bisa membantu kesulitan teman teman yang lagi mencari sumber
sumber yang penting untuk bisa mengerjakan tugas makalah dari mata kuliah
tertentu dan makalah teman saya ini bisa membantu kalian untuk bisa
menyelesaikannya.
Terima Kasih telah berkunjung di Blog Ilmu Dunia dan Akhirat ya!
Semoga bermanfaat
Rekomendasi Post
0 Komentar untuk "Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar : MEMAHAMI MANUSIA DAN PERADABANNYA, DAN KEBUDAYAANNYA"
Komentarlah Dengan Baik dan Benar. Jangan ada SPAM dan beri kritik saran kepada blog ILMU DUNIA DAN AKHIRAT.
Mengingat Semakin Banyak Komentar SPAM maka setiap komentar akan di seleksi. :)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR. Bukhari)
>TERIMA KASIH<